Back to Search Start Over

SALMON GONADOTROPIN RELEASING HORMONE ANALOGUE STIMULASI PEMATANGAN SPERMATOFOR UDANG WINDU (Penaeus monodon) APKIRAN TANPA ABLASI

Authors :
Ike Trismawanti
Asda Laining
Agus Nawang
Source :
Media Akuakultur, Vol 13, Iss 2, Pp 67-74 (2018)
Publication Year :
2018
Publisher :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 2018.

Abstract

Penggunaan induk pada pembenihan udang windu pada dasarnya hanya untuk periode yang singkat dan selanjutnya induk udang windu diapkir baik betina maupun jantan. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi efek injeksi hormon kombinasi salmon gonadotrophin releasing hormone analogue (sGnRH-a) dan domperidone terhadap karakteristik spermatofor induk udang windu, Penaeus monodon yang telah diapkir dari unit pembenihan tanpa ablasi tangkai mata. Dua tahap penelitian dilakukan pada udang windu jantan yang diapkir dari unit pembenihan. Tahap pertama terdiri atas dua dosis 0,1 (OV-1) dan 0,2 (OV-2) mL/kg bobot udang dan ablasi mata (AB) sebagai kontrol. Pada tahap ke-2, dosis yang diaplikasikan adalah dosis terbaik dari tahap ke-1 (OV-3) dan ablasi sebagai kontrol (AB). Induk jantan apkir ditebar masing-masing dengan kepadatan 14 ekor untuk tahap ke-1 dan 12 ekor pada tahap kedua. Injeksi dilakukan tiga kali dengan interval satu minggu untuk kedua percobaan tersebut. Seminggu setelah suntikan terakhir, induk jantan diberi kejutan listrik untuk mengeluarkan spermatofornya. Pada percobaan pertama, jumlah induk jantan yang mengeluarkan spermatofor pada maturasi dan rematurasi pertama lebih banyak ditemukan pada perlakuan OV-2 daripada OV-1 dan AB. Induk jantan pada perlakuan OV-3 pada tahap ke-2 menghasilkan lebih banyak spermatofor (58,3%) dibandingkan dengan AB (50%). Hubungan antara bobot badan dan bobot spermatofor untuk total data pada tahap ke-1 sifatnya linier dengan nilai r= 0,74 sedangkan hubungan antara bobot spermatofor dan jumlah spermatozoa sifatnya tidak linier dengan nilai r= 0.14. Induk apkiran jantan udang windu masih dapat memproduksi spermatofor melalui stimulasi injeksi hormon sGnRH-a pada dosis 0,2 mL/kg bobot udang relatif lebih banyak dibandingkan ablasi.Broodstocks in black tiger hatcheries are commonly used for only a short period of time. Both female and male broodstocks are discarded due to reduced spawning frequencies. This recent study was an effort to explore whether discarded broodstocks could be re-maturated without eyestalk ablation. For the research purpose, a two-stage experiment was conducted on discarded male tiger shrimps to evaluate the effect of sGnRH-a injection on the shrimp reproductive performances. In the first stage, the experiment consisted of injection treatment of different doses of sGnRH-a at 0.1 (OV-1) and 0.2 (OV-2) mL/kg and eyestalk ablation (AB) as a control. For the second stage, the treatment consisted of injection of sGnRH-a optimum dose obtained from the first trial (0.2 mL/kg shrimp (OV-3) and ablation as the control (AB). The treated male stocks were then randomly placed in concrete tanks with a density of 14 males/tank for the first stage and 12 males for the second stage. The injections were carried-out three times with an interval of one week for both stages. A week after the last injection, males were electrically shocked to release their spermatophores. In the first stage, the number of males releasing spermatophores at maturation and first re-maturation was higher in OV-2 treatment than that of OV-1 and AB treatments. In the second trial, the number of males in OV-3 treatment released more spermatophore (58.3%) compared to AB which was 50%. The body and spermatophore weights correlation of the discarded tiger shrimp in the first trial followed a positive linear with an r-value of 0.74. However, the spermatophore weight and the sperm cell number was not positively correlated with an r-value of 0.14. The discarded male tiger shrimps produced a relatively higher spermatophore when induced with sGnRHa at a dose of 0.2 mL/kg than those of shrimp treated with ablation.

Details

Language :
Indonesian
ISSN :
25029460 and 19076762
Volume :
13
Issue :
2
Database :
OpenAIRE
Journal :
Media Akuakultur
Accession number :
edsair.doi.dedup.....2a5bc9728e1c7d37d34e4b1b5be08fab