ABSTRAK Pulau Sumatera adalah surga bagi keanekaragaman hayati, tapi surga ini sedang terancam oleh berbagai tekanan dari aktivitas manusia dari konversi hutan, pembukaan lahan yang tidak terkendali untuk perkebunan, perambahan dan perburuan liar. Saat ini, hutan alam di Sumatera berada di bawah tekanan kuat yang mempengaruhi pada kondisi ekosistem dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Situasi yang sama juga terjadi di pulau besar lainnya di Indonesia, yaitu Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan Jawa. Penelitian ini dilakukan dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Teknologi Penginderaan Jauh digunakan untuk mengidentifikasi tutupan lahan dan bentang alam berdasarkan genesis. Sementara teknologi GIS digunakan untuk menilai kesesuaian habitat harimau sumatera dan untuk menentukan potensi daerah untuk pengembangan koridor habitat untuk mempertahankan konektivitas antara dua blok hutan dipisahkan oleh jalan di daerah. Lokasi penelitian adalah Bukit Batabuh Hutan Lindung. Hasil penelitian menegaskan bahwa daerah penelitian ini cocok untuk mempertimbangkan sebagai habitat Harimau Sumatera, tetapi berfungsi sebagai habitat koridor saja dan tidak dianggap sebagai habitat inti, karena wilayahnya yang hanya mampu menampung kurang dari dua harimau. Namun demikian, mengingat lokasi strategis daerah ini sebagai hubungan antara dua kawasan lindung yaitu Rimbang Baling dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, wilayah ini sangat penting untuk dilindungi. Degradasi kesesuaian habitat terjadi pada kisaran 2002 - 2013 dengan indikasi pengurangan kawasan hutan alam yang berdampak langsung pada kondisi ekosistem di daerah. Keberadaan jalan memisahkan blok hutan Bukit Batabuh di daerah memberikan kontribusi yang terhadap tekanan tinggi kerusakan lingkungan. Lokasi potensial untuk membangun koridor habitat adalah lokasi di mana masih ada tutupan vegetasi yang relatif padat. Hutan alam di sepanjang jalan yang memisahkan hutan Bukit Batabuh telah hilang, namun tetapi pohon karet di daerah dapat digunakan sebagai daerah vegetasi karena struktur kanopi mirip dengan pohon di hutan alam. Lokasi dekat dengan jembatan juga menjadi pertimbangan yang baik karena dapat berpotensi digunakan oleh hewan untuk lewat. ABSTRACT Sumatera Island is a paradise of biodiversity, but it is being threatened by pressure human activity in forest conversion, clearing of land for plantations, encroachment and poaching. Recently, the natural forests in Sumatera are under pressure affecting in ecosystem conditions and biodiversity in it. That same situation is also occured in other major island, namely Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, and Java. This research was conducted by Remote Sensing and Geographic Information Systems. Remote Sensing Technology is used for indentifiying landcover and landscape based on genesis. While GIS technology is used to assess the suitability of Sumatran tiger habitat and to determine a potential areas for development of habitat corridors to maintain connectivity between two forest blocks which separated by road in that area. The research location is Forest Preserve Batabuh Hill. The results have confirmed that the area is suitable for consideration as tiger habitat, but it has function for habitat corridors only and not regarded as a core habitat, because this area be able to accomodate fewer than two tigers. However, considering the location of strategic area as relationship between two protected areas that Rimbang Baling and Bukit Tigapuluh National Park, it has very important to be protected. Degradation of habitat suitability was occured of 2002 - 2013 with indication of reduction in natural forest areas that directly impact on ecosystem condition in the area. The existence of separate forest blocks Batabuh Hill in roads is giving contributed on high pressure environmental damage. The potential area to establish habitat corridors is located in area with covered of relatively dense vegetation. Natural forests in along road is separating Forest Hill Batabuh already lost, but the rubber trees in that area can be used as vegetation area because canopy structure similar a tree in natural forests. The location which near in bridge is also into consideration because could be potential for animals to pass.