Back to Search Start Over

KEMAJUAN GENETDX PADA DUA VARIETAS BARU KAPAS, KANESIA 8 DAN KANESIA

Authors :
Emy Sulistyowati
Siwi Sumartini
Prima Diarini Riajaya
Fitrintngdyah Tri Kadarwati
Hasnam
Source :
Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 10:66
Publication Year :
2020
Publisher :
Indonesian Agency For Agricultural Research and Development (IAARD), 2020.

Abstract

Tujuan utama pemuliaan kapas di Indonesia adalah meningkatkan produktivitas dan kualitas serat dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dan memperbaiki mutu benang tcnun seta kualitas tekstil yang harus bersaing di pasar internasional. Scjumlah enam persilangan telah dilakukan antara dua varietas dai India. I.RA 5166 dan SRT-1 dengan dua varietas dai Amerika Serikat, Dcltapine 55 dan Deltapinc Acala 90 dan satu vaietas dai Australia, Siokra. Seleksi individu, seleksi galur dan seleksi individu dalam galur dilaksanakan pada generasi F2 sampai F5 berdasarkan jumlah buah, tingkat kerusakan daun terhadap Sundapteryx biguttula. dan mutu serat; semua proses di atas dilakukan pada kondisi lahan tadah hujan, dan tanpa penggunaan insektisida terhadap tanaman; dari proses di atas diperoleh 12 galur harapan. Sejumlah 13 percobaan dilakukan antara tahun 1993 sampai dengan 2001 untuk mengamati kcragaan galur-galur baru tersebut; pengujian dilakukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, menggunakan teknik-teknik penelitian standar. Dengan proscdur ini dapat diidcntifikasi beberapa galur yang menunjuk¬ kan perbaikan serenlak hasil dan kualitas serat kapas. Beberapa penelitian juga dilakukan untuk mcngcvaluasi tanggap galur-galur tersebut pada tumpangsari dengan kedelai dan kacang hijau di Jawa Timur. Dua galur, 88003/16/2 dan 92016/6 (sudah dilepas dengan nama vaietas Kanesia 8 dan Kanesia 9 pada bulan Juni 2003), menunjukkan produktivitas dan kualitas serai yang lebih linggi. Rata-rata, kedua vaietas menghasilkan 1.85 ton dan 191 ton kapas berbiji per hektar atau 8-12% lebih tinggi dai hasil vaietas Kanesia 7 yang sudah dilepas sebelumnya. Persentase serat 35.2%, kekuatan serat berkisar antara 22.6-24.7 gram tex'1, serat lebih panjang dan berkisar 29.2-30.3 mm sedangkan angka mikroncr lebih rendah yang menyatakan bahwa serat lebih halus. Semua perbaikan di atas menunjukkan perbaikan mutu serat. Kanesia 8 dan Kanesia 9 juga menunjukkan peningkatan ketahanan terhadap Sundapteryx biguttula dan komplcks hama kapas. Kanesia 8 dan Kanesia 9 kurang kompctitif dalam tumpang sari dengan kedelai jika dibandingkan dengan Kanesia 7. Pada tumpang sari dengan kacang hijau Kanesia 8 juga mengalami kehilangan hasil yang tinggi, sedangkan Kanesia 9 menunjukkan toleransi yang tinggi dalam kompctisi dengan kacang hijau. Pelepasan Kanesia 8 dan Kanesia 9 akan memberikan pilihan varietas yang lebih banyak bagi petani dan perusahaan pemintalan untuk menyesuaikan dengan produk akhirnya.Kata kunci : Gossypium hirsutum, prosedur pemuliaan, produktivitas, kualitas serat, Sundapteryx biguttula, tumpangsari ABSTRACT Genetic improvement on two new cotton varieties, Kanesia 8 and Kanesia 9The main objective of cotton breeding in Indonesia is to improve productivity and fiber quality which is aimed to increase farmers' income and to make beter yam and textile quality that has to compete in international market Six crosses were made between two Indian varieties, LRA 5166 and SRT-1 with two USA vaieties, Deltapine 55 and Deltapinc Acala 90 and one Australian variety, Siokra. Individual plants, lines and individual within lines were selected on F2-F5 generations based on boll- counts, leaf-damage by jassids and fiber traits, those were conducted under rainfed and insecticide-ree condition; twelve promising lines were produced from this process. A total of 13 trials were carried out to observe performance of these new lines during 1993 to 2001; those were located in East Java and South Sulawesi using the standardized experimental techniques. By these procedures make it possible to identify several breeding lines showing simultaneous improvement in yield and fiber quality. Several tests were also made to evaluate response of those lines under intercropping with soybean and mungbean, which were located in East Java. Two breeding lines, 88003/16/2 and 92016/6 (those have been released as Kanesia 8 and Kanesia 9 in 2003), showed higher productivity and fiber quality. In average, these new vaieties produced 1.85 and 1.91 ton ha'1 seed cotton respectively or 8 to 12% higher than those on Kanesia 7, the previously released vaiety. Lint turn-out was 35.2% fiber-strength was varied from 22.6 to 24.7 gram tex'1 , fiber lengths ranged from 29.2 to 30.3 mm with lower micronaire-valucs indicating better fiber-ineness. All of those improvements represented a trend toward a higher quality iber. Kanesia 8 and Kanesia 9 also showed a slight improvement in resistance to jasssids and insect pest-complex. Kanesia 8 and Kanesia 9 performed lower competitive ability under intercropping with soybean in comparison with Kanesia 7. Under intercropping with mungbean Kanesia 8 also suffered high yield loss, wherein Kanesia 9 showed good tolerance to mungbean. The release of Kanesia 8 and Kanesia 9 is expected to give a broader choice for the cotton growers and spinning-mills to match with their inal product.Key words: Coton (Gossypium hirsutum), breeding procedure, productivity, liber quality, Sundapteryx bigullul. inter¬ cropping.

Details

ISSN :
25286870 and 08538212
Volume :
10
Database :
OpenAIRE
Journal :
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Accession number :
edsair.doi...........a3d97d8a1bae9dc47cdeb64e2412cd88