Penggunaan gigitiruan sebagai pengganti gigi alami sangat penting karena akan mengembalikan fungsi estetik, pengunyahan, bicara, memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan sekitar dan relasi rahang, serta psikologis penderita. Gigitiruan perlu dibersihkan untuk menghilangkan atau mengurangi akumulasi mikroorganisme penyebab plak, mucin, debris makanan, kalkulus dan perubahan warna. Prosedur yang efisien dan teratur dalam membersihkan gigitiruan penting untuk mempertahankan kesehatan mulut dan gigitiruannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman pasien mengenai instruksi pembersihan gigitiruan lepasan. Subyek penelitian adalah semua pasien yang menerima perawatan gigitiruan di RSGMP Universitas Hasanuddin. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan tanya jawab antara subyek dan peneliti untuk mengetahui tingkat pemahaman pasien terhadap instruksi yang diberikan. Sampel diperoleh dengan teknik totally sampling dan didapatkan 26 pasien yang menggunakan gigitiruan, serta diuji statistik menggunakan paired t-test. Hasil penelitian, rata-rata usia pasien yang menggunakan gigitiruan 30-69 tahun dan mayoritas berjenis kelamin perempuan (80,8%), Rata-rata pasien adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 61,5%. Rata-rata pasien tidak paham dengan instruksi yang diberikan oleh operator yaitu sebanyak 92,3%. Setelah pemberian instruksi cara pembersihan gigitiruan rata-rata pasien paham terhadap instruksi yang diberikan (84,6%). Disimpulkan bahwa pemberian instruksi mengenai cara pembersihan gigitiruan kepada pasien pasca insersi gigitiruan sangatlah penting, adanya komunikasi dua arah yang baik antara dokter gigi dan pasien serta pemberian instruksi tentang cara pembersihan gigitiruan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh pasien dapat meningkatkan tingkat pemahaman pasien mengenai instruksi cara pembersihan gigitiruan.