Angela, Felicia, Purnama Prasetianti, Cecilia, Hadi Susanto, Virginia, Aurellia Effendi, Kezia, Rahaju, Soerjantini, Devina, Stefani, Angela, Felicia, Purnama Prasetianti, Cecilia, Hadi Susanto, Virginia, Aurellia Effendi, Kezia, Rahaju, Soerjantini, and Devina, Stefani
Karang Taruna merupakan sebuah sarana bagi remaja untuk mengembangkan kemampuan berorganisasi dan bersosialisasi. Namun, organisasi seperti ini dibentuk atas dasar sukarela dan berdasarkan domisili sehingga bekal keterampilan berorganisasi dan bersosialisasi setiap anggota berbeda-beda dan diduga belum memadai. Oleh sebab itu, tujuan dari pengabdian ini mencari tahu dan mengembangkan soft skill para calon penerus karang taruna agar bisa kembali membangun organisasi seperti sebelumnya. Metode asesmen yang digunakan terbagi menjadi dua macam yaitu Focus Group Discussion dan kuesioner job description untuk mengetahui kebutuhan pelatihan dan Personal Report of Communication Apprehension (PRCA-24) sebagai evaluasi efektivitas pendampingan. Pada FGD dan kuesioner job description menghasilkan gap dan pembobotan eksistensi serta urgensi yang mengindikasikan bahwa adanya kebutuhan kemampuan komunikasi serta kepemimpinan. Beranjak dari kebutuhan ini, pelatihan kepemimpinan inklusif dirancang untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anggota kepada berbagai pihak sehingga semua terlibat pada diskusi. Pelatihan dilakukan secara synchronous dan asynchronous. Kemampuan berkomunikasi diukur dengan alat ukur PRCA-24. Hasil analisis menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara 2 metode tersebut, keduanya memberikan perbedaan pada kemampuan berkomunikasi para anggota karang taruna. Selain itu, hasil evaluasi dan follow-up mengindikasikan bahwa ada perubahan kemampuan komunikasi para anggota karang taruna., Karang Taruna merupakan sebuah sarana bagi remaja untuk mengembangkan kemampuan berorganisasi dan bersosialisasi. Namun, organisasi seperti ini dibentuk atas dasar sukarela dan berdasarkan domisili sehingga bekal keterampilan berorganisasi dan bersosialisasi setiap anggota berbeda-beda dan diduga belum memadai. Oleh sebab itu, tujuan dari pengabdian ini mencari tahu dan mengembangkan soft skill para calon penerus karang taruna agar bisa kembali membangun organisasi seperti sebelumnya. Metode asesmen yang digunakan terbagi menjadi dua macam yaitu Focus Group Discussion dan kuesioner job description untuk mengetahui kebutuhan pelatihan dan Personal Report of Communication Apprehension (PRCA-24) sebagai evaluasi efektivitas pendampingan. Pada FGD dan kuesioner job description menghasilkan gap dan pembobotan eksistensi serta urgensi yang mengindikasikan bahwa adanya kebutuhan kemampuan komunikasi serta kepemimpinan. Beranjak dari kebutuhan ini, pelatihan kepemimpinan inklusif dirancang untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anggota kepada berbagai pihak sehingga semua terlibat pada diskusi. Pelatihan dilakukan secara synchronous dan asynchronous. Kemampuan berkomunikasi diukur dengan alat ukur PRCA-24. Hasil analisis menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara 2 metode tersebut, keduanya memberikan perbedaan pada kemampuan berkomunikasi para anggota karang taruna. Selain itu, hasil evaluasi dan follow-up mengindikasikan bahwa ada perubahan kemampuan komunikasi para anggota karang taruna.