Search

Vulkanisir ban adalah proses remanufaktur yang bertujuan untuk menambah usia pakai ban yang telah digunakan. Proses ini dilakukan dengan cara melapisi kembali ban yang telah aus dengan tapak baru. Salah satu industri vulkanisir ban yang berada di Kota Padang adalah PT Inti Vulkatama. Perusahaan ini menetapkan spesifikasi untuk kekerasan tapak ban vulkanisir yaitu ≥61 shore A dengan karakteristik large the better dan menetapkan batas maksimum persentase cacat produk yang dihasilkan sebesar 4%. PT Inti Vulkatama memilki 2 proses untuk memproduksi ban vulkanisir yaitu proses panas dan proses dingin. Permasalahan yang terjadi adalah saat dilakukan sampling data pada kedua proses didapatkan bahwa pada proses panas menghasilkan 7% produk yang kekerasan tapak bannya diluar spesifikasi dan mengakibatkan loss function sebesar Rp243.076/unit. Angka tersebut telah melewati batas maksimum persentase cacat perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tapak ban vulkanisir pada proses panas dan kombinasi faktor yang dapat menghasilkan kekerasan tapak ban vulkanisir sesuai dengan spesifikasi perusahaan menggunakan Metode Taguchi. Hasil yang diperoleh adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tapak ban vulkanisir pada proses panas yaitu suhu masak, tekanan udara saat masak, tekanan udara ban dalam, lama pemasakkan, dan jenis bensin untuk campuran lem. Kombinasi faktor optimalnya yaitu suhu masak 140°C, tekanan udara saat masak sebesar 4 bar, tekanan udara ban dalam sebesar 8 bar, lama pemasakkan selama 2 jam, dan jenis bensin untuk campuran lem yaitu SBP. Berdasarkan hasil eksperimen konfirmasi yang dilakukan menggunakan kombinasi faktor tersebut terbukti bahwa adanya peningkatan rata-rata kekerasan tapak ban menjadi 63,15±0,41 dan loss functionnya turun menjadi Rp233.330/unit.

This research takes novel Canting as the object of analysis. This research used cultural semiotics approach. The research aims to find the Javanese identity symbolized in canting. The results obtained as follows: (1) Javanese identity is represented by the attitude of "nrimo", which means “accept”; (2) canting is a symbol of high culture which is defeated; (3) high culture must negotiate with mass culture in order to survive.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek penurunan kadar glukosa darah dan gambaran histopatologi pankreas dari daun kelor pada tikus putih jantan, serta senyawa metabolit sekunder pada ekstrak fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi etanol-air. Pengujian menggunakan 35 ekor tikus dibagi menjadi tujuh kelompok dengan perlakuan yaitu kelompok kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif metformin, kontrol positif simvastatin, dan kelompok uji (fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi etanol air) dengan dosis 300 mg/kg BB. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-0, 35, 42 dan 49 setelah diberi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat senyawa metabolit sekunder fraksi etil asetat dan etanol air yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan steroid. Fraksi n-heksan hanya terdapat saponin. Fraksi etanol air ekstrak daun kelor pada dosis 300 mg/kg BB  yang memiliki efek penurunan kadar glukosa darah sebesar 114,6 (mg/dL) dan nilai kerusakan pancreas rata-rata 2. Lebih baik dibandingkan dengan fraksi n-heksan dan etil asetat.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek penurunan kadar glukosa darah dan gambaran histopatologi pankreas dari daun kelor pada tikus putih jantan, serta senyawa metabolit sekunder pada ekstrak fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi etanol-air. Pengujian menggunakan 35 ekor tikus dibagi menjadi tujuh kelompok dengan perlakuan yaitu kelompok kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif metformin, kontrol positif simvastatin, dan kelompok uji (fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi etanol air) dengan dosis 300 mg/kg BB. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-0, 35, 42 dan 49 setelah diberi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat senyawa metabolit sekunder fraksi etil asetat dan etanol air yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan steroid. Fraksi n-heksan hanya terdapat saponin. Fraksi etanol air ekstrak daun kelor pada dosis 300 mg/kg BB  yang memiliki efek penurunan kadar glukosa darah sebesar 114,6 (mg/dL) dan nilai kerusakan pancreas rata-rata 2. Lebih baik dibandingkan dengan fraksi n-heksan dan etil asetat.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa upaya diplomasi kebudayaan yang dilakukan Belanda di Indonesia melalui Erasmus Huis dalam upaya untuk mencapai kepentingan nasionalnya sebagaimana yang disebutkan di dalam International Cultural Policy Belanda. Penelitian ini menggunakan konsep praktik diplomasi budaya yang digagas oleh Erik Pajtinka yang membagi aktivitas diplomasi budaya ke dalam enam indikator. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis dan memanfaatkan data primer dan sekunder. Berdasarkan konsep praktik diplomasi kebudayaan Erik Pajtinka, penelitian ini menemukan bahwa terdapat lima aktivitas yaitu mendampingi pelaku budaya dalam menyebarkan budaya nasional dan identitas negaranya; mempromosikan penyebaran bahasa nasional; mempromosikan ragam nilai budaya; memfasilitasi perjanjian internasional dalam antar pelaku budaya; mendukung dan selalu berkomunikasi dengan komunitas expatriate yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia melalui Erasmus Huis sebagai sebuah upaya diplomasi kebudayaan. Kata Kunci: Belanda, Indonesia, Erasmus Huis, Diplomasi Kebudayaan, International Cultural Policy

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa upaya diplomasi kebudayaan yang dilakukan Belanda di Indonesia melalui Erasmus Huis dalam upaya untuk mencapai kepentingan nasionalnya sebagaimana yang disebutkan di dalam International Cultural Policy Belanda. Penelitian ini menggunakan konsep praktik diplomasi budaya yang digagas oleh Erik Pajtinka yang membagi aktivitas diplomasi budaya ke dalam enam indikator. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis dan memanfaatkan data primer dan sekunder. Berdasarkan konsep praktik diplomasi kebudayaan Erik Pajtinka, penelitian ini menemukan bahwa terdapat lima aktivitas yaitu mendampingi pelaku budaya dalam menyebarkan budaya nasional dan identitas negaranya; mempromosikan penyebaran bahasa nasional; mempromosikan ragam nilai budaya; memfasilitasi perjanjian internasional dalam antar pelaku budaya; mendukung dan selalu berkomunikasi dengan komunitas expatriate yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia melalui Erasmus Huis sebagai sebuah upaya diplomasi kebudayaan. Kata Kunci: Belanda, Indonesia, Erasmus Huis, Diplomasi Kebudayaan, International Cultural Policy