Search

Introduction: Many studies have discussed crime and the feeling of insecurity in the public space. These studies produce diverse findings from various variables and different objects. However, the urban spatial configuration is still left unexplored in the study of insecurity from crime in the public space. The purpose of this study is to discuss the position of urban spatial configuration elements on the feeling of insecurity from crime in the public space evidenced by international literature.Methods: This study uses a systematic review method by evaluating studies published between 1970 and 2021.Results and Discussion: The results of this study state that studies on crime and feeling of insecurity in public spaces in urban planning and urban design context mainly evaluated the design features (crime prevention through environmental design) and Socio-demographics at micro–meso scale in the built environment. In contrast, urban spatial configuration variable or macro scale still underexplored. Studies have shown that issues will occur if policy-making and planning in urban areas ignore individual perceptions of feeling insecure regarding crime at macro scale. The findings of this study become a research gap for further studies. This study suggests that more researchers should evaluate the feelings of insecurity from crime in public spaces on a macro scale, namely the urban spatial configuration dimension, including city size, development type, the distribution pattern of population and job, degree of clustering, and landscape connectivity.

Perkembangan suatu kota tidak dapat dipisahkan dari area sekitarnya, sehingga dalam sistem perkotaan, suatu kota akan memiliki efek saling ketergantungan dengan kota-kota terdekat di sekitarnya. Salah satu bentuk keterkaitan antar wilayah terjadi pada Kawasan Gerbangkertosusila, yang terbentuk dari gabungan kota dan kabupaten. Fenomena pusat-pinggiran ini dapat terjadi dalam bentuk keterkaitan antar sektor yang dihubungkan dengan jaringan jalan, industri, pekerjaan, dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teori pusat-pinggiran dengan studi di Kawasan Gerbangkertosusila (GKS) dengan mengevaluasinya berdasarkan center-periphery model (CPM) dari John Friedmann. Hasil studi kepustakaan dilanjutkan dengan analisis deskriptif kualitatif dengan menerjemahkan teori dengan data yang diperoleh dari penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan saat ini dari 4 fase model CPM Friedmann, kawasan GKS berada pada fase 3 dimana pertumbuhan ekonomi menyebar ke seluruh wilayah dan menyebabkan munculnya pusat-pusat pertumbuhan lainnya. Pada wilayah GKS struktur kotanya mengalami perluasan, selain karena penduduk bermukim di pinggiran akibat urban sprawl, berkembang pusat- pusat industri baru di sekitar kota inti Surabaya yang terletak di perbatasan Surabaya-Gresik dan Surabaya-Sidoarjo.