Search

Kelompok Wanita Tani Tunas Harapan Kelurahan Limau Manis Kecamatan Pauh Kota Padang merupakan salah satu kelompok tani yang memiliki berbagai permasalahan seperti kekeringan, tingginya jumlah lahan tidur dan tanah yang gersang. Tanaman utama yang ditanam saat musim hujan adalah padi sawah, namun sebagian besar lahan menjadi lahan tidur saat musim kemarau. Permasalahan lain yang sering dihadapi selama pelaksanaan budidaya adalah masalah kualitas tanah, kurangnya kadar bahan organik dalam tanah juga dapat menjadi penyebab terjadinya degradasi yang berdampak pada penurunan produktivitas tanaman padi. Dalam hal pemupukan, petani di lokasi ini masih menggunakan pupuk buatan (pupuk kimia), dimana penggunaan pupuk kimia juga dapat menurunkan kualitas pangan hasil pertanian sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat bahwasanya limbah tongkol jagung dan limbah kakao yang banyak terdapat di lingkungan sekitar dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan kompos. Metode yang digunakan yaitu dengan metode sosialisasi, penyuluhan dan diskusi serta demonstrasi berupa praktek pembuatan rhizokompos secara langsung di lapangan bersama kelompok tani dan masyarakat sekitar. Hasil dari kegiatan ini diperoleh rhizokompos berbahan dasar limbah tongkol jagung dan limbah kakao. Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini yaitu meningkatnya pemahaman masyarakat khususnya Kelompok Tani (KWT Tunas Harapan) tentang manfaat dari limbah tongkol jagung dan limbah kakao yang dapat dijadikan sebagai bahan utama pembuatan kompos.

Kelompok Wanita Tani Tunas Harapan Kelurahan Limau Manis, Kecamatan Pauh, Kota Padang merupakan salah satu kelompok tani yang memiliki berbagai permasalahan seperti kekeringan, tingginya jumlah lahan tidur dan jauhnya akses. Tanaman utama yang ditanam saat musim hujan adalah padi sawah, namun sebagian besar lahan menjadi lahan tidur saat musim kemarau. Permasalahan lain yang sering dihadapi selama pelaksanaan budidaya adalah masalah hama dan penyakit yang menjadi penyebab rendahnya hasil produksi. Dalam hal pemupukan, petani di lokasi ini masih menggunakan pupuk buatan (pupuk kimia) serta dalam hal pengendalian OPT juga masih menggunakan pestisida kimia. Salah satu komponen utama dari program PHT yang dapat dimanfaatkan dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman adalah dengan memanfaatkan agens hayati. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan hasil hingga kegagalan panen. Metode yang digunakan yaitu dengan metode sosialisasi, penyuluhan serta diskusi langsung bersama kelompok tani mengenai hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi dilapangan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pemberdayaan ini adalah kelompok tani KWT Tunas Harapan memahami berbagai organisme pengganggu tanaman yang menyerang tanaman padi, masyarakat lebih mengetahui cara pengendalian yang tepat, sehingga bisa meningkatkan hasil produksi dengan lebih baik.

Bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (PGPB) merupakan bakteri menguntungkan yang dapat meningkatkan tingkat atau kualitas pertumbuhan tanaman melalui berbagai mekanisme. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan isolat PGPB terbaik untuk pengendalian Xanthomonas axonopodis pv. alii dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil pada beberapa variestas tanaman bawang merah. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 10 perlakuan galur PGPB dan 3 kontrol yang terdiri dari 3 ulangan. Isolat PGPB tersebut yaitu MRSNRZ3.1, MRSNUMBE2.2, MRBPBT2.1, MRBTLL3.2, MRTDUMMBE3.2.1, MRDKBTE1.3, MRPLUMBE1.3, MRBPUMBE1.3, MRTLDRZ2.2, MRSPRZ1.1. dan varietas yang digunakan adalah Sinkia Medan, Sinkia Gajah, Brebes, Keling, SS Sakato, dan Maja Cipanas. Peubah yang diamati yaitu perkembangan penyakit, pertumbuhan tanaman dan hasil bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 dari 10 isolat PGPB mampu menekan serangan Xanthomonas axonopodis pv. alii dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil pada beberapa varietas tanaman bawang merah. Isolat tersebut diantaranya MRSNRZ3.1, MRTLDRZ2.2, MRSPRZ1.1, MRSNUMBE2.2, MRBPBT2.1, MRBTLL3.2, dan MRDKBTE1.3.

The bacterial leaf blight is the primary disease and causes a significant loss of shallot yield in West Sumatera, Indonesia. Plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) is essential in suppressing diseases and improving shallots' growth and health. This study aimed to characterize and investigate the ability of PGPR isolates to control shallots bacterial leaf blight disease and improve its growth. Ten (10) isolates of PGPR designated as Bacillus thuringiensis strain MRSNRZ3.1, B. mycoides strain MRSNUMBE2.2, B. mycoides strain MRBPBT2.1, B. waihenstephanensis strain MRBTLL3.2, B. subtilis strain MRTDUMBE3.2.1, B. cereus strain MRDKBTE1.3, B. cereus MRPLUMBE1.3, Achromobacter insolitus strain MRBPUMBE1.3, Pseudomonas hibiscicola strain MRTLDRZ2.2, and Bacillus sp. strain MRSPRZ1.1 were collected from the rhizosphere and endosphere of shallots from Agam and Solok Regency. The variables observed were biocontrol characters (HCN production and siderophore) and biofertilizer characters (indole acetic acid production, ammonia, and phosphate dissolution). These isolates showed activity in controlling leaf blight caused by Xanthomonas axonopodis. The present study also suggests that PGPR isolates, viz. MRSNRZ3.1, MRSNUMBE2.2, MRBPBT2.1, MRBTLL3.2, MRTDUMMBE3.2.1, MRDKBTE1.3, MRPLUMBE1.3, MRBPUMBE1.3, MRTLDRZ2.2, and MRSPRZ1.1 may be used as biofertilizers to enhance the growth and productivity of shallots. This finding suggests that identified PGPR isolates can be used as biological control agents and biofertilizers to enhance the growth and productivity of shallot.

Jorong Parit Dalam Nagari Taeh Baruah Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Limapuluh Kota merupakan salah satu nagari yang memiliki berbagai permasalahan seperti kekeringan, tingginya jumlah lahan tidur dan jauhnya akses. Tanaman utama yang ditanam saat musim hujan adalah padi sawah, namun sebagian besar lahan menjadi lahan tidur saat musim kemarau. Dalam hal pemupukan, petani di lokasi ini masih menggunakan pupuk buatan (pupuk kimia) serta dalam hal pengendalian hama dan penyakit masih menggunakan pestisida kimia. Solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan penanaman tanaman cabai yang lebih tahan terhadap kekeringan, pengolahan limbah pertanian menjadi kompos suatu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia, penggunaan Trichoderma dan pestisida nabati sebagai agens pengendali hama dan penyakit, serta pengolahan hasil produksi cabai untuk meningkatkan nilai jual, daya saing serta pendapatan masyarakat. Tujuan kegiatan pemberdayaan kelompok tani ini adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan Trichoderma yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai, serta juga dapat dijadikan sebagai agens hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman cabai saat dibudidayakan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu dengan sosialisasi dan penyuluhan, pelatihan terstruktur dan praktik langsung dilapangan pengaruh Trichoderma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini yaitu masyarakat dapat mengetahui adanya alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan pestisida sintetik. Masyarakat juga dapat pemahaman baru terkait peningkatan pertumbuhan dan hasil dari tanaman cabai dengan memanfaatkan agens hayati Trichoderma tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida sintetik yang diperoleh dari luar. Maka dari itu lingkungan dan keseimbangan ekosistem di daerah Nagari Taeh Baruh menjadi terjaga. Kesimpulan dari kegiatan ini yaitu pertumbuhan tanaman yang diaplikasikan dengan menggunakan Trichoderma spp lebih tinggi dari pada tanaman yang tidak diberi perlakuan Trichoderma spp (kontrol). Penggunaan Trichoderma spp sangat disarankan karena selain mudah untuk didapatkan juga memberikan nilai positif terhadap pertumbuhan tanaman dan baik untuk teknologi lingkungan sekitar tanaman budidaya.

The aim of this study was to identify the chemical compound methanol extract of entomopathogenic fungus Beauveria bassiana from insect walang sangit and the chemical compound roots of red chili plants that were able to stimulate the growth of chilli plants after being applied with entomopathogenic fungus B. bassiana through seed immersion inoculation using GCMS method. The chemical compound identified as a growth booster in B. bassiana fungus isolates from the insect walang sangit is an Acetic acid Ethanoic acid Ethylic acid Glacial acetic acid CH3COOH, Hexadecanoic acid, methyl ester (CAS) Methylpalmitate Uniphat A60, n-Hexadecanoic acid Hexadecanoic acid n-Hexadecoic acid Palmitic acid, Dianhydromannitol and Ergosta-5,7,22-trien-3-ol, (3.beta., 22E) - (CAS) Ergosterol (CAS), while the chili root contains Acetic acid Ethanoic acid Ethylic acid Glacials acetic acid CH3COOH, Hexadecanoic acid, methyl ester (CAS) Methyl palmitate Uniphat A60, n -Hexadecanoic acid Hexadecanoic acid Palmitic acid, 8, 11- octadecadienoic acid, methyl ester (CAS) METHYL 8, 11-OCTADECADIENOATE, (23S)-ethylcholest-5-en-3.beta.-ol.s It can be concluded that some of the chemical compounds in methanol extracts identified in chili roots have similarities with chemical compounds that exist in B. bassiana entomopathogenic fungus which are potential as stimulers of chili plant growth

Rahma H, Nurbailis, Busniah M, Kristina N, Larasati Y. 2021. The potential of endophytic bacteria to suppress bacterial leaf blight in rice plants. Biodiversitas 23: 775-782. Endophytic bacteria are potential as biocontrol agents against bacterial leaf blight (BLB) disease caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae in rice to support sustainable agriculture. This study aimed to select and characterize 22 endophytic bacteria isolated from healthy rice, determine their ability to promote plant growth and suppress bacterial leaf blight disease in rice and also identify potential endophytic bacterial isolates. The study was arranged in a Completely Randomized Design with 24 treatments and three repetitions. The treatments used in the current study consisted of Xanthomonas oryzae infected plants and treated with endophytic bacterial isolates; infected plants without endophytic bacteria treatment (positive control), non-infected plants (negative control). Identification of potential endophytic bacteria was performed based on 16S rRNA sequences. Three out of 22 bacterial isolates, i.e., LmB1, LmA6, and LmB2 were able to suppress bacterial leaf blight disease with severity levels of 35.82%, 23.78%, and 23.78%, respectively. Based on the rice plant growth parameters, three bacterial isolates (LmA6, LmB1, and LmB35) were able to increase the growth of rice plants with an average value of 69.56%, 56.51%, and 47.82%, respectively. Two bacterial isolates, i.e., LmB 1 and LmA6 suppress the development of bacterial leaf blight disease and increase the growth of rice plants. Based on DNA sequence comparisons of DNA fragments amplified by 16S rRNA related marker of the selected bacterial isolates and database, then LmA6, LmB2, LmB1, and LmB35 had similarities with Bacillus cereus MD152 (96.87%), Bacillus thuringiensis ATCC 10792 (98.20%), Ochrobactrum intermedium strain OI1 (97.52%), and Stenotrophomonas maltophilia strain A1w2 (97.92%), respectively. Our study revealed that the indigenous endophytic bacteria from rice plants could be potential biological agents for controlling bacterial leaf blight disease and increasing plant growth.

Tanaman bawang merah memiliki potensi pengembangan sangat baik. Permintaan pasar akan komoditi tanaman bawang merah cenderung meningkat berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk,. tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini ialah meningkatkan produksi tanaman bawang merah ngungun jorong Gantiang Utara dengan cara yang efektif dan efisien melalui pemberian YUYAOST dan Trichoderma. Metode pelaksanaan kegiatan meliputi survei pendahuluan pendekatan sosial, penyuluhan, pelatihan, dan pembuatan demplot. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya kelompok tani ngungun jorong Gantiang Utara. Antusias dan partisipasi aktif dari masyarakat sangat menunjang keberhasilan dari kegiatan ini. Pertumbuhan dan hasil produksi yang terbaik didapatkan pada perlakuan YUYAOST. Dalam penerapan teknologi menggunakan YUYAOST dan Trichoderma sangat membantu percepatan tumbuhan tanaman bawang merah. Penggunaan YUYAOST sangat disarankan karena selain mudah untuk didapatkan juga memberikan nilai positif terhadap pertumbuhan tanaman dan baik untuk teknologi lingkungan sekitar tanaman budidaya.

Cabai merah merupakan sumber pendapatan utama bagi petani di daerah Tanah Datar. Masalah utama yang selalu dihadapi oleh petani cabai di daerah ini adalah serangan hama dan penyakit yang dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Hingga saat ini, pengendalian hama dan penyakit sayuran masih mengandalkan pestisida sintetik yang telah menimbulkan dampak negatif. Untuk itu, perlu dicari alternatif pengendalian yang dapat mengurangi dampak negatif pestisida tersebut, yaitu menggunakan agens hayati seperti cendawan Beauveria bassiana dan Trichoderma sp.Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan pengendalian hama dan penyakit menggunakan agens hayati Beauveria bassiana dan Trichoderma sp. Metode kegiatan pengabdian adalah penyuluhan, pelatihan dan praktek lapangan. Minat petani untuk menggunakan agens hayati terutama Beauveria bassiana dan Trichoderma cukup tinggi dan telah memotivasi mereka untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis. Petani juga telah berhasil memperbanyak agens hayati dan membuat kompos limbah pertanian menggunakan Trichoderma.

Peranan cendawan endofit dalam bidang pertanian banyak mendapat perhatian karena selain dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama maupun penyakit tanaman, juga mempunyai kemampuan dalam memacu perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Salah satu cendawan endofit yang diuji dalam penelitian ini adalah Beauveria bassiana berasal dari isolat tanaman gandum, tanaman kopi, tanaman kakao dan cendawan Beauveria bassiana dari serangga walang sangit (Leptocorisa acuta). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan kolonisasi cendawan endofit Beauveria bassiana dari isolat gandum, kakao, kopi dan serangga walang sangit terhadap benih dan bibit cabai, untuk mendapatkan waktu yang terbaik dalam memacu perkecambahan dan pertumbuhan bibit cabai melalui metode perendaman benih dengan suspensi Beauveria bassiana selama 2, 6 dan 10 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua isolat Beauveria bassiana mampu mengkolonisasi benih maupun bibit tanaman cabai dan Bb dari isolat gandum merupakan isolat yang terbaik memacu perkecambahan dan pertumbuhan bibit cabai dengan perendaman benih selama 6 jam.

Basal stem rot (Ganoderma boninense) is the main disease of oil palm. Previous research results obtained 7 isolates of rhizobacteria indigenous which have the best ability to control G. boninense in oil palm seedlings and increase growth. The purpose of this study was to characterize the ability of PGPR and biocontrol of indigenous rhizobacteria isolates and inhibitory testing of G. boninense in vitro. Characterization methods include (Phosphate solubility, siderophore production, chitinase activity, hemolytic activity and dual culture test). The results showed four isolates of RZ1A 2.1, RZ2E 2.1, RZ1E 2.1, and RZ2B 1.1 were able to dissolve phosphate. only isolate RZ2B 1.1 produced siderophore. Two isolates produced chitinase RZ1E 2.1 and RZ2E 2.1. All isolates did not produce hemolysis. The best three isolates were obtained from RZ1E 2.1, RZ2E 2.1 and RZ2E 1.2 which have inhibitory properties against G.boninense.

Rhizobacteria was group of bacteria that colonize roots, affect growth and control plant pathogensBased on the results of previous studies, 6 isolates have the best ability to control G. boninense in oil palm seedlings. To determine the ability of these isolates, characterization needs to be done. This study aims to identify the molecular isolates of selected rhizobacteria indigenous that act as biocontrol agents G. boninense. Molecular identification of selected rhizobacteria isolates using the 16S rRNA gene. The results showed that All RBI isolates were identified as different species of Bacillus paramycoides strain MCCC (RZ1A 2.1), Microbacterium paraoxydans strain CF36 (RZ2B 1.1), Bacillus albus strain MCCC 1A02146 (RZ2C 2.1), Bacillus cereus strain JCM 2152 (RZ2E 2.1), Serratia marcescens strain NBRC 102204 (RZ2E 1.2), Bacillus cereus ATCC 14579 (RZ1E 2.1).

Authors. 2018. Short Communication: Viability and environmental effect to conidial germination of antagonistic fungi that potential as biological control of Colletotrichum gloeosporoides caused antracnose disease on chili. Biodiversitas 19: 974-977. Some of antagonistic fungi from chili rhizosphere were potential to suppress the growth of colletotrichum gloeosporoides in vitro. This present study was aimed to observe the viability of antagonistic fungi and effect of temperature and ultraviolet light to its conidial germination. We targeted to obtain the isolate with the best viability and high resistance to temperature and ultraviolet changes. The experiment used a completely randomized design consisted of nine treatments and four replication. The treatment were nine of antagonistic fungi isolates from chili rhizosphere that consisted of two genera, Trichoderma and Paecilomyces, each comprised four isolates and unidentified isolate (X isolate). These four isolates were considered as replication for observation. The observed parameters observe included the width of colony, density of conidia, germination of conidia, effect of temperature and ultraviolet light changes to conidial germination. The results showed that antagonistic fungi from the genus Trichoderma had the best viability (the width of colony = 39.68-56.92 cm2, density of conidia 40.50-57.50 x 109 conidia/mL and germination of conidia > 80%) and highest resistance to temperature and ultraviolet changes compared with the other fungi used in this study.

Branch dieback is one of the primary diseases in cacao plants. The disease affects young shoots and twigs, causes leaves to die, and leaves them bare, interfering with photosynthesis. This study aimed to determine the causative pathogens in Padang City. The locations were: Sungai Sarik Kuranji, Lubuk Minturun Koto Tangah, and Teluk Kabung Bungus. The locations have the following criteria: age ? three years, the number of plants at the location ? 50 individuals, and found symptoms of branch dieback. The research used descriptive methods. The sample represented 10% of the total number of plants at the location, was collected randomly. The results found four species of fungi associated with the disease, namely Oncobasidium theobromae, Botrydiplodia theobromae, Fusarium decemcellulare, and Fusarium sp1.

Nurbailis, Djamaan A, Rahma H, Liswarni Y. 2019. Potential of culture filtrate from Trichoderma spp. as biofungicide to Colletotrichum gloeosporioides causing anthracnose disease in chili. Biodiversitas 20: 2915-2920. Trichoderma spp. have the potential to be used for controlling the airborne pathogenic fungi such as C. gloeosporioides. The purpose of this study was to evaluate the antifungal activity of the culture filtrate of five isolates of Trichoderma spp. (T. harzianum, T. viride, T. koningii, Trichoderma PP2, Trichoderma PP3) against C. gloeosporoides causing anthracnose disease in chili. Culture filtrate of Trichoderma spp. was produced from single culture and dual culture techniques. The design was a Completely Randomized Design with six treatments and four replications. The treatments were culture filtrate from T. harzianum, T. viride, T. koningii, Trichoderma PP2, Trichoderma PP3, and negative control (without culture filtrate from Trichoderma spp.). Parameters observed were: the diameter of the colony, colony coverage, conidial germination, and conidial density. The results of this research showed all the culture filtrate from Trichoderma spp. produced by single and dual culture techniques can inhibit the growth of C. gloeosporioides. The culture filtrate from Trichoderma PP2 and T. koningii were the most potential in inhibiting the growth, conidial density, and conidial germination of C. gloeosporioides.