41 results on '"Harintaka, Harintaka"'
Search Results
2. Improved deep learning segmentation of outdoor point clouds with different sampling strategies and using intensities
- Author
-
Harintaka Harintaka and Wijaya Calvin
- Subjects
segmentation ,sampling ,point cloud ,deep learning ,intensity ,pointnet++ ,tls ,Geology ,QE1-996.5 - Published
- 2024
- Full Text
- View/download PDF
3. Comparative Analysis of the Semantic Conditions of LoD3 3D Building Model Based on Aerial Photography and Terrestrial Photogrammetry
- Author
-
Muh Apriansyah and Harintaka Harintaka
- Subjects
3d, lod, semantic ,Geography. Anthropology. Recreation ,Geology ,QE1-996.5 - Abstract
3D modeling of buildings is an important method in mapping and modeling the built environment. In this study, we analyzed the differences between the semantic state of actual buildings and 3D models of LoD3 buildings generated using aerial and terrestrial photogrammetric methods. We also evaluated the accuracy of the visual representation as well as the suitability of the building geometry and texture. Our method involves collecting aerial and terrestrial photographic data and processing it using SFM (structure from motion) technology. The photogrammetric data was then processed using image matching algorithms and 3D reconstruction techniques to generate 3D models of LoD3 buildings. The actual semantic state of the building was identified through field surveys and reference data collection. The 3D building model was successfully modeled from 1201 photos and 19 ground control points. The results of the evaluation of the geometry accuracy test, dimensions and semantic completeness of the 3D model, the use of aerial photographs and terrestrial photogrammetry in LoD3 3D modeling are assessed from the results of the automatic 3D modeling process using SfM (Structure from Motion) technology that produces 3D building models in Level of Detail (LoD) 3 with Root Mean Square Error values
- Published
- 2023
- Full Text
- View/download PDF
4. Current land subsidence in Jakarta: a multi-track SBAS InSAR analysis during 2017–2022 using C-band SAR data
- Author
-
Harintaka Harintaka, Argo Galih Suhadha, Agung Syetiawan, Mohammad Ardha, and Anisa Rarasati
- Subjects
InSAR ,SBAS ,2D displacement ,coastal ,subsidence ,Physical geography ,GB3-5030 - Abstract
In Jakarta, Indonesia, rapid urbanization and intensive groundwater extraction have led to significant land subsidence, posing challenges for sustainable urban management. This study utilized Interferometry Synthetic Aperture Radar (InSAR) integrated with multi-track data analysis to generate refined time-series and velocities of 2D displacement across Greater Jakarta. This study reveals notable variation in subsidence rates across different areas, with the most significant subsidence observed in Cikarang and the coastal regions of North Jakarta, which remains linear to this day. Notably, while the 2D approach improved accuracy by up to 53% at some locations, discrepancies at others indicated that simpler descending projections might sometimes yield better results. This underscores the necessity for a nuanced application of geodetic methods based on specific site conditions to effectively monitor and manage land subsidence in complex urban environments. Our findings highlight the critical importance of integrating multiple monitoring approaches to comprehensively address both vertical and horizontal displacement.
- Published
- 2024
- Full Text
- View/download PDF
5. Identifikasi Genangan Banjir di Wilayah DKI Jakarta Menggunakan Citra Satelit Sentinel-1
- Author
-
Ana Mardhiyana Alawiyah and Harintaka Harintaka
- Subjects
dki jakarta ,inundation flood ,synthetic aperture radar (sar) ,sentinel-1 ,Geography. Anthropology. Recreation ,Geography (General) ,G1-922 - Abstract
Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah dengan karakteristik topografi yang berada pada kemiringan lereng relatif landai dan terletak pada dataran rendah. Hal ini menyebabkan wilayah Jakarta menjadi semakin rentan tergenang air dan banjir pada musim hujan. Pada awal tahun 2020, Jakarta mengalami banjir yang diakibatkan oleh hujan lebat yang turun sejak 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020. Untuk keperluan antisipasi dan mitigasi bencana terkait banjir tersebut diperlukan ketersediaan data tentang luas genangan banjir dan letaknya secara cepat. Salah satu teknologi yang potensial untuk diterapkan adalah menggunakan citra satelit Sentinel-1. Berdasarkan kondisi tersebut, telah dilakukan kajian untuk mendeteksi daerah terdampak genangan banjir dari citra satelit Sentinel-1. Adapun teknik yang digunakan adalah metode change detection dan thresholding. Pada kajian ini digunakan citra Sentinel-1 perekaman tahun 2019 dan 2020, DEMNAS, Global Surface Water dan batas administrasi wilayah DKI Jakarta. Adapun tahapan pelaksanaan kajian mencakup proses change detection dengan ratio image dari dua citra Sentinel-1 GRD sebelum dan saat banjir, perhitungan nilai optimum threshold untuk menentukan banjir dan tidak banjir, masking banjir, dan perhitungan luas genangan. Berdasarkan hasil kajian diperoleh luas total daerah yang terkena banjir sekitar 1.156,84 hektar, sedangkan luas area banjir dari data Pemprov DKI sekitar 12.896,35 hektar. Hasil validasi menggunakan data Pemprov DKI dengan membandingan antara citra Sentinel-1 tahun 2019 dan 2020, diperoleh hasil 61 lokasi atau sekitar 28,96% termasuk ke dalam hasil interpretasi kelas banjir dan terdapat 157 lokasi atau sekitar 71,04% termasuk ke dalam hasil interpretasi kelas tidak banjir.
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
6. The latest DTM using InSAR for dynamics detection of Semangko fault-Indonesia
- Author
-
Atriyon Julzarika, Trias Aditya, Subaryono Subaryono, and Harintaka Harintaka
- Subjects
the latest dtm ,insar ,alos palsar ,sentinel-1 ,semangko fault ,Geodesy ,QB275-343 - Abstract
The latest Digital Terrain Model (DTM) is seen as an upgradable DTM that is fitted to the latest combination of DTM master and its displacement. The latest DTM can be used to overcome the problem of static DTM weaknesses in displaying the latest topographic changes. DTM masters are obtained from InSAR and Digital Surface Model (DSM) ALOS PALSAR conversions. Meanwhile, the displacement is obtained from Sentinel-1 images, which can be updated every 6–12 days or at least every month. ALOS PALSAR data were the images acquired in 2008 and 2017, while Sentinel-1 data used were images acquired in 2018 and 2020. This study aims to reveal the importance of an upgradable DTM so called latest DTM which is combination of DTM master and its displacement in order to show the latest condition of study area. The case study is the dynamics analyze of the Semangko fault specifically in the Sianok and Sumani segments situated in Indonesia. The vertical accuracy assessment was done to evaluate the DSM to DTM conversion with a tolerance of 1.96σ. The result obtained is the latest DTM. It is derived from the integration of the DTM master with displacement. The latest DTM can be used to detect the dynamics of Semangko fault. The study area has vertical deformation at a value of –50 cm to 30 cm. The Semangko fault area is dominated by –25 to 5 cm deformation. In general, this region has decreased. The decline in this region ranges from 7.5 cm to 10 cm per year. The latest DTM vertical accuracy is 2.158 m (95% confidence level) with a scale of 1: 10,000 to 1: 20,000.
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
7. Kajian Keandalan True Orthophoto Untuk Pemetaan Skala Besar 1 : 5.000
- Author
-
Andita Putri Damayanti and Harintaka Harintaka
- Subjects
true orthophoto ,ground orthophoto ,image matching ,data geospasial skala besar ,Geodesy ,QB275-343 - Abstract
Pembangunan kewilayahan yang merata di Indonesia masih terkendala dengan tidak tersedianya peta dasar skala besar sebagai bahan utama dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Data orthophoto dapat digunakan sebagai alternatif sumber data dalam penyediaan peta dasar skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keandalan data true orthophoto hasil dense image matching dibandingkan dengan ground orthophoto bagi pembuatan unsur peta dasar skala besar di Indonesia. Area penelitian mengambil sampel wilayah urban, wilayah lahan terbuka dan wilayah bervegetasi. Tahap penelitian meliputi persiapan, pembentukan true orthophoto, dan analisis perbandingan antara unsur tutupan lahan pada true orthophoto dengan unsur tutupan lahan pada ground orthophoto. Berdasarkan hasil penelitian,true orthophoto memiliki kelemahan pada visualisasinya. Tingkat kecerahan dan kejelasan objek tutupan lahannya masih lebih rendah dibandingkan dengan data ground orthophoto. Kelemahan true orthophoto pada wilayah urban adalah banyaknya variasi rona piksel pada objek yang mengaburkan batas tutupan lahan, dominasi rona piksel objek yang menghilangkan objek lainnya dan adanya efek gergaji (sawtooth effect) pada bangunan tinggi. Untuk wilayah lahan terbuka dan wilayah bervegetasi terdapat kumpulan piksel yang berwarna abu-abu hingga kehitaman pada objek tutupan lahan. Perbedaan gelap terang piksel pada objek tutupan lahan dapat mempersulit identifikasi batas tutupan lahan. Secara geometri, data true orthophoto dapat digunakan untuk pembuatan peta dasar skala besar 1 : 5.000, hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ketelitian geometrik horisontal (CE90) pada wilayah penelitian yang masuk ke dalam ketelitian peta RBI 1 : 5.000 kelas duaPembangunan kewilayahan yang merata di Indonesia masih terkendala dengan tidak tersedianya peta dasar skala besar sebagai bahan utama dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Data orthophoto dapat digunakan sebagai alternatif sumber data dalam penyediaan peta dasar skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keandalan data true orthophoto hasil dense image matching dibandingkan dengan ground orthophoto bagi pembuatan unsur peta dasar skala besar di Indonesia. Area penelitian mengambil sampel wilayah urban, wilayah lahan terbuka dan wilayah bervegetasi. Tahap penelitian meliputi persiapan, pembentukan true orthophoto, dan analisis perbandingan antara unsur tutupan lahan pada true orthophoto dengan unsur tutupan lahan pada ground orthophoto. Berdasarkan hasil penelitian,true orthophoto memiliki kelemahan pada visualisasinya. Tingkat kecerahan dan kejelasan objek tutupan lahannya masih lebih rendah dibandingkan dengan data ground orthophoto. Kelemahan true orthophoto pada wilayah urban adalah banyaknya variasi rona piksel pada objek yang mengaburkan batas tutupan lahan, dominasi rona piksel objek yang menghilangkan objek lainnya dan adanya efek gergaji (sawtooth effect) pada bangunan tinggi. Untuk wilayah lahan terbuka dan wilayah bervegetasi terdapat kumpulan piksel yang berwarna abu-abu hingga kehitaman pada objek tutupan lahan. Perbedaan gelap terang piksel pada objek tutupan lahan dapat mempersulit identifikasi batas tutupan lahan. Secara geometri, data true orthophoto dapat digunakan untuk pembuatan peta dasar skala besar 1 : 5.000, hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ketelitian geometrik horisontal (CE90) pada wilayah penelitian yang masuk ke dalam ketelitian peta RBI 1 : 5.000 kelas dua.
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
8. PEMANFAATAN TEKNOLOGI UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) UNTUK IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI JENIS - JENIS KERUSAKAN JALAN
- Author
-
Iradaf Mandaya and Harintaka Harintaka
- Subjects
aerial photo ,dsm ,quadcopter ,road distress ,structure from motion ,orthophoto ,uav ,Engineering (General). Civil engineering (General) ,TA1-2040 - Abstract
Roads are means of transportation that play an important role in supporting people's lives such as economic, social, educational and cultural activities. In its service, the age of road is often not as planned because it has damage to the surface layer. Maintenance, repair and rehabilitation efforts are needed. However, before that steps are needed to identify each type and level of damage that occurs so that recommendations can be proposed for improvement. Road distresses identification is still done manually by surveyors who fill out forms and sketches of road distress. On the other hand, UAV (Unmaned Aerial Vehicle) which have many advantages, such as: save time, money, labor and able to produce a geographical database for transportation issue. In this research data acquisition use automatic mode along road corridor. Aerial photo data is processed and analyzed by using SfM (structure from Motion) software to produce DSM (Digital Surface Model) and orthophoto. DSM is used to determine the depth profile of road distress. While the orthophoto results are then used in the process of visual interpretation to identify road distress. This research using quadcopter platform using digital camera with flight altitude less than 20 metres to obtain precise DSM and orthophoto. The results obtained by several types of road distress can be identified by using UAVs in the form of alligator cracking, potholes, edge cracking, shoving and depression. This type of road distress classification was obtained based on visual interpretation obtained an accuracy rate of 96.36 %.
- Published
- 2020
- Full Text
- View/download PDF
9. Multidimensional Displacement Analysis of Semeru Volcano, Indonesia Following 2021 Eruption from Multitrack InSAR Observation
- Author
-
Suhadha, Argo Galih, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2023
- Full Text
- View/download PDF
10. Comparative Analysis of the Semantic Conditions of LoD3 3D Building Model Based on Aerial Photography and Terrestrial Photogrammetry
- Author
-
Apriansyah, Muh, primary and Harintaka, Harintaka, primary
- Published
- 2023
- Full Text
- View/download PDF
11. Pembuatan Model Prediksi Lahan Terbangun di Kabupaten Kulon Progo dengan Citra Satelit Penginderaan Jauh
- Author
-
Wibowo, Rifqi Alghifari, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2023
- Full Text
- View/download PDF
12. Pembuatan Model 3D Bangunan LoD3 Dengan Pemanfaatan Foto Udara Dan Fotogrametri Jarak dekat
- Author
-
Apriansyah, Muh, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2023
- Full Text
- View/download PDF
13. Dynamics topography monitoring in Peatland using the latest digital terrain model
- Author
-
Atriyon Julzarika, Trias Aditya, Subaryono Subaryono, and Harintaka Harintaka
- Subjects
Renewable Energy, Sustainability and the Environment ,Mechanical Engineering ,General Engineering ,Transportation ,Safety, Risk, Reliability and Quality ,Civil and Structural Engineering - Abstract
The Central Kalimantan province in Indonesia has one of the country's largest peatlands. The Peatland has dynamic topographic conditions that cause land subsidence or uplift in water levels. Monitoring the topographic dynamics conditions of this Peatland requires an up-to-date DTM capable of presenting the latest conditions. Monitoring with the latest DTM is needed because there is currently no method suited to large-scale, cost-effective mapping. This study aims to monitor the dynamics of topography in Peatland using the latest DTM. The latest DTM is a combination of the DTM master and the latest displacement. The novelty of this research is in monitoring the dynamics of Peatland with the latest DTM every rainy and dry season. DTM master is DTM extracted from InSAR ALOS PALSAR-2. Displacement was obtained from DInSAR extraction from Sentinel-1. The research area is located in Pulang Pisau, Indonesia. DTM master was extracted using InSAR in December 2017. Displacement was extracted every 6-7 months. The monitoring periods for dynamics topographic were January 2018, August 2018, January 2019, July 2019, January 2019, and June 2020. Each period involved extracting the latest DTM and the displacement. The dynamics topography of the study area lies at the value of 1.5 m. This latest DTM can be used for 1: 20,000 to 1: 25,000 mapping. The latest DTM has a RMSE(z) of 0.705 m on the field measurement. This vertical accuracy-test uses 15 points from GNSS-levelling. Based on the RMSE (z) obtained, the vertical accuracy is 1.3818 m at the 95% confidence level.
- Published
- 2022
14. Integration of the latest Digital Terrain Model (DTM) with Synthetic Aperture Radar (SAR) Bathymetry
- Author
-
Harintaka Harintaka, Subaryono Subaryono, Atriyon Julzarika, Luki Subehi, Ratna Sari Dewi, and Trias Aditya
- Subjects
Synthetic aperture radar ,lake singkarak ,rote island ,lcsh:Environmental effects of industries and plants ,dem integration ,Geography, Planning and Development ,Elevation ,Management, Monitoring, Policy and Law ,Pollution ,Data availability ,Standard deviation ,law.invention ,dtm ,sar bathymetry ,lcsh:TD194-195 ,law ,Bathymetry ,Radar ,Digital elevation model ,Image resolution ,Geology ,Nature and Landscape Conservation ,Remote sensing - Abstract
Topography and bathymetry integration is one of the essential things in providing height data. So far, the topography and bathymetry problems are the lack of height data availability, not up to date, and low vertical accuracy. The latest DTM is one of the topography data with up to date elevation with a spatial resolution of 5 m. Bathymetry extracted from SAR images. It is an alternative depth data for ocean bathymetry and inland water bathymetry. Topography and bathymetry integration is required to obtain comprehensive height data. This study aimed to integrate the latest DTM with SAR bathymetry. The method used in this integration was DEM integration. The method combined the latest DTM data with SAR bathymetry based on the correlation of the two data's standard deviation. The integration of the latest DTM with SAR bathymetry needs to consider differences in height reference fields. Two integration studies were conducted in this research-the latest DTM integration with ocean bathymetry for Rote Island. Then the integration of the latest DTM with inland water bathymetry in Lake Singkarak. The result of the integration is necessary to check the surface by generating longitudinal and cross-section profiles. Integrating the latest DTM and SAR bathymetry can be used for various mapping surveys on lands and waters.
- Published
- 2021
15. Vegetation Height Estimation using Satellite Remote Sensing in Peat Land of Central Kalimantan
- Author
-
Tatik Kartika, Atriyon Julzarika, and Harintaka Harintaka
- Subjects
Estimation ,Vegetation height ,Peat ,Satellite remote sensing ,Environmental science ,Remote sensing - Abstract
Vegetation height is an important parameter in monitoring peatlands. Vegetation height can be estimated using remote sensing. Vegetation height can be estimated by utilizing DSM and DTM. The data that can be used are LiDAR, X-SAR, and SRTM C. In this study, LiDAR data is used for DSM2018 and DTM2018 extraction. The purpose of this research is to detect the vegetation height in Central Kalimantan peatlands using remote sensing technology. The research location is in Bakengbongkei, Kalampangan, Central Kalimantan. The integration of X-SAR and SRTM C is used for DSM2000 and DTM2000 extraction. DSM2000, DTM2000, DSM2018, and DTM2018 performed height error correction with tolerance of 1.96? (95%). Then do the geoid undulation correction to EGM2008. The results obtained are DSM and DTM with a similar height reference field. If it meets these conditions it can be calculated the vegetation height estimation. Vegetation height can be obtained using the Differential DEM method. The Changing in vegetation height from 2000 to 2018 can be estimated from the difference in vegetation height from 2000 to vegetation height in 2018. Results of spatial information on vegetation height and its changes need to be tested for the accuracy. This accuracy-test includes a cross section test, height difference test, and comparison with measurements of vegetation height in the field. The results of this research can be used to monitor the changing the vegetation height in peatlands.
- Published
- 2021
16. Analisis Kehandalan Ekstraksi Garis Tepi Bangunan dari Data Foto Udara Menggunakan Pendekatan Deep Learning Berbasis Mask R-CNN
- Author
-
Kristal, Agri, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2022
- Full Text
- View/download PDF
17. Pembuatan Model 3D Bangunan LoD3 Dengan Pemanfaatan Foto Udara Dan Fotogrametri Jarak dekat
- Author
-
Muh Apriansyah and Harintaka Harintaka
- Subjects
General Medicine - Published
- 2023
18. Dynamics topography monitoring in Peatland using the latest digital terrain model
- Author
-
Julzarika, Atriyon, primary, Aditya, Trias, additional, Subaryono, Subaryono, additional, and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2022
- Full Text
- View/download PDF
19. Identifikasi Genangan Banjir di Wilayah DKI Jakarta Menggunakan Citra Satelit Sentinel-1
- Author
-
Alawiyah, Ana Mardhiyana, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
20. THE LATEST DTM USING INSAR FOR DYNAMICS DETECTION OF SEMANGKO FAULT-INDONESIA
- Author
-
Julzarika, Atriyon, primary, Aditya, Trias, additional, Subaryono, Subaryono, additional, and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
21. Penggunaan Generic Atmospheric Correction Online Service For InSAR (GACOS) Pada Pemantauan Penurunan Muka Tanah di Kota Semarang Metode Persistent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar
- Author
-
Reyhan Azeriansyah and Harintaka Harintaka
- Abstract
Wilayah pesisir merupakan tempat yang potensial dalam bermukim dan memanfaatkan sumber daya alam. Kemudahan akses dan daerah yang berpotensi untuk dikelola sehingga sebagian besar permukiman padat penduduk berada di wilayah tersebut. Salah satu akibat dari aktivitas dapat dilihat pada wilayah pesisir seperti Kota Semarang yang mengalami penurunan muka tanah yang disebabkan berbagai faktor alam dan buatan manusia. Metode pengamatan yang sering dilakukan untuk fenomena ini adalah pengamatan GNSS. Interval jarak yang terlalu jauh antar stasiun menyebabkan beberapa area tidak tercakup dalam pengamatan penurunan muka tanah dengan pengamatan GNSS receiver. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan teknologi Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) secara multi-temporal yang disebut Persistent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR). Pada aplikasinya, PS-InSAR memiliki permasalahan berupa kesalahan troposfer yang menyebabkan percepatan atau pelambatan sinyal pada sensor SAR saat melakukan akuisisi yang terkandung pada tiap citra Synthetic Aperture Radar (SAR). Metode koreksi troposfer Generic Atmospheric Correction Online Service for InSAR (GACOS) yang digunakan pada metode PS-InSAR akan dapat mengeliminasi efek troposfer pada masing-masing citra sehingga kesalahan dapat diminimalkan dan mengoptimalkan kerja metode PS-InSAR. Berdasarkan hasil PS-InSAR sebelum dan sesudah terkoreksi menunjukkan bahwa wilayah di Kota Semarang yang mengalami penurunan muka tanah terbesar adalah Kecamatan Genuk, Kecamatan Pedurungan dan Semarang Timur. Secara statistik menunjukkan GACOS mampu mempengaruhi hasil PS-InSAR.
- Published
- 2019
22. Ekstraksi Fitur Bangunan Secara Cepat pada Foto UAV Menggunakan Metode Deep Residual Neural Network Berbasis FCN
- Author
-
Danang Setiaji and Harintaka Harintaka
- Abstract
Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi penginderaan jauh menjadi salah satu teknik yang paling bagus untuk akuisisi data pada area luas tanpa perlu melakukan survey langsung di lapangan dengan tingkat kedetailan yang tinggi. Dengan perubahan tutupan lahan yang semakin cepat dan dinamis diperlukan teknologi yang dapat menghasilkan data dengan tingkat kedetailan tinggi,murah dan dapat menghasilkan data dalam waktu yang cepat. Salah satu produk penginderaan jauh tersebut adalah Foto Udara dengan teknologi pesawat tanpa awak (UAV). Teknologi ini mampu menghasilkan output data spasial detail dengan biaya relatif murah, cepat dan terkini. Salah 1 unsur yang cepat berubah di wilayah perkotaan adalah pada pertambahan objek bangunan. Dalam pembuatan bangunan tersebut harus dilengkapi dengan syarat keterangan ijin mendirikan bangunan (IMB) dari instansi terkait. Ketentuan ijin ini tidak terlepas dari aturan RDTR dan PZ yang berlaku serta hanya boleh didirikan pada zonasi yang diijinkan. Dengan kebutuhan data informasi fitur bangunan yang cukup banyak dan mendesak, diperlukan metode ekstraksi yang cepat juga. Metode yang saat ini berkembang pesat adalah ekstraksi otomatis menggunakan teknologi deep learning. Metode yang digunakan adalah Fully Convolutional Network (FCN) dengan arsitektur Residual Neural network (ResNet). Dalam penelitian ini akurasi ekstraksi pada fitur bangunan dapat mencapai 95% dan dapat melakukan ekstraksi pada satu NLP skala 1 : 5.000 dengan cepat. Metode ini dapat menghasilkan ekstraksi pada image seperti foto udara dengan cepat dan akurat.
- Published
- 2019
23. Procjena visinske točnosti digitalnog modela terena (DMT) ALOS PALSAR-2 u području Rote Dead Sea – Indonezija
- Author
-
Atriyon Julzarika, Trias Aditya, Subaryono Subaryono, and Harintaka Harintaka
- Subjects
ispitivanje visinske točnosti ,EGM 1996 ,EGM 2008 ,WGM 2012 ,DMT ALOS PALSAR-2 ,vertical accuracy test ,DTM ALOS PALSAR-2 - Abstract
Vertical accuracy evaluation is essential to determine in order to know the quality of a DTM. This quality will affect the scale type and utilization of the DTM. The study data use DTM ALOS PALSAR-2. This study evaluates the vertical accuracy of the DTM ALOS PALSAR-2 with different height reference fields in the Rote Dead Sea Area, Indonesia. Each DTM is made with the EGM 1996, EGM 2008, and WGM 2012. The three DTMs extracted based on the height reference field will have different orthometric heights; therefore, an evaluation of the vertical accuracy is needed to determine the quality of the three DTMs. They compare with field measurements from GNSS-levelling. This test is carried out at lowland and highland, using 10 test points. For the lowland area, the RMSE (z) in height at DTM is 1.363 m for WGM 2012, 2.017 m for EGM 2008, and 1.934 m for EGM 1996. For the highlands area, the RMSE (z) in height at DTM is 1.185 m for WGM 2012, 1.201 m for EGM 2008, and 1.432 m for EGM 1996. The DTM-WGM 2012 and DTM-EGM 1996 are recommended to use in this area because they have higher vertical accuracy. The vertical accuracy test in the Rote lowland corresponds to class 2 and class 3 on a scale of 1:10,000. The vertical accuracy test results in the Rote highland correspond to class 1 and class 2 on a scale of 1:10,000. The ALOS PALSAR-2 DTM vertical accuracy test results can be used for mapping scales of 1:10,000 – 1:25,000 in Rote., Procjenu visinske točnosti neophodno je obaviti kako bi se utvrdila kvaliteta DMT-a. Ta će kvaliteta utjecati na vrstu mjerila i korištenje DMT-a. U studiji se koriste podaci iz DMT-a ALOS PALSAR-2. Ova studija procjenjuje visinsku točnost DMT-a ALOS PALSAR-2 s različitim referentnim područjima visine u području Rote Dead Sea, Indonezija. Svaki DMT izrađen je uz pomoć EGM 1996, EGM 2008 i WGM 2012. Tri DMT-a, koja se temelje na referentnim područjima visine, imat će različite ortometrijske visine; zato je potrebna procjena visinske točnosti kako bi se odredila kvaliteta ta tri DMT-a. Oni se uspoređuju s terenskim mjerenjima dobivenima GNSS-niveliranjem. Ovo ispitivanje provodi se u nizinskim i brdskim područjima koristeći 10 testnih točaka. Za nizinsko područje, RMSE (z) u visini na DMT-u je 1,363 m za WGM 2012, 2,017 m za EGM 2008 i 1,934 m za EGM 1996. Za brdsko područje, RMSE (z) u visini na DMT-u je 1,185 m za WGM 2012, 1,201 m za EGM 2008 i 1,432 m za EGM 1996. DMT-WGM 2012 i DMT-EGM 1996 preporučuju se za korištenje u tom području jer imaju veću visinsku točnost. Ispitivanje visinske točnosti u nizinskom području otoka Rote odgovara klasi 2 i klasi 3 u mjerilu 1:10 000. Ispitivanje visinske točnosti u brdskom području otoka Rote odgovara klasi 1 i klasi 2 u mjerilu 1:10 000. Rezultati ispitivanja visinske točnosti DMT-a ALOS PALSAR-2 mogu se koristiti za mjerila kartiranja 1:10 000 – 1:25 000 na otoku Rote.
- Published
- 2021
24. Vertical Accuracy Evaluation of Digital Terrain Model (DTM) ALOS PALSAR-2 in Rote Dead Sea Area – Indonesia
- Author
-
Atriyon Julzarika, Trias Aditya, Subaryono Subaryono, Harintaka Harintaka, Atriyon Julzarika, Trias Aditya, Subaryono Subaryono, and Harintaka Harintaka
- Abstract
Vertical accuracy evaluation is essential to determine in order to know the quality of a DTM. This quality will affect the scale type and utilization of the DTM. The study data use DTM ALOS PALSAR-2. This study evaluates the vertical accuracy of the DTM ALOS PALSAR-2 with different height reference fields in the Rote Dead Sea Area, Indonesia. Each DTM is made with the EGM 1996, EGM 2008, and WGM 2012. The three DTMs extracted based on the height reference field will have different orthometric heights; therefore, an evaluation of the vertical accuracy is needed to determine the quality of the three DTMs. They compare with field measurements from GNSS-levelling. This test is carried out at lowland and highland, using 10 test points. For the lowland area, the RMSE (z) in height at DTM is 1.363 m for WGM 2012, 2.017 m for EGM 2008, and 1.934 m for EGM 1996. For the highlands area, the RMSE (z) in height at DTM is 1.185 m for WGM 2012, 1.201 m for EGM 2008, and 1.432 m for EGM 1996. The DTM-WGM 2012 and DTM-EGM 1996 are recommended to use in this area because they have higher vertical accuracy. The vertical accuracy test in the Rote lowland corresponds to class 2 and class 3 on a scale of 1:10,000. The vertical accuracy test results in the Rote highland correspond to class 1 and class 2 on a scale of 1:10,000. The ALOS PALSAR-2 DTM vertical accuracy test results can be used for mapping scales of 1:10,000 – 1:25,000 in Rote., Procjenu visinske točnosti neophodno je obaviti kako bi se utvrdila kvaliteta DMT-a. Ta će kvaliteta utjecati na vrstu mjerila i korištenje DMT-a. U studiji se koriste podaci iz DMT-a ALOS PALSAR-2. Ova studija procjenjuje visinsku točnost DMT-a ALOS PALSAR-2 s različitim referentnim područjima visine u području Rote Dead Sea, Indonezija. Svaki DMT izrađen je uz pomoć EGM 1996, EGM 2008 i WGM 2012. Tri DMT-a, koja se temelje na referentnim područjima visine, imat će različite ortometrijske visine; zato je potrebna procjena visinske točnosti kako bi se odredila kvaliteta ta tri DMT-a. Oni se uspoređuju s terenskim mjerenjima dobivenima GNSS-niveliranjem. Ovo ispitivanje provodi se u nizinskim i brdskim područjima koristeći 10 testnih točaka. Za nizinsko područje, RMSE (z) u visini na DMT-u je 1,363 m za WGM 2012, 2,017 m za EGM 2008 i 1,934 m za EGM 1996. Za brdsko područje, RMSE (z) u visini na DMT-u je 1,185 m za WGM 2012, 1,201 m za EGM 2008 i 1,432 m za EGM 1996. DMT-WGM 2012 i DMT-EGM 1996 preporučuju se za korištenje u tom području jer imaju veću visinsku točnost. Ispitivanje visinske točnosti u nizinskom području otoka Rote odgovara klasi 2 i klasi 3 u mjerilu 1:10 000. Ispitivanje visinske točnosti u brdskom području otoka Rote odgovara klasi 1 i klasi 2 u mjerilu 1:10 000. Rezultati ispitivanja visinske točnosti DMT-a ALOS PALSAR-2 mogu se koristiti za mjerila kartiranja 1:10 000 – 1:25 000 na otoku Rote.
- Published
- 2021
25. Analisis Kehandalan Ekstraksi Garis Tepi Bangunan dari Data Foto Udara Menggunakan Pendekatan Deep Learning Berbasis Mask R-CNN
- Author
-
Agri Kristal and Harintaka Harintaka
- Published
- 2022
26. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi Menggunakan Metode RUSLE (Revised Universal Soil Loss Equation) dan SIG di Sub DAS Kali Progo Hulu
- Author
-
Santosa, Purnama Budi, Rassarandi, Farouki Dinda, and Harintaka, Harintaka
- Subjects
Erosion, Sub-watershed, Kali Progo Hulu, RUSLE, GIS - Abstract
Kali Progo Hulu Sub-watershed is one of the areas that are vulnerable to erosion that lead to land degradation. The existence of the change of uncontrolled land management, high rainfall factor and slope steepness factor, are the parameters that trigger the erosion in this sub-watershed. Erosion is a process of releasing and transporting rock mass naturally from one place to another by a carrying force on the soil surface, which in actual acquisition of data in the field requires time, cost and energy. RUSLE (Revised Universal Soil Loss Equation) is one of the erosion models that can be used to predict erosion by considering the parameters of rainfall erosivity, soil erodibility, slope gradient and length, crop management, and land conservation practices. This research aims to model erosion and map its vulnerability using the RUSLE method in Kali Progo Hulu Sub-watershed. The maps depicting the extent of erosion (EA) are determined by the RUSLE model using rainfall erosivity factor (R), soil erodibility factor (K), length and slope factor (LS), vegetation management (C) and land conservation practices (P). Each factor is made in a thematic map and performed by spatial analysis using GIS that is scoring, overlay (with intersect tools), and by query (EA = R x K x LS x C x P) to formulate data analysis results into map of Erosion Risk Level. Based on the result of RUSLE erosion modelling in 2016, it was found that the erosion risk level in Kali Progo Hulu Sub-watershed was 178,432 Ton/Ha/year, of which 41.37% (13.019,930 Ha) of the total area was included in the category of "Very Light" erosion; 9.54% (3.001,419 Ha) "Light weight"; 17.77% (5.593,480 Ha) "Moderate"; 19.40 (6.104,411 Ha) "Heavy"; and 11.93% (3.754,301 Ha) "Very Heavy". Keywords— Erosion, Sub-watershed, Kali Progo Hulu, RUSLE, GIS.
- Published
- 2020
27. Kajian Keandalan True Orthophoto Untuk Pemetaan Skala Besar 1 : 5.000
- Author
-
Damayanti, Andita Putri, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
28. Vegetation Height Estimation using Satellite Remote Sensing in Peat Land of Central Kalimantan
- Author
-
Julzarika, Atriyon, primary, Harintaka, Harintaka, additional, and Kartika, Tatik, additional
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
29. KAJIAN TEKNIK STEREO PLOTTING PADA FOTO UDARA FORMAT KECIL UNTUK MENGHASILKAN DATA DTM
- Author
-
Harintaka, Harintaka, primary
- Published
- 2020
- Full Text
- View/download PDF
30. Kajian Keandalan True Orthophoto Untuk Pemetaan Skala Besar 1 : 5.000
- Author
-
Harintaka Harintaka and Andita Putri Damayanti
- Subjects
ground orthophoto ,lcsh:QB275-343 ,Image matching ,true orthophoto ,lcsh:Geodesy ,Forestry ,image matching ,data geospasial skala besar ,Mathematics - Abstract
Pembangunan kewilayahan yang merata di Indonesia masih terkendala dengan tidak tersedianya peta dasar skala besar sebagai bahan utama dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Data orthophoto dapat digunakan sebagai alternatif sumber data dalam penyediaan peta dasar skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keandalan data true orthophoto hasil dense image matching dibandingkan dengan ground orthophoto bagi pembuatan unsur peta dasar skala besar di Indonesia. Area penelitian mengambil sampel wilayah urban, wilayah lahan terbuka dan wilayah bervegetasi. Tahap penelitian meliputi persiapan, pembentukan true orthophoto , dan analisis perbandingan antara unsur tutupan lahan pada true orthophoto dengan unsur tutupan lahan pada ground orthophoto . Berdasarkan hasil penelitian, true orthophoto memiliki kelemahan pada visualisasinya. Tingkat kecerahan dan kejelasan objek tutupan lahannya masih lebih rendah dibandingkan dengan data ground orthophoto . Kelemahan true orthophoto pada wilayah urban adalah banyaknya variasi rona piksel pada objek yang mengaburkan batas tutupan lahan, dominasi rona piksel objek yang menghilangkan objek lainnya dan adanya efek gergaji (sawtooth effect) pada bangunan tinggi. Untuk wilayah lahan terbuka dan wilayah bervegetasi terdapat kumpulan piksel yang berwarna abu-abu hingga kehitaman pada objek tutupan lahan. Perbedaan gelap terang piksel pada objek tutupan lahan dapat mempersulit identifikasi batas tutupan lahan. Secara geometri, data true orthophoto dapat digunakan untuk pembuatan peta dasar skala besar 1 : 5.000, hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ketelitian geometrik horisontal (CE90) pada wilayah penelitian yang masuk ke dalam ketelitian peta RBI 1 : 5.000 kelas duaPembangunan kewilayahan yang merata di Indonesia masih terkendala dengan tidak tersedianya peta dasar skala besar sebagai bahan utama dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Data orthophoto dapat digunakan sebagai alternatif sumber data dalam penyediaan peta dasar skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keandalan data true orthophoto hasil dense image matching dibandingkan dengan ground orthophoto bagi pembuatan unsur peta dasar skala besar di Indonesia. Area penelitian mengambil sampel wilayah urban, wilayah lahan terbuka dan wilayah bervegetasi. Tahap penelitian meliputi persiapan, pembentukan true orthophoto, dan analisis perbandingan antara unsur tutupan lahan pada true orthophoto dengan unsur tutupan lahan pada ground orthophoto. Berdasarkan hasil penelitian,true orthophoto memiliki kelemahan pada visualisasinya. Tingkat kecerahan dan kejelasan objek tutupan lahannya masih lebih rendah dibandingkan dengan data ground orthophoto. Kelemahan true orthophoto pada wilayah urban adalah banyaknya variasi rona piksel pada objek yang mengaburkan batas tutupan lahan, dominasi rona piksel objek yang menghilangkan objek lainnya dan adanya efek gergaji (sawtooth effect) pada bangunan tinggi. Untuk wilayah lahan terbuka dan wilayah bervegetasi terdapat kumpulan piksel yang berwarna abu-abu hingga kehitaman pada objek tutupan lahan. Perbedaan gelap terang piksel pada objek tutupan lahan dapat mempersulit identifikasi batas tutupan lahan. Secara geometri, data true orthophoto dapat digunakan untuk pembuatan peta dasar skala besar 1 : 5.000, hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ketelitian geometrik horisontal (CE90) pada wilayah penelitian yang masuk ke dalam ketelitian peta RBI 1 : 5.000 kelas dua. The unavailability of a large scale base map creates a challenge to entirely develop equal territorial in Indonesia as the primary material for preparing Detailed Spatial Plan (DSP). The orthophoto data is used as an alternative source of data in the provision of large-scale maps. This study aims to examine the results of true orthophoto of dense image matching for producing the large-scale topographical elements of 1: 5,000. The findings are compared with ground orthophoto data in the same territory. The samples were urban areas, open land areas, and vegetated areas. The research consists of preparation, generate true orthophoto, and comparative analysis of research findings with ground orthophoto. The true orthophoto of dense image matching results has weaknesses in its visualization. The level of brightness and clarity of the land is lower than the ground orthophoto. The weakness of true orthophoto in urban areas is many hue variations of pixels on objects that obscure the land boundaries, the dominance of object pixel hue that removes other objects, and the sawtooth effect on the high buildings. Thus, there is a gray collection of black pixels on the land object for open land and vegetated areas. The difference in dark and light pixels of land objects complicates the identification of land boundaries. Geometrically, true orthophoto data of dense image matching used as primary data for making large-scale base maps of 1: 5.000 is indicated by the horizontal geometric accuracy test (CE90) in the research area that includes the second class topographical map accuracy of 1:5.000.
- Published
- 2021
31. Kajian Kehandalan Hasil Ekstraksi Bangunan Secara Otomatis Menggunakan Data Ortofoto dan LiDAR di Kota Pontianak
- Author
-
Julian, Handoko Dwi, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2019
- Full Text
- View/download PDF
32. Penggunaan Generic Atmospheric Correction Online Service For InSAR (GACOS) Pada Pemantauan Penurunan Muka Tanah di Kota Semarang Metode Persistent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar
- Author
-
Azeriansyah, Reyhan, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2019
- Full Text
- View/download PDF
33. Ekstraksi Fitur Bangunan Secara Cepat pada Foto UAV Menggunakan Metode Deep Residual Neural Network Berbasis FCN
- Author
-
Setiaji, Danang, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2019
- Full Text
- View/download PDF
34. PENGARUH SISTEM REFERENSI TINGGI DIGITAL ELEVATION MODEL (MED) PADA HASIL ORTOREKTIFIKASI CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK MENDUKUNG PEMETAAN SKALA BESAR
- Author
-
Maharani, Monica, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2019
- Full Text
- View/download PDF
35. PENGARUH SISTEM REFERENSI TINGGI DIGITAL ELEVATION MODEL (MED) PADA HASIL ORTOREKTIFIKASI CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK MENDUKUNG PEMETAAN SKALA BESAR
- Author
-
Monica Maharani and Harintaka Harintaka
- Abstract
Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai instansi yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai penanggung jawab penyediaan informasi geospasial dasar sesuai dengan UU Informasi Geospasial nomor 4 Tahun 2011 memanfaatkan Citra Setelit Resolusi Tinggi (CSRT) untuk keperluan pembuatan peta skala 1:5.000. Pemanfaatan CSRT untuk pembuatan peta memerlukan pengolahan data yang lebih rumit dan terkontrol jika dibandingkan dengan penggunaan citra satelit resolusi sedang dan rendah, karena memerlukan proses ortorektifikasi. Proses ortorektifikasi melibatkan CSRT, titik kontrol tanah (TKT) dan model elevasi digital (MED). Komponen ortorektifikasi khususnya MED sering kali memiliki sistem referensi tinggi yang berbeda dengan komponen lain. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya dilakukan suatu analisis mengenai pengaruh sistem referensi tinggi terhadap hasil ortorektifikasi. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan tiga hasil ortorektifikasi CSRT yang diverifikasi oleh independent check point (ICP) hasil pengukuran langsung di lapangan. Hasil ortorektifikasi pertama diperoleh dari data CSRT (sistem ketinggian ellipsoid), TKT (sistem ketinggian ellipsoid) dan MED (sistem ketinggian ellipsoid). Hasil ortorektifikasi kedua diperoleh dari data CSRT (sistem ketinggian ellipsoid), TKT (sistem ketinggian ellipsoid) dan MED (sistem ketinggian EGM2008). Hasil ortorektifikasi ketiga diperoleh dari data CSRT (sistem ketinggian ellipsoid), TKT (sistem ketinggian EGM2008), dan MED (sistem ketinggian EGM2008). Hasil perbandingan menunjukkan bahwa CSRT, MED dan TKT yang berada dalam satu sistem referensi ketinggian, menghasilkan hasil ortorektifikasi citra yang lebih baik dibandingkan dengan MED dan TKT yang tidak dalam satu sistem referensi tinggi.
- Published
- 2019
36. PERBANDINGAN RAGAM INPUT MODEL KETINGGIAN UNTUK PEMBENTUKAN TRUE ORTHOPHOTO DI WILAYAH URBAN
- Author
-
Juniati, Eli, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2018
- Full Text
- View/download PDF
37. IMPLEMENTASI METODE CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI TANAMAN PADA CITRA RESOLUSI TINGGI
- Author
-
Arrofiqoh, Erlyna Nour, primary and Harintaka, Harintaka, additional
- Published
- 2018
- Full Text
- View/download PDF
38. EVALUASI HASIL INTEGRASI BERBAGAI KETELITIAN DATA MODEL ELEVASI DIGITAL
- Author
-
Mukti, Fanny Zafira, primary, Harintaka, Harintaka, additional, and Djurdjani, Djurdjani, additional
- Published
- 2018
- Full Text
- View/download PDF
39. IMPLEMENTASI METODE CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI TANAMAN PADA CITRA RESOLUSI TINGGI
- Author
-
Erlyna Nour Arrofiqoh and Harintaka Harintaka
- Abstract
Citra resolusi tinggi dari teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) dapat memberikan hasil yang baik dalam ekstraksi informasi sehingga dapat digunakan untuk monitoring dan updating data suatu wilayah. Pengambilan informasi dari citra dengan interpretasi visual sangat bergantung pada interpreter. Kendala utama interpretasi secara manual adalah saat melakukan pengenalan objek secara visual, khususnya pada objek tanaman pertanian. Kesalahan hasil asumsi interpreter dapat terjadi ketika citra yang diekstraksi memiliki objek yang kompleks dan memiliki karakter fisik yang hampir mirip apabila dilihat dari foto udara yang hanya memiliki band RGB (Red, Green, dan Blue). Penelitian ini mencoba mengimplementasikan pendekatan klasifikasi semantik secara otomatis yang dapat membedakan jenis tanaman sebagai alternatif pengenalan objek berdasarkan metode deep learning menggunakan Convolutional Neural Network (CNN). Metode CNN merupakan salah satu metode deep learning yang mampu melakukan proses pembelajaran mandiri untuk pengenalan objek, ekstraksi objek dan klasifikasi serta dapat diterapkan pada citra resolusi tinggi yang memiliki model distribusi nonparametrik. Pada penelitian ini, diterapkan algoritma CNN untuk membedakan jenis tanaman dengan memberikan label semantik dari objek jenis tanaman. Penelitian menggunakan 5 kelas jenis tanaman, yaitu kelas tanaman padi, bawang merah, kelapa, pisang, dan cabai. Proses learning jaringan menghasilkan akurasi 100% terhadap data training. Pengujian terhadap data validasi menghasilkan akurasi 93% dan akurasi terhadap data tes 82%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode CNN berpotensi untuk pendekatan pengenalan objek secara otomatis dalam membedakan jenis tanaman sebagai bahan pertimbangan interpreter dalam menentukan objek pada citra.
- Published
- 2018
40. PERBANDINGAN RAGAM INPUT MODEL KETINGGIAN UNTUK PEMBENTUKAN TRUE ORTHOPHOTO DI WILAYAH URBAN
- Author
-
eli juniati and Harintaka Harintaka
- Abstract
Sejak dikemukakan pendekatan produksi orthophoto secara digital pada tahun 1988, tahun 1991 USGS (United States Geological Survey) memproduksi orthophoto digital sebagai program nasional. Terminologi orthoimage atau orthophoto merupakan proses untuk mengeliminir perspektif image dan koreksi pergeseran relief yang disebabkan oleh kondisi terrain, untuk menghasilkan image atau foto pada proyeksi orthogonal atau membuat kondisi foto menjadi tegak. Dengan demikian orthophoto tersebut memiliki skala yang konsisten dan dapat digunakan untuk menghasilkan peta planimetris. Namun, di area urban dengan keberagaman ketinggian bangunan, produksi dengan metode orthophoto akan menyebabkan efek bangunan rebah dan menutupi detil objek lain seperti jalan dan fasilitas umum. Hal tersebut dapat diatasi dengan pembentukan true-orthophoto. Terminologi true-orthophoto akan mengikutsertakan elemen surface di model ketinggian pada proses proyeksi orthogonal. Manuskrip ini membandingkan pembentukan true-orthophoto dengan beragam input model ketinggian, berupa DSM dari LiDAR, Digital Building Model (DBM) dan DSM hasil image matching, untuk melihat hasil true-orthophoto yang paling optimum. Pengerjaannya diawali dengan menyamakan sistem referensi, orthorektifikasi dan deteksi occluded yang akan menghasilkan orthophoto utama dan slave-orthophoto, koreksi radiometrik, kemudian proses refilling, pembentukan serta penghalusan mosaik. Secara geometri penggunaan ragam input ketinggian memberikan kualitas yang memenuhi standar peta dasar, namun untuk kualitas visual terbaik diperoleh dengan menggunakan input DBM yang dikombinasikan dengan DSM LiDAR. Penggunaan DSM LiDAR saja dapat juga menghasilkan true-orthophoto dengan kualitas visual baik dengan mengubah format model ketinggian menjadi TIN. Dibahas juga kelebihan dan kekurangan dari penggunaan ragam input model ketinggian.
- Published
- 2018
41. EVALUASI HASIL INTEGRASI BERBAGAI KETELITIAN DATA MODEL ELEVASI DIGITAL
- Author
-
Djurdjani Djurdjani, Fanny Zafira Mukti, and Harintaka Harintaka
- Abstract
Data DEM yang dapat diakses dan digunakan dengan gratis antara lain adalah Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) dan Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer Global DEM (ASTER GDEM). Kedua data tersebut mencakup seluruh wilayah di Indonesia, namun ketelitian dan resolusinya rendah, serta masih mengandung kesalahan tinggi. Selain data DEM global, data DEM dapat diperoleh dari hasil perekaman sensor Radio Detection and Ranging (RADAR), Light Detection and Ranging (LIDAR), maupun hasil stereoplotting foto udara dan citra satelit. Masing-masing data tersebut memiliki karakteristik seperti terdapatnya pit dan spire, diskontinuitas pada daerah sambungan dan ketelitian data yang bervariasi. Keberagaman karakteristik pada masing-masing sumber data tersebut dapat menyebabkan inkonsistensi nilai ketinggian antar sumber data. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan DEM dengan data DTM Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:50.000 dan data DTM Interferometric Synthetic Aperture Radar (IFSAR) di Pulau Kalimantan yang dapat mengatasi inkonsistensi ketinggian tersebut. Metode yang digunakan adalah integrasi dan fusi DEM pada mozaik data-data ketinggian. Pada daerah yang bertampalan, dilakukan dua skenario mozaik yaitu mozaik tanpa bobot dan mozaik berbobot. Uji akurasi vertikal dilakukan dengan menggunakan standar Peraturan Kepala BIG Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar. Penelitian ini menghasilkan mozaik data DTM yang seamless dan smooth menggunakan metode mozaik berbobot dengan akurasi vertikal sebesar 2,065 meter. Hasil mozaik tanpa bobot masih memiliki beberapa daerah yang tidak seamless dan smooth dengan akurasi vertikal sebesar 2,257 meter. Berdasarkan Tabel Ketelitian Geometri Peta RBI dalam PerKa BIG Nomer 15 Tahun 2014, kedua hasil mozaik tersebut masuk dalam skala 1:10.000.Kata kunci: model elevasi digital, mozaik, integrasi, fusi DEM
- Published
- 2018
Catalog
Discovery Service for Jio Institute Digital Library
For full access to our library's resources, please sign in.