19 results on '"Fetri Lestari"'
Search Results
2. Efek hidrogel getah jarak cina (Jatropha multifida Linn.) berbasis karagenan kappa dan karagenan iota terhadap penyembuhan luka tikus wistar jantan
- Author
-
Fetri Lestari, Gita Cahya Eka Darma, and Rikka Kartika
- Subjects
Jatropha multifida Linn. latex ,hydrogel kappa carrageenan ,iota carrageenan ,wound healing ,Pharmacy and materia medica ,RS1-441 - Abstract
Jatropha multifida Linn. latex has been reported in many study for its activities to treats wound. Preparation of hydrogels containing 3% of Jatropha multifida Linn. latex with variety of base polymers kappa carrageenan and iota carrageenan was conducted and met good characteristics. This study aimed to evaluate effect of both hydrogels to promote wound healing in Wistar rats. Tests carried out on five groups of rats with 1.5 cm diameter of wound in the back area, consisting of a control group, two test groups were each treated by 2% kappa carrageenan-based hydrogel (kappa-hydrogel group) and 2% iota carrageenan-based hydrogel (iota-hydrogel group) of the latex, and two groups were each given a different hydrogel base according to type of hydrogel tested. Effect on wound healing was assessed by parameters including wound drying period, scab forming period, and the change in diameter of the wound. Results show kappa-hydrogel group achieve the most rapid wound healing compare to the control group significantly (p
- Published
- 2016
- Full Text
- View/download PDF
3. PERBANDINGAN EKSTRAK BENALU TEH (Scurrula atropurpurea (Bl.) Dans.) DENGAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA TIKUS WISTAR
- Author
-
Fetri Lestari, Mochamad Tanto Kuswanto, and Lanny Mulqie
- Subjects
General Medicine - Published
- 2023
4. Ginger Village: A Step Towards a Healthier Society
- Author
-
Fetri Lestari, Yani Lukmayani, Ratih Aryani, and Kiki Mulkiya Yuliawati
- Abstract
The COVID-19 pandemic has been challenging for health, economic, and social conditions in Indonesia. There is a need to educate people to maintain and improve physical health. This includes the use of supplements and herbs as a method of prevention against diseases. Ginger has been proven to be an effective preventive and therapeutic agent. It is analgesic, anti-inflammatory, antiemetic, antioxidant and an immunomodulator. A community program was conducted to educate the public on the benefits of ginger and other supplements and herbs, to actively cultivate ginger plants and to produce products based on ginger. It was conducted in Ginger Village, Karasak Ward, Astanaanyar Subdistrict, Bandung City. The program consisted of seminars about the benefits of supplements and herbs, training to produce ginger drinks at home, and a donation of a hundred ginger plants to Karasak Ward society. Keywords: ginger, health supplement, community service
- Published
- 2022
5. Studi Kepatuhan Pengobatan Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Puskesmas Desa Rantau Keloyang Provinsi Jambi
- Author
-
null Laila Afifah AB, null Fetri Lestari, and null Lanny Mulqie
- Abstract
Type 2 Diabetes Mellitus is the most common form of diabetes. Treatment therapy for type 2 diabetes consists of five main components, namely diet, exercise, monitoring of metabolic status, pharmacological therapy, and education. Most patients with type 2 diabetes will experience difficulties in self-management related to physical activity, healthy eating, drug use, blood glucose monitoring, and stress management. Long-term therapy in patients with type 2 diabetes mellitus will greatly determine the level of drug use adherence. This study aims to determine the level of treatment adherence of type 2 DM patients at the Rantau Keloyang Health Center and the factors that influence it. Observational research method with cross sectional design. Retrospective data collection and MMAS-8 questionnaire filling. The level of compliance is seen from the number and average score of each respondent. Then in the analysis of the factors that influence the patient's medication adherence with the results of the questionnaire. The results showed that the level of compliance of patients with Type-2 Diabetes Mellitus at the Puskesmas Rantau Desa Keloyang had a low level of adherence, namely 66% of patients with low adherence, 44% of patients with moderate adherence, and 0% of patients with moderate adherence. patients with moderate adherence. patients with high adherence. Factors that affect patient compliance in taking medication are lack of knowledge and good education to patients, busy patients' time, and difficulty or often forgetting to take medication. Abstrak. Diabetes Melitus Tipe-2 merupakan bentuk paling umum dari diabetes. Terapi pengobatan DM tipe 2 ini terdiri dari lima komponen utama yaitu aturan makan, olahraga, pemantauan status metabolik, terapi farmakologi, dan edukasi. Sebagian besar pasien DM tipe 2 akan mengalami kesulitan dalam pengelolaan diri yang berhubungan dengan aktivitas fisik, makan sehat, penggunaan obat, pemantauan glukosa darah, serta pengelolaan stres. Pengobatan diabetes melitus tipe-2 ini dilakukan dalam jangka panjang sehingga akan sangat menentukan tingkat kepatuhan penggunaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pengobatan pasien DM tipe 2 di Puskemas Desa Rantau Keloyang dan faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian observasional dengan desain cross sectional. Pengambilan data secara retrospektif dan pengisian kuisioner MMAS-8. Tingkat kepatuhan dilihat dari dari jumlah dan rata-rata skor dari setiap responden. Kemudian di analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien dengan hasil kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Puskesmas Desa Rantau Keloyang memiliki tingkat kepatuhan yang rendah yaitu 66% pasien dengan tingkat keptuhan rendah, 44% pasien dengan kepatuhan sedang, dan 0% pasien dengan kepatuhan tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan yaitu kurangnya pengetahuan dan edukasi yang baik kepada pasien, kesibukan waktu pasien, dan kesulitan atau sering lupa dalam mengkonsumsi obat.
- Published
- 2022
6. Profil Peresepan Terapi Obat Covid-19 pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Santosa Hospital Bandung Kopo Periode Juni-Juli 2021
- Author
-
null Muhammad Fakhry Ramadhan, null Fetri Lestari, and null Suwendar
- Abstract
Coronavirus Disease 2019 (COVID19) is a disease caused by the SARS-CoV-2 virus and has become a health problem around the world. Since it was first announced in Indonesia, from time to time covid-19 cases have increased in number, requiring special attention. Covid-19 management around the world has not been uniform, but each country is trying various treatment modalities to increase the cure rate. Prescribing profiles can be used as a basis in planning or supplying medicines for a disease and can increase insight and proficiency in counseling and pharmaceutical services for drug therapy. This study is to determine the profile of prescribing drug therapy in COVID-19 patients at Santosa Hospital Bandung Kopo from June to July 2021 period with observational descriptive methods and data collection from medical records with consecutive sampling. COVID-19 patients, in the age range of 46-65 years, totaled 49 patients and dominated by the male sex totaling 49 patients. The length of treatment for the most COVID-19 patients, which is more than 5 days, is 63 patients. The most common use of drugs prescribed on pharmacological therapy is Remdesivir followed by Favipiravir (antiviral), azithromycin (antibiotic), vitamin D3 5000 IU, Enoksaparin sodium (anticoagulant). The most widely prescribed use of drugs on symptomatic therapy is Lansoprazole (gastrointestinal tract), N-Acetylcystein (airway), Dexamethasone (corticosteroids), Acetaminophen (PCT) (analgesics), Betahistine (antihistamines). The most widely used use of drugs in patients with comorbidities are Amlodipine (cardiovascular), Metformin (antidiabetic), Midazolam (psychopharmaceutical). Abstrak. COVID-19 merupakan lanjutan dari wabah virus corona sebelumnya yaitu SARS dan MERS, penyakit ini juga bersifat zoonosis yaitu virus dapat menular dari hewan ke manusia, bahkan dapat menular dari manusia ke manusia. Sampai saat ini sebagian besar obat yang digunakan untuk penderita COVID-19 adalah agen antivirus atau antibodi yang digunakan untuk penyakit lain. Berdasarkan Buku Pedoman Tatalaksana COVID-19 pada bulan Desember 2020, hanya ada beberapa terapi farmakologis yang dianjurkan untuk pasien dengan gejala ringan, sedang atau berat seperti vitamin C, vitamin D, antibiotik berupa azitromisin, antivirus berupa oseltamivir, favipiravir, dan remdesivir, pengobatan simtomatis serta fitofarmaka. Penelitian ini untuk mengetahui profil peresepan terapi obat pada pasien COVID-19 di Rumah Sakit Santosa Hospital Bandung Kopo periode Juni-Juli 2021 dengan metode deskriptif observasional dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan mengambil data sekunder berupa data yang didapat dari rekam medik dan dengan teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Sejumlah 90 pasien COVID-19 terbanyak yaitu pada usia 46-65 tahun sebanyak 49 pasien dan jenis kelamin sebanyak 49 pasien. Lama perawatan terbanyak yaitu diatas 5 hari sebanyak 63 pasien. penggunaan obat yang paling banyak diresepkan pada terapi farmakologi adalah Remdesivir yang dilanjutkan dengan Favipiravir (antivirus), Azitromisin (antibiotik), vitamin D3 5000 IU, Enoksaparin sodium (antikoagulan). Penggunaan obat yang paling banyak diresepkan pada terapi simtomatis adalah Lansoprazole (saluran cerna), N-Acetylcystein (saluran nafas), Deksametason (kortikosteroid), Acetaminophen (PCT) (analgetik), Betahistine (antihistamin). Penggunaan obat yang paling banyak digunakan pada pasien dengan komorbid adalah Amlodipine (kardiovaskular), Metformin (antidiabetes), Midazolam (psikofarmaka).
- Published
- 2022
7. Studi Kepatuhan Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Kalibalangan Lampung Utara
- Author
-
null Sonia Vicka Farlinza, null Fetri Lestari, and null Ratu Choesrnia
- Abstract
Data from the World Health Organization (WHO) 2019 Globally, it is estimated that there were 10.0 million people suffering from Tuberculosis (TB) disease in 2017. It can be seen in Lampung that there was an increase from 2017-2019, which was 25%-54%. The government estimates that the number of TB sufferers will continue to increase. The increasing number of TB sufferers is caused by various factors, namely the lack of patient compliance for treatment and taking medication. The purpose of this study was to determine the level of adherence to the use of anti-tuberculosis drugs in category 1 tuberculosis patients at the Kalibalangan Health Center, North Lampung Regency. The methodology of this research is a descriptive survey with a cross sectional approach. The data on anti-tuberculosis drug adherence was obtained from MMAS-8 questionnaire filled out by TB patients. 36 respondents were included in the inclusion criteria consisting of 1 respondent (3%) in the low category of compliance, 4 respondents (11%) in the medium category and 31 respondents (86%) in the high category of compliance, and 31 respondents (86%) were in the category of high compliance. The results of the intensive phase TB patient adherence to category 1 TB treatment in this study showed that adherence to taking medication was classified as high. Abstrak. Data dari World Health Organization (WHO) 2019 Secara global, diperkirakan terdapat 10,0 juta orang (kisaran 9,0-11,1 juta) menderita penyakit Tuberkulosis (TB) pada 2017. Berdasarkan data angka penemuan kasus TB (CDR) semua kasus TB Di Provinsi Lampung dapat diketahui terjadi kenaikan dari tahun 2017-2019 yaitu sebesar 25%-54%. Pemerintah memperkirakan jumlah penderita TB akan terus meningkat. Jumlah penderita TB yang meningkat disebabkan oleh berbagai faktor, yakni kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan meminum obat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis kategori 1 di Puskesmas Kalibalangan Kabupaten Lampung Utara. Metodologi penelitian ini ialah survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data kepatuhan minum obat anti tuberkulosis didapatkan dari kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) yang diisi oleh responden penderita Tuberkulosis. Dari hasil temuan didapatkan sebanyak 36 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Tingkat kepatuhan dari 36 responden sebanyak 1 responden (3%) masuk dalam kategori kepatuhan rendah, sebanyak 4 responden (11%) masuk dalam kategori kepatuhan sedang, dan 31 responden (86%) masuk dalam kategori kepatuhan tinggi. Hasil kepatuhan pasien TB fase intensif terhadap pengobatan TB kategori 1 pada penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan minum obat yang tergolong tinggi.
- Published
- 2022
8. Studi Literatur Potensi Beberapa Ekstrak Tumbuhan Mengandung Katekin sebagai Antihipertensi
- Author
-
null Nurul Susanti, null Sri Peni Fitrianingsih, and null Fetri Lestari
- Abstract
High blood pressure or hypertension is one of the risks of cardiovascular disease with a high prevalence of death. Hypertension is a condition in which blood pressure exceeds its normal value, namely systolic blood pressure of more than 140 mmHg and diastolic blood of more than 90 mmHg. There are compounds in plant extracts such as palm oil (Elaeis guineensis), red pine (Pinus densiflora Sieb. et Zucc), boysenberry (Rubus ursinus), tea (Camellia sinensis) and almond (Terminallia catappa) namely catechins that have potential to lower blood pressure by mechanisms such as ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor). The research was conducted using a systematic literature review method in reputable journals using the keyword “Antihypertensive”, “Catechin as Antihypertensive”, “Catechin” and “Catechin as Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor”. The results of the literarute show that there are plant part that contain catechin compunds, namely leaves, bark, and seeds that have the potential to reduce blood pressure by inhibiting ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Abstrak. Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu risiko penyakit kardiovaskular dengan prevalensi kematian yang cukup tinggi. Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah melebihi nilai normalnya yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Terdapat senyawa dalam ekstrak tumbuhan seperti kelapa sawit (Elaeis guineensis), pinus merah (Pinus densiflora Sieb. et Zucc), boysenberry (Rubus ursinus), teh (Camellia sinensis), dan almond (Terminallia catappa) yaitu katekin yang memiliki potensi menurunkan tekanan darah dengan mekanisme seperti ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor). Penelitian dilakukan dengan metode Systematic Literature Review (SLR) pada jurnal bereputasi dengan menggunakan kata kunci “Antihypertensive”, “Catechin”, “Catechin as Antihypertensive”, dan “Catechin as Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor”. Hasil penelusuran literatur menunjukkan bahwa terdapat bagian-bagian tumbuhan yang mengandung senyawa katekin yakni daun, kulit kayu, kulit batang dan biji yang berpotensi menurunkan tekanan darah dengan menghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme).
- Published
- 2022
9. Studi Literature Kasus Drug Related Problems Kategori Adverse Drug Reactions pada Pasien Pediatrik
- Author
-
null Munadiya Waridatiddiyanah Fauzi, null Fetri Lestari, and null Sri Peni Fitrianingsih
- Abstract
Adverse drug reactions are responses to a drug that are noxious, unwanted and that occur at doses normally used for the prevention, diagnosis, or treatment of disease or for the modification of physiological function. Pediatrics comes from the Greek, namely pedos which means child and iatrica which means treatment of children, so pediatrics is treatment of pediatric patients. In this study, the authors used the Literature Review Study method by conducting studies in several journals and taking data according to the inclusion and exclusion criteria. The problem formulation of this study is to identify the presence of Adverse Drug Reactions in pediatric patients in various hospitals based on the highest population contained in various literatures and the purpose of this study is to evaluate Adverse Drug Reactions in pediatric patients used in various hospitals. The results obtained were 8 journals, 9 drug classes, 16 drug names and 5828 patient populations affected in the case of Drug Related Problems in the Adverse Drug Reactions category. The names of the 5 drugs are: Amoxicillin, Ampicillin, Amikacin, Cefotaxime and Ceftriaxone. Of the several antibiotics used by the patient, there were also complaints of unwanted side effects such as: Urticaria Rash, Itching at the injection site, Diarrhea, Dry Skin, Dark Blue Lips and Lichen nitidus. The solution is to stop the suspected drug and give the drug to prevent a reaction, to give an alternative medicine to prevent a reaction, to continue treatment with dehydration therapy fluids, to continue the treatment and consult the doctor concerned. Abstrak : Adverse Drug Reactions adalah respon terhadap suatu obat yang merugikan, tidak diinginkan dan yang terjadi pada dosis yang biasa digunakan untuk pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit atau untuk modifikasi fungsi fisiologik. Pediatri berasal dari bahasa Yunani yaitu pedos yang berarti anak dan iatrica yang berarti pengobatan anak, maka pediatri adalah pengobatan pada pasien anak. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Studi Literature Riview dengan dilakukannya pengkajian pada beberapa jurnal dan diambil data sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi adanya Adverse Drug Reactions pada pasien pediatrik di berbagai rumah sakit berdasarkan Populasi tertinggi yang terdapat di berbagai literature dan Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi Adverse Drug Reactions pada pasien pediatrik yang digunakan diberbagai rumah sakit. Hasil yang didapat sebanyak 8 Jurnal, 9 Golongan obat, 16 Nama obat dan 5828 populasi pasien yang terdampak pada kasus Drug Related Problems kategori Adverse Drug Reactions, setelah diakumulasikan dari beberapa jurnal yang didapat hasil terbanyak terdapat pada golongan obat Antibiotik yaitu sebanyak 5338 yang tergolongkan dari 5 nama-nama obat yaitu: Amoxicillin, Ampicillin, Amikacin, Cefotaxime dan Ceftriaxone. Dari beberapa obat golongan antibiotik tersebut yang dikonsumsi oleh pasien terdapat juga beberapa keluhan efek samping yang tidak diinginkan seperti: Ruam Urtikaria, Gatal ditempat suntikan, Diare, Kulit Kering, Bibir Kebiruan Gelap dan Lichen nitidus. Solusinya yaitu Menghentikan obat yang dicurigai dan diberikan obat untuk mencegah reaksi, Diberikan obat alternatif untuk mencegah reaksi, Melanjutkan perawatan bersama dengan cairan terapi dehidrasi, Dilanjutkan perawatannya dan konsultasikan kedokter yang bersangkutan.
- Published
- 2022
10. Kajian Interaksi Obat Antihipertensi pada Pasien Geriatri Rawat Inap di Rumah Sakit Al-Mulk Kota Sukabumi
- Author
-
null Aliya Rahmah Adriani, null Suwendar, and null Fetri Lestari
- Abstract
The prevalence of hypertension in Indonesia continues to increase every year, and is widely found in the geriatric category. The cause of hypertension in geriatrics is due to a decrease in the functioning of the body's organs. In pasien geriatrics are at high risk of experiencing drug interactions due to health problems that are likely to be more than one, resulting in the administration of more than one drug. Drug interactions can lead to changes in the effectiveness or toxicity of a drug. The purpose of this study is to determine what drugs can cause interactions with antihypertensive drugs and their impact on geriatric patients undergoing antihypertensive therapy. The study was conducted using data in the form of medical records of inpatient geriatric patients at Al-Mulk Hospital, Sukabumi City. This study used Stockley's Drug Interaction E-book and Drug Interaction Checker to analyze drug interactions. The results of the analysis obtained are further classified by the mechanism of drug interaction and severity. Based on the research that has been carried out, that drugs that have the potential to cause drug interactions with antihypertensive drugs are aspirin, atorvastatin, cefadroxil, ceftriaxone, digoxin, ibuprofen, ketorolac, lansoprazole, meloxicam, and omeprazole and their adverse effects. Abstrak. Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, dan banyak terdapat pada kategori geriatri. Penyebab hipertensi pada geriatri karena adanya penurunan fungsi kerja organ tubuh. Pada pasien geriatri beresiko tinggi mengalami interaksi obat karena permasalahan kesehatan yang kemungkinan lebih dari satu, sehingga pemberian obat yang lebih dari satu. Interaksi obat dapat menyebabkan berubahnya keefektifan atau toksisitas dari suatu obat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui obat apa saja yang dapat menimbulkan interaksi dengan obat antihipertensi serta dampaknya pada pasien geriatri yang menjalani terapi antihipertensi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data berupa rekam medis pasien geriatri rawat inap di Rumah Sakit Al-Mulk Kota Sukabumi. Penelitian ini menggunakan E-book Stockley’s Drug Interaction serta Drug Interaction Checker untuk menganalisis interaksi obat. Hasil analisis yang diperoleh selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme interaksi obat dan tingkat keparahan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa obat yang berpotensi menyebabkan interaksi obat dengan obat antihipertensi yaitu aspirin, atorvastatin, cefadroxil, ceftriaxone, digoksin, ibuprofen, ketorolak, lansoprazole, meloxicam, dan omeprazole serta dampaknya yang merugikan.
- Published
- 2022
11. Studi Literatur Beberapa Tumbuhan Suku Asteraceae yang Memiliki Efek Antidepresan
- Author
-
null Hilda Novianti Putri, null Siti Hazar, and null Fetri Lestari
- Abstract
Depression is a common disease as anyone can experience it from time to time during their lifetime. Synthetic antidepressant drugs have been developed continuously to produce more effective drugs with minimal side effects. The use of medicinal plants is widespread in developing countries. Asteraceae is one of the plant tribes known for its various secondary metabolites that possess various pharmacological activities, including in the central nervous system. This research aims to determine the antidepressant activity of multiple plants of Asteraceae tribes and the contents that deliver the antidepressant effects. This study started with conducting a literature study using “antidepressants” and “Asteraceae” as keywords through many reputable international journal publishers such as Science Direct (Elsevier), PubMed, and Hindawi. The criteria used were research articles published in the last ten years. The research was conducted through several stages: literature search and retrieve, literature review, data extraction and synthesis, and reporting. It can be concluded that Chrysactinia mexicana A. Gray, Tanacetum parthenium L. Schultz-Bip, Anthemis wiedemanniana Fisch. & Mey, Centaurea kurdica Reichardt, Taraxacum officinale, Xanthium orientale subsp. italicum (Moretti) Greuter, Artemisia indica Linn, and Synedrella nodiflora (L.) Gaertn have antidepressant activities that are mediated by its flavonoids, sesquiterpene lactones, and pentacyclic triterpenes. Abstrak. Depresi umum terjadi sebab dapat dialami oleh siapapun dari waktu ke waktu selama masa hidupnya. Obat-obatan antidepresan sintetik terus dikembangkan untuk melahirkan obat yang efektif dengan profil efek samping seminimal mungkin. Pada waktu bersamaan penggunaan tanaman obat umum ditemukan di negara-negara berkembang. Suku Asteraceae (kenikir-kenikiran) merupakan salah satu suku tumbuhan yang kaya akan kandungan berbagai metabolit sekunder yang teruji memiliki berbagai aktivitas farmakologis, salah satunya pada sistem saraf pusat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas antidepresan dari beberapa tumbuhan suku Asteraceae beserta kandungannya yang dapat memberikan efek antidepresan. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan studi literatur. Penelusuran artikel dilakukan menggunakan kata kunci “antidepressants” dan “Asteraceae” bersumber dari jurnal internasional sejumlah penerbit bereputasi seperti Science Direct (Elsevier), PubMed, dan Hindawi. Kriteria literatur yang digunakan adalah artikel berbentuk studi eksperimental yang terbit pada sepuluh tahun terakhir. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pencarian dan pengambilan literatur, review literatur, ekstraksi dan sintesis data, dan pelaporan. Dapat disimpulkan bahwa Chrysactinia mexicana A. Gray, Tanacetum parthenium L. Schultz-Bip, Anthemis wiedemanniana Fisch. & Mey, Centaurea kurdica Reichardt, Taraxacum officinale, Xanthium orientale subsp. italicum (Moretti) Greuter, Artemisia indica Linn, dan Synedrella nodiflora (L.) Gaertn memiliki aktivitas antidepresan yang dimediasi oleh kandungan flavonoid, seskuiterpen lakton, dan triterpen pentasiklik.
- Published
- 2022
12. Studi Kepatuhan Penggunaan Obat Antihiperglikemik Oral pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Cikutra Lama 1 Bandung
- Author
-
null Diva Rachmadita Kusumawardani, null Fetri Lestari, and null Umi Yuniarni
- Abstract
Diabetes mellitus is a lifelong metabolic illness that can occur in all levels of society, and causes the rising of glucose levels in the bloodstream. Normalizing the glucose levels can be done either by therapy of changing the lifestyle or ingesting oral antihyperglycemic medicine. The patient using oral antihyperglycemic medicine has to take the medicine regularly and cannot miss any of it, thus the adherence of the patient is important. This study was done to depict adherence and reasons of disobedience on ingesting oral hyperglycemic medicine of Type 2 Diabetes Mellitus patients in Puskesmas Cikutra Lama Bandung using MMAS-8 type questionnaire on 25 adults as subjects with criteria such as man or woman, in the range of 18-65 year old, and is treated with oral antihyperglycemic on January 2021-May 2022. This study was carry out on May 2022 with interview method. MMAS-8 is used because of its objectiveness and can be used to both identify and measure how the patients adhere to ingesting oral hyperglycemic medicine. From 25 subjects, 36% has "high adherence", 16% has "medium adherence", and 48% has "low adherence". There are several factors that promote low adherence such as forgetting or being lazy to take the medicine and also the minimal knowledge of the patient's ongoing treatment. Abstrak. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik seumur hidup yang dapat ditemui di berbagai kalangan masyarakat dan menyebabkan meningkatnya kadar glukosa dalam tubuh. Untuk mengembalikan kadar glukosa dalam tubuh menjadi normal, dilakukan terapi dengan mengubah gaya hidup atau pun dengan obat antihiperglikemik oral. Pasien yang menggunakan obat antihiperglikemik oral harus menggunakannya secara teratur dan tidak boleh terlewat, sehingga kepatuhan pasien menjadi hal yang sangat penting. Pada penelitian ini, dilakukan studi gambaran kepatuhan dan faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Cikutra Lama 1 Bandung dengan menggunakan kuesioner MMAS-8 kepada 25 subjek dewasa dengan kriteria wanita atau pria, berumur 18-65 tahun, dan sedang menjalankan pengobatan antihiperglikemik oral pada periode Januari 2021-Mei 2022 di Puskesmas Cikutra Lama 1 Bandung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2022 dengan metode wawancara. MMAS-8 digunakan karena sifatnya yang objektif dan dapat digunakan untuk identifikasi masalah kepatuhan pasien juga dapat digunakan untuk memantau kepatuhan pasien. Dari 25 subjek, sebanyak 36% memiliki tingkat kepatuhan tinggi, 16% memiliki tingkat kepatuhan sedang,dan 48% memiliki tingkat kepatuhan yang rendah. Ketidakpatuhan pasien dapat disebabkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti lupa, adanya rasa resah dan malas, dan juga minimnya pengetahuan dalam pengobatan yang dijalani pasien.
- Published
- 2022
13. Kepatuhan Pengobatan Pasien Geriatri dalam Pengobatan Hipertensi di Puskesmas Cicantayan Sukabumi
- Author
-
null Muhamad Erza Ardhana, null Fetri Lestari, and null Ratu Choesrina
- Abstract
The prevalence of hypertension continues to increase with age. Hypertension can cause morbidity and mortality caused due to poor blood pressure control which can be caused due to low adherence. In geriatrics, it is common that low adherence of treatment occurs caused due to several factors. The purpose of this study was to determine the level of adherence to the treatment of geriatric patients with hypertension at the Cicantayan Sukabumi Health Center and find out the factors that can influence the low level of treatment compliance in geriatric patients. This study was conducted using the MMAS-8 Questionnaire to measure the level of treatment adherence. From the results of the study conducted, the level of adherence to the treatment of geriatric patients with hypertension at the Cicantayan Sukabumi Health Center showed a low level of adherence and there was a factors affecting low adherence in geriatric patients are cognitive condition, a history of diseases associated with cognitive function, the busyness of the patient, family support, the patient's understanding, the presence of side effects, motivation in the patient, travel conditions, availability of drugs, provision of education through counselling, and polypharmaceuticals. Abstrak. Prevalensi hipertensi terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hipertensi dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan karena kontrol tekanan darah yang buruk yang dapat disebabkan karena rendahnya kepatuhan. Pada geriatri umum terjadi ketidakpatuhan pengobatan yang disebabkan karena beberapa faktor. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan pengobatan pasien geriatri dengan hipertensi di Puskesmas Cicantayan Sukabumi dan mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kepatuhan pada pasien geriatri. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Kuesioner MMAS-8 untuk mengukur tingkat kepatuhan pengobatan. Dari hasil penelitian yang dilakukan tingkat kepatuhan pengobatan pasien geriatri dengan hipertensi di Puskesmas Cicantayan Sukabumi menunjukan tingkat kepatuhan yang rendah dan terdapat faktor yang mempengaruhi rendahnya kepatuhan pada pasien geriatri adalah kondisi kognitif, riwayat penyakit yang berhubungan dengan fungsi kognitif, kesibukan pasien, dukungan keluarga, pemahaman pasien, adanya efek samping, motivasi pada pasien, kondisi bepergian, ketersediaan obat, pemberian edukasi melalui konseling, dan polifarmasi.
- Published
- 2022
14. HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) PEROKOK
- Author
-
Fetri Lestari, Lanny Mulqie, and Risa Apriani Hilyah
- Abstract
Kebiasaan merokok merupakan salah satu gaya hidup yang dapat menimbulkan masalah kesehatan terutama penyakit kardiovaskular karena rokok mengandung bahan kimia beracun, salah satu diantaranya adalah gas CO. CO yang terhirup akan berikatan dengan hemoglobin sehingga kemampuan darah dalam mensuplai O2 ke jaringan menjadi berkurang. Pengukuran kadar CO menggunakan smokerlyzer menjadi metode alternatif untuk pendeteksian dini gangguan kesehatan akibat rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar CO perokok di wilayah Puskesmas Antapani Kota Bandung. Penelitian bersifat observasional dengan desain case control study yang dilakukan di wilayah Puskesmas Antapani Kota Bandung. Sampel penelitian berjumlah 10 orang perokok yang diambil secara convenience sampling. Pengukuran kadar CO dilakukan dengan menggunakan smokerlyzer. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar CO perokok di wilayah Puskesmas Antapani Kota Bandung. Jumlah rokok perhari dan lama merokok memiliki korelasi bermakna dengan kadar CO dengan nilai r=0.698) dan (r=0.755). ABSTRACT Smoking is one of habits that can cause much more health problems than cardiovascular disease because in every cigarette contain toxic chemicals, one of them CO. The inhaled carbon monoxide will be bound to the haemoglobin in blood reducing its ability to transport O2 to body tissues. CO measurement using smokerlyzer is an alternative method for early detection of a health disorder caused by smoking. This study aims to find out the correlation between smoking habits and CO levels of in a district in the city of Bandung. The study is a observasional research in design of case control study in Antapani Public Health Centre Bandung City. The samples were taken from 10 people using convenience sampling technique. The measurement of CO levels was done using smokerlyzer. The result shows that there is a correlation beetwen smoking habits and CO levels of smokers study in Antapani Public Health Centre Bandung City. The number of cigarettes a day and along time smoking is correlated with a meaningful CO levels r=0.698) and (r=0.755).
- Published
- 2021
15. Can rose apple leaf be developed for antileucorrhoea and antidandruff?
- Author
-
Fetri Lestari, Dieni Mardliyani, Sri Peni Fitrianingsih, Suwendar Suwendar, and N. Fitriani
- Subjects
Horticulture ,biology ,Rose-apple ,biology.organism_classification - Published
- 2020
16. Potensi Aktivitas Antiketombe dari Daun Jambu Air [Eugenia aqueum (Burm. F) Alston]
- Author
-
Suwendar Suwendar, Sri Peni Fitrianingsih, Dieni Mardliyani, Fetri Lestari, and Nisa Fitriani
- Subjects
fungi ,RS Pharmacy and materia medica - Abstract
Daun jambu air telah banyak dikenal di masyarakat Indonesia sebagai pembungkus makanan sehingga makanan dapat disimpan lebih lama. Hal ini menunjukkan daun jambu air memiliki aktivitas antimikroba. Jambu air telah diketahui mengandung flavonoid and tanin yang memiliki khasiat anti jamur. Penyakit infeksi karena jamur, merupakan penyakit dengan tingkat penderita yang tinggi di Indonesia, salah satu diantaranya adalah ketombe. Ketombe disebabkan oleh Pityropsorum ovale. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah mengenai potensi aktivitas daun jambu air pada jamur penyebab ketombe. Evaluasi dilakukan secara in vitro dengan metode difusi agar menggunakan teknik sumur pada jamur penyebab ketombe yaitu Pityrosporum ovale dengan indikator capaian adalah terbentuknya zona hambatan pertumbuhan. Hasil menunjukkan bahwa bahan uji berupa ekstrak etanol dan fraksi ekstrak yaitu fraksi n-heksan, etil asetat maupun air memiliki khasiat menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale masing-masing pada konsentrasi hambat minimum (KHM) : 1, 1, 0,5 dan 4% b/v. Aktivitas pada Pityrosporum ovale yang tertinggi ditunjukkan oleh fraksi etil asetat karena memiliki nilai KHM terendah. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa daun jambu air berpotensi untuk dikembangkan menjadi sediaan yang berkhasiat anti ketombe.
- Published
- 2019
17. POTENSI EKSTRAK BUAH KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) SEBAGAI ANTIOSTEOPOROSIS DENGAN PARAMETER PENINGKATAN ALKALIN FOSFATASE PADA TIKUS WISTAR BETINA YANG DIINDUKSI DEKSAMETASON
- Author
-
Ratu Choesrina, Fetri Lestari, and Nurmala Nurmala
- Abstract
Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) merupakan tanaman polong-polongan (Fabaceae) yang mengandung fitoestrogen, berperan dalam mencegah kehilangan massa tulang akibat defisiensi estrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol buah kecipir sebagai antiosteoporosis berdasarkan kadar ALP (Alkaline phosphatase) plasma pada tikus yang diinduksi deksametason. Tikus dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kontrol positif, kontrol negatif dan kelompok uji (ekstrak dosis 500 mg/kg BB). Kelompok kontrol positif dan kelompok uji diberi induksi deksametason 0,1 mg/kg BB. Pemberian induksi dilakukan selama 29 hari, dan pemberian sediaan uji untuk kelompok uji dilakukan selama 18 hari. Pengukuran kadar ALP dilakukan sebanyak tiga kali yaitu ALP awal, ALP pascainduksi dan ALP pascaterapi. Keberhasilan induksi osteoporosis ditandai dengan adanya penurunan kadar ALP pascainduksi dibandingkan kadar ALP awal. Keberhasilan terapi ditandai dengan adanya peningkatan kadar ALP pascaterapi dibandingkan kadar ALP pascainduksi. Berdasarkan adanya peningkatan kadar ALP plasma pascaterapi pada kelompok uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah kecipir dosis 500 mg/kg BB berpotensi sebagai antiosteoporosis.Kata Kunci: buah kecipir (Psophocarpus tetragonolobus), antiosteoporosis, ALP (Alkaline phosphatase), fitoestrogen.
- Published
- 2017
18. AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) DAN DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP MENCIT JANTAN
- Author
-
Sri Peni Fitrianingsih, Indri - Aryanti, and Fetri - Lestari
- Published
- 2018
19. Safety of Garlic (Allium Sativum) and Turmeric (Curcuma domestica) Extract in Comparison with Simvastatin on Improving Lipid Profile in Dyslipidemia Patients
- Author
-
Fetri Lestari, Elin Yulinah Sukandar, Primal Sudjana, Ni Putu Eka Leliqia, and Joseph Iskendiarso Sigit
- Subjects
biology ,medicine.diagnostic_test ,Traditional medicine ,business.industry ,General Medicine ,biology.organism_classification ,medicine.disease ,Allium sativum ,Simvastatin ,Botany ,medicine ,Curcuma ,Lipid profile ,business ,Dyslipidemia ,medicine.drug - Published
- 2012
Catalog
Discovery Service for Jio Institute Digital Library
For full access to our library's resources, please sign in.