Search

The purpose of this study is to develop a Web- and Android-based learning application for high school students, named MoLearn. To meet teacher needs, a preliminary study was conducted by conducting interviews and field observations. The design and development follow the ADDIE model, with stages namely (1) analysis of needs, (2) design of interface, (3) development / construction, (4) implementation and (5) evaluation. The research subjects were educators who were members of the Biology and Geography MGMP, along with their students. The evaluation was carried out to the educators representing the respective MGMP, carried out by distributing questionnaires, and triangulation using the UI/UX test. Data analysis was performed with qualitative descriptive technique and descriptive statistic. Based on data analysis, the results show that all educators agree that (1) MoLearn's appearance is attractive and convenient to use, (2) MoLearn can fulfill learning needs, and (3) MoLearn has fulfilled the requirements as a learning model that utilizes Information Technology.

Remaja masjid adalah perkumpulan pemuda masjid yang melakukan aktivitas sosial dan ibadah di lingkungan suatu masjid. Remaja masjid juga memiliki tujuan dalam mendukung pembentukan kepribadian dan karakter seorang remaja, salah satunya melalui pembentukan budi pekerti, akhlak mulia, kejujuran, rasa bertanggung jawab dan menghormati orang lain. Remaja masjid mutlak keberadaannya dalam menjamin estafet makmurnya suatu masjid sehingga fungsi dinamika masjid itu sendiri dapat di pertahankan kelangengannya. Pengurus remaja masjid merasa kajian yang dilakukan selama ini masih sangat kurang dari sisi jumlah pertemuan. Pengurus berusaha untuk tetap mengikat ilmu yang dimiliki oleh anggota dalam kesehariannya, maka pengurus Remaja Masjid menginginkan pertemuan rutin yang dapat dilakukan dalam tiap harinya. Dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi harapannya keinginan ini dapat terwujud. Tujuan dari pelaksanakaan kegiatan ini adalah membangun suatu aplikasi berbasis website yang mampu melakukan distribusi materi kajian harian dan mampu melakukan pengukuran terhadap pemahaman materi yang telah dicapai oleh anggota remaja masjid. Target yang diharapkan dari kegiatan ini adalah peningkatan proses pembelajaran ilmu Agama bagi anggota remaja masjid dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi. Terdapat enam tahapan untuk mencapai tujuan yaitu (1) observasi, pengamatan terhadap kebutuhan anggota remaja masjid, (2) penyusunan rencana pembelajaran, (3) penyusunan modul pembelajaran online, (4) penyusunan aplikasi berbasis website, (5) memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada pengurus dan anggota remaja masjid, (6) Evaluasi pelaksanaan. Hasil identifikasi pada 135 remaja diperoleh hasil 59,3 % remaja menggunakan aplikasi berbasis website untuk mengenal lebih dalam Ilmu Agama, dan 73,3% remaja menyatakan membutuhkan aplikasi berbasis website yang dapat mereka gunakan untuk kajian harian dalam mempelajari ilmu Agama secara khusus. Keberhasilan program learning community, Remaja masjid adalah perkumpulan pemuda masjid yang melakukan aktivitas sosial dan ibadah di lingkungan suatu masjid. Remaja masjid juga memiliki tujuan dalam mendukung pembentukan kepribadian dan karakter seorang remaja, salah satunya melalui pembentukan budi pekerti, akhlak mulia, kejujuran, rasa bertanggung jawab dan menghormati orang lain. Remaja masjid mutlak keberadaannya dalam menjamin estafet makmurnya suatu masjid sehingga fungsi dinamika masjid itu sendiri dapat di pertahankan kelangengannya. Pengurus remaja masjid merasa kajian yang dilakukan selama ini masih sangat kurang dari sisi jumlah pertemuan. Pengurus berusaha untuk tetap mengikat ilmu yang dimiliki oleh anggota dalam kesehariannya, maka pengurus Remaja Masjid menginginkan pertemuan rutin yang dapat dilakukan dalam tiap harinya. Dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi harapannya keinginan ini dapat terwujud. Tujuan dari pelaksanakaan kegiatan ini adalah membangun suatu aplikasi berbasis website yang mampu melakukan distribusi materi kajian harian dan mampu melakukan pengukuran terhadap pemahaman materi yang telah dicapai oleh anggota remaja masjid. Target yang diharapkan dari kegiatan ini adalah peningkatan proses pembelajaran ilmu Agama bagi anggota remaja masjid dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi. Terdapat enam tahapan untuk mencapai tujuan yaitu (1) observasi, pengamatan terhadap kebutuhan anggota remaja masjid, (2) penyusunan rencana pembelajaran, (3) penyusunan modul pembelajaran online, (4) penyusunan aplikasi berbasis website, (5) memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada pengurus dan anggota remaja masjid, (6) Evaluasi pelaksanaan. Hasil identifikasi pada 135 remaja diperoleh hasil 59,3 % remaja menggunakan aplikasi berbasis website untuk mengenal lebih dalam Ilmu Agama, dan 73,3% remaja menyatakan membutuhkan aplikasi berbasis website yang dapat mereka gunakan untuk kajian harian dalam mempelajari ilmu Agama secara khusus. Keberhasilan program learning community

In evaluating the student’s learning outcomes, essay exams were commonly used by teachers to measure the level of student’s understanding of the learning material. However assessing essay answers was more difficult in reality because it contained teacher’s subjectivity and required a longer correction time. In addition, detecting similarity in essay answers between students also required more teacher’s efforts. In previous studies, a prototype of essay answer assessment and plagiarism detection had been successfully created. However, the prototype display still needed an improvement based on the evaluation results given by biology teachers in East Java Province as the application users. The previous prototype also still carried the Latent Semantic Analysis (LSA) method which had several weaknesses. Therefore, this study aimed to produce prototypes that had better display and text similarity methods. The Generalized Latent Semantic Analysis (GLSA) method was chosen because it was able to cover the weaknesses of the LSA method. GLSA was able to detect sentences that had syntactic errors or missing common words. Based on the evaluation results, this study succeeded in producing a prototype with a better display value. The level of user satisfaction increased by 6.12%. In addition, the study succeeded in using the GLSA method as a substitute for LSA for creating better prototype essay assessment and automatic plagiarism detection.

MoLearn atau Mobile Learning adalah media yang dibuat untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. MoLearn yang artinya adalah belajar dimanapun memiliki keunggulan dapat diakses dimanapun melalui media gadget (laptop, smartphone, tablet, komputer) dengan dukungan koneksi internet. Media pembelajaran ini memfasilitasi interaksi antara guru dan siswa untuk menyediakan dan mendapatkan materi pembelajaran, memberikan tugas dan mengumpulkan tugas, pelatihan mengerjakan ujian online, serta melakukan diskusi. Selain untuk guru dan siswa, MoLearn dibuat untuk MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk mengontrol materi pembelajaran sehingga dengan media ini diharapkan siswa tidak mendapatkan materi yang menyimpang.

The existence of mobile learning is a logical consequence of information technology advancement in education. In the previous research, the produced mobile learning application called MoLearn can only handle automatic assessments of online exam with multiple choice questions. Currently, MoLearn has not been able to fully meet needs of school on the learning evaluation of essay questions. Automatic assessment of essay answers is more difficult to match with key answers, but the reality is still a lot of exams use the type of essay questions. Therefore, the solution offered is the creation of online exam prototype that can perform essay assessment using text similarity method. The text similarity methods that can be used to assess the correctness level of answer and plagiarism level of answers among examinees are cosine similarity, Smith-Waterman, and Latent Semantic Analysis (LSA) algorithms. The results show that this prototype can give MoLearn application development proposal to handle automatic assessment of essay questions. In addition, this prototype can also display the level of plagiarism answers among students as an effort to promote the value of honesty.

Mobile Learning (MoLearn) is a learning application created specifically to accommodate the learning needs of students with the goal of gaining more learning experiences with more effective mobile devices. Answering this challenge, MoLearn application that has been built previously with web-based and Android needs to be developed. In accordance with the lifestyle of its users, in this case high school students, the MoLearn application was developed using the concept of Gamification. In learning, gamification is an approach in the learning process that uses elements in the game with the aim to provide motivation, build comfort for learners, and interest in the learning process. By utilizing the concept of Gamification, a prototype of MoLearn application development was designed by giving attention to the three elements, i.e character, interactivity and feedback. The development of this application takes into account every student activity that focuses on goals, reward mechanisms, and progress tracking. Gamification, a key review of MoLearn's application development as a concept in the process of creating participative learning experiences and active learning.