Search

Internet sangat populer dikalangan mahasiswa tidak terkecuali mahasiswa keperawatan. Kemudahan yang diberikan internet membuat mahasiswa menggunakan internet secara berlebihan dan dapat menimbulkan dampak negatif. Studi pendahuluan ditemukan banyak mahasiswa D3 Keperawatan Padang menggunakan internet >7 jam/hari. Salah satu faktor yang berperan dalam kecanduan internet adalah kecerdasan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan kecerdasan emosional dengan kecanduan internet pada Mahasiswa D3 Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa D3 Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang dengan sampel 163 responden dipilih menggunkan teknik proportional strafied random sampling. Alat ukur yang digunakan Trait Meta Mood Scale-24 untuk kecerdasan emosional dan Internet Addiction Test untuk kecanduan internet. Hasil penelitian skor rata-rata kecerdasan emosional responden 85.13 merupakan kecerdasan emosional sedang dan skor rata-rata kecanduan internet 35.32 artinya kecanduan internet ringan. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi pearson dengan nilai p=0.670 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kecanduan internet pada mahasiswa D3 Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang. Diharapkan mahasiswa dapat menggunakan internet dengan bijak agar tidak menimbulkan dampak buruk dan pihak institusi terkait dapat memberikan pelatihan atau kegiatan guna meningkatkan kecerdasan emosional mahasiswa.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 35 Padang yang masih menggunakan cara manual untuk mengolah data nilai sikap peserta didik yaitu menggunakan jurnal. Penilaian sikap peserta didik dengan cara tersebut belum dapat diterapkan secara optimal dikarenakan adanya berbagai kendala yang ditemukan dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. sehingga dibutuhkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu guru di SMP Negeri 35 Padang khususnya guru Bidang Konseling dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. Aplikasi sistem pendukung keputusan untuk menentukan penilaian sikap peserta didik di SMP Negeri 35 Padang dirancang dengan menggunakan metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution untuk menentukan nilai setiap indikator yaitu spiritual, jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, percaya diri dan peduli serta alternatif berupa data nilai sikap peserta didik. Metodologi yang digunakan dalam riste ini dengan model waterfall dengan tahapan analisis, desain, pemrograman dan test. Hasil dari riset ini adalah sebuah aplikasi pendukung keputusan yang bisa digunakan oleh admin wakil kurikulum, guru kelas dan guru bidang konseling untuk membantu proses keputusan dalam menentukan nilai sikap peserta didik. Serta dapat menjadi acuan bagi sekolah lain dalam menentukan penilaian sikap peserta didik.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 35 Padang yang masih menggunakan cara manual untuk mengolah data nilai sikap peserta didik yaitu menggunakan jurnal. Penilaian sikap peserta didik dengan cara tersebut belum dapat diterapkan secara optimal dikarenakan adanya berbagai kendala yang ditemukan dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. sehingga dibutuhkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu guru di SMP Negeri 35 Padang khususnya guru Bidang Konseling dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. Aplikasi sistem pendukung keputusan untuk menentukan penilaian sikap peserta didik di SMP Negeri 35 Padang dirancang dengan menggunakan metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution untuk menentukan nilai setiap indikator yaitu spiritual, jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, percaya diri dan peduli serta alternatif berupa data nilai sikap peserta didik. Metodologi yang digunakan dalam riste ini dengan model waterfall dengan tahapan analisis, desain, pemrograman dan test. Hasil dari riset ini adalah sebuah aplikasi pendukung keputusan yang bisa digunakan oleh admin wakil kurikulum, guru kelas dan guru bidang konseling untuk membantu proses keputusan dalam menentukan nilai sikap peserta didik. Serta dapat menjadi acuan bagi sekolah lain dalam menentukan penilaian sikap peserta didik.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 35 Padang yang masih menggunakan cara manual untuk mengolah data nilai sikap peserta didik yaitu menggunakan jurnal. Penilaian sikap peserta didik dengan cara tersebut belum dapat diterapkan secara optimal dikarenakan adanya berbagai kendala yang ditemukan dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. sehingga dibutuhkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu guru di SMP Negeri 35 Padang khususnya guru Bidang Konseling dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. Aplikasi sistem pendukung keputusan untuk menentukan penilaian sikap peserta didik di SMP Negeri 35 Padang dirancang dengan menggunakan metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution untuk menentukan nilai setiap indikator yaitu spiritual, jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, percaya diri dan peduli serta alternatif berupa data nilai sikap peserta didik. Metodologi yang digunakan dalam riste ini dengan model waterfall dengan tahapan analisis, desain, pemrograman dan test. Hasil dari riset ini adalah sebuah aplikasi pendukung keputusan yang bisa digunakan oleh admin wakil kurikulum, guru kelas dan guru bidang konseling untuk membantu proses keputusan dalam menentukan nilai sikap peserta didik. Serta dapat menjadi acuan bagi sekolah lain dalam menentukan penilaian sikap peserta didik.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 35 Padang yang masih menggunakan cara manual untuk mengolah data nilai sikap peserta didik yaitu menggunakan jurnal. Penilaian sikap peserta didik dengan cara tersebut belum dapat diterapkan secara optimal dikarenakan adanya berbagai kendala yang ditemukan dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. sehingga dibutuhkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu guru di SMP Negeri 35 Padang khususnya guru Bidang Konseling dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. Aplikasi sistem pendukung keputusan untuk menentukan penilaian sikap peserta didik di SMP Negeri 35 Padang dirancang dengan menggunakan metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution untuk menentukan nilai setiap indikator yaitu spiritual, jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, percaya diri dan peduli serta alternatif berupa data nilai sikap peserta didik. Metodologi yang digunakan dalam riste ini dengan model waterfall dengan tahapan analisis, desain, pemrograman dan test. Hasil dari riset ini adalah sebuah aplikasi pendukung keputusan yang bisa digunakan oleh admin wakil kurikulum, guru kelas dan guru bidang konseling untuk membantu proses keputusan dalam menentukan nilai sikap peserta didik. Serta dapat menjadi acuan bagi sekolah lain dalam menentukan penilaian sikap peserta didik.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 35 Padang yang masih menggunakan cara manual untuk mengolah data nilai sikap peserta didik yaitu menggunakan jurnal. Penilaian sikap peserta didik dengan cara tersebut belum dapat diterapkan secara optimal dikarenakan adanya berbagai kendala yang ditemukan dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. sehingga dibutuhkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu guru di SMP Negeri 35 Padang khususnya guru Bidang Konseling dalam menentukan penilaian sikap peserta didik. Aplikasi sistem pendukung keputusan untuk menentukan penilaian sikap peserta didik di SMP Negeri 35 Padang dirancang dengan menggunakan metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution untuk menentukan nilai setiap indikator yaitu spiritual, jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, percaya diri dan peduli serta alternatif berupa data nilai sikap peserta didik. Metodologi yang digunakan dalam riste ini dengan model waterfall dengan tahapan analisis, desain, pemrograman dan test. Hasil dari riset ini adalah sebuah aplikasi pendukung keputusan yang bisa digunakan oleh admin wakil kurikulum, guru kelas dan guru bidang konseling untuk membantu proses keputusan dalam menentukan nilai sikap peserta didik. Serta dapat menjadi acuan bagi sekolah lain dalam menentukan penilaian sikap peserta didik.

The purpose of the study to determine the effect of organizational mission fulfillment and organizational support on job performance through work enggagement as a mediation variable. The study used primary data obtained by distributing questionnaires to 171 respondents, respondents are permanent employees at the Department of Agriculture and Plantation Aceh. Quantitative research method and data analysis using structural equation modeling with SPSS + AMOS program. The result of research indicates that the fulfillment factor of organizational mission that is built in the research model has an effect on work enggagement, organizational support factor has an effect on work enggagement, fulfillment factor of missions built in the research has no effect on job performance, organizational support factor influence to job performance, work enggagement on employee performance, organizational mission fulfillment factors proved not to have indirect relationship with job performance mediated by work enggagement, organizational support factor proved not to have indirect relationship with job performance mediated by work enggagement factor at Agriculture and Plantation Office of Aceh

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN DAN RISIKO INVESTASI TERHADAP SET KESEMPATAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR ANEKA INDUSTRI Alisya Septri Vieni1, Rika Desiyanti2, Mery Trianita3 1Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta 2Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta E-mail : vienialisya@gmail.com, rikadyanti@yahoo.com merytrianita@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kebijakan Dividen dan Risiko Investasi terhadap Set Kesempatan Investasi. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Sampel yang digunakan berjumlah 37 perusahaan manufaktur sektor aneka industri. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap Set Kesempatan Investasi pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri, sedangkan Risiko Investasi berpengaruh signifikan terhadap Set Kesempatan Investasi pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri. ABSTRACT This research aims to know the influence of the dividend policy and the investment risk of the investment Opportunity Set against. The object of this research is the manufacturing companies listed on the Indonesia stock exchange in 2011 until the year 2015. The sample used amounted to 37 companies manufacturing sectors a wide range of industries. Based on the results of the research show that the dividend policy has no effect significantly to Investment Opportunities Set in the various sectors of industrial manufacturing companies, while the influential investment risk significantly to Set the opportunity Investments in various industrial sectors manufacturing company. Keywords: dividend policy, risk investment and the investment Opportunity Set

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN DAN RISIKO INVESTASI TERHADAP SET KESEMPATAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR ANEKA INDUSTRI Alisya Septri Vieni1, Rika Desiyanti2, Mery Trianita3 1Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta 2Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta E-mail : vienialisya@gmail.com, rikadyanti@yahoo.com merytrianita@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kebijakan Dividen dan Risiko Investasi terhadap Set Kesempatan Investasi. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Sampel yang digunakan berjumlah 37 perusahaan manufaktur sektor aneka industri. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap Set Kesempatan Investasi pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri, sedangkan Risiko Investasi berpengaruh signifikan terhadap Set Kesempatan Investasi pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri. ABSTRACT This research aims to know the influence of the dividend policy and the investment risk of the investment Opportunity Set against. The object of this research is the manufacturing companies listed on the Indonesia stock exchange in 2011 until the year 2015. The sample used amounted to 37 companies manufacturing sectors a wide range of industries. Based on the results of the research show that the dividend policy has no effect significantly to Investment Opportunities Set in the various sectors of industrial manufacturing companies, while the influential investment risk significantly to Set the opportunity Investments in various industrial sectors manufacturing company. Keywords: dividend policy, risk investment and the investment Opportunity Set

Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya masalah anak putus sekolah yang ditemukan di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Data yang penulis temukan yaitu sebanyak 33 orang anak yang putus sekolah, terdata dari tahun 2015-2019 di Kantor Wali Nagari Ampang Pulai. Mengingat putus sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk lebih diperhatikan dan diatasi, maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai dan bagaimana solusi yang dilakukan pemerintah Nagari Ampang Pulai untuk mengatasi anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.Pengumpulan data melalui observasi kelapangan, wawancara dengan informan serta dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor penyebab anak putus sekolah disebabkan oleh dua faktor, yang pertama faktor yang berasal dari dalam diri anak (faktor internal) yaitu: motivasi belajar anak dan faktor yang berasal dari luar diri anak (faktor eksternal) yaitu: yang pertama faktor kondisi ekonomi keluarga, yang kedua faktor lingkungan pantai, yang ketiga faktor latar belakang pendidikan orang tua, dan yang keempat faktor bullying di sekolah. Selanjutnya solusi yang dilakukan pemerintah Nagari ampang pulai untuk mengatasi anak putus sekolah yaitu: pertama nagari lebih memperhatikan lagi anak-anak yang putus sekolah dan memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan, kedua Nagari harusnya memberikan pembelajaran atau pelatihan gratis terhadap anak yang putus sekolah, yang ketiga Nagari juga memberikan sosialisasi kepada orang tua bahwa pendidikan itu sangat penting untuk anak, yang keempat menghidupkan kembali kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal anak putus sekolah. Kata Kunci: Masalah Anak Putus Sekolah, Faktor-Faktor Penyebab, Solusinya

Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya masalah anak putus sekolah yang ditemukan di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Data yang penulis temukan yaitu sebanyak 33 orang anak yang putus sekolah, terdata dari tahun 2015-2019 di Kantor Wali Nagari Ampang Pulai. Mengingat putus sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk lebih diperhatikan dan diatasi, maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai dan bagaimana solusi yang dilakukan pemerintah Nagari Ampang Pulai untuk mengatasi anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.Pengumpulan data melalui observasi kelapangan, wawancara dengan informan serta dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor penyebab anak putus sekolah disebabkan oleh dua faktor, yang pertama faktor yang berasal dari dalam diri anak (faktor internal) yaitu: motivasi belajar anak dan faktor yang berasal dari luar diri anak (faktor eksternal) yaitu: yang pertama faktor kondisi ekonomi keluarga, yang kedua faktor lingkungan pantai, yang ketiga faktor latar belakang pendidikan orang tua, dan yang keempat faktor bullying di sekolah. Selanjutnya solusi yang dilakukan pemerintah Nagari ampang pulai untuk mengatasi anak putus sekolah yaitu: pertama nagari lebih memperhatikan lagi anak-anak yang putus sekolah dan memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan, kedua Nagari harusnya memberikan pembelajaran atau pelatihan gratis terhadap anak yang putus sekolah, yang ketiga Nagari juga memberikan sosialisasi kepada orang tua bahwa pendidikan itu sangat penting untuk anak, yang keempat menghidupkan kembali kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal anak putus sekolah. Kata Kunci: Masalah Anak Putus Sekolah, Faktor-Faktor Penyebab, Solusinya

Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya masalah anak putus sekolah yang ditemukan di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Data yang penulis temukan yaitu sebanyak 33 orang anak yang putus sekolah, terdata dari tahun 2015-2019 di Kantor Wali Nagari Ampang Pulai. Mengingat putus sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk lebih diperhatikan dan diatasi, maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai dan bagaimana solusi yang dilakukan pemerintah Nagari Ampang Pulai untuk mengatasi anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.Pengumpulan data melalui observasi kelapangan, wawancara dengan informan serta dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor penyebab anak putus sekolah disebabkan oleh dua faktor, yang pertama faktor yang berasal dari dalam diri anak (faktor internal) yaitu: motivasi belajar anak dan faktor yang berasal dari luar diri anak (faktor eksternal) yaitu: yang pertama faktor kondisi ekonomi keluarga, yang kedua faktor lingkungan pantai, yang ketiga faktor latar belakang pendidikan orang tua, dan yang keempat faktor bullying di sekolah. Selanjutnya solusi yang dilakukan pemerintah Nagari ampang pulai untuk mengatasi anak putus sekolah yaitu: pertama nagari lebih memperhatikan lagi anak-anak yang putus sekolah dan memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan, kedua Nagari harusnya memberikan pembelajaran atau pelatihan gratis terhadap anak yang putus sekolah, yang ketiga Nagari juga memberikan sosialisasi kepada orang tua bahwa pendidikan itu sangat penting untuk anak, yang keempat menghidupkan kembali kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal anak putus sekolah. Kata Kunci: Masalah Anak Putus Sekolah, Faktor-Faktor Penyebab, Solusinya

Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya masalah anak putus sekolah yang ditemukan di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Data yang penulis temukan yaitu sebanyak 33 orang anak yang putus sekolah, terdata dari tahun 2015-2019 di Kantor Wali Nagari Ampang Pulai. Mengingat putus sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk lebih diperhatikan dan diatasi, maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai dan bagaimana solusi yang dilakukan pemerintah Nagari Ampang Pulai untuk mengatasi anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.Pengumpulan data melalui observasi kelapangan, wawancara dengan informan serta dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor penyebab anak putus sekolah disebabkan oleh dua faktor, yang pertama faktor yang berasal dari dalam diri anak (faktor internal) yaitu: motivasi belajar anak dan faktor yang berasal dari luar diri anak (faktor eksternal) yaitu: yang pertama faktor kondisi ekonomi keluarga, yang kedua faktor lingkungan pantai, yang ketiga faktor latar belakang pendidikan orang tua, dan yang keempat faktor bullying di sekolah. Selanjutnya solusi yang dilakukan pemerintah Nagari ampang pulai untuk mengatasi anak putus sekolah yaitu: pertama nagari lebih memperhatikan lagi anak-anak yang putus sekolah dan memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan, kedua Nagari harusnya memberikan pembelajaran atau pelatihan gratis terhadap anak yang putus sekolah, yang ketiga Nagari juga memberikan sosialisasi kepada orang tua bahwa pendidikan itu sangat penting untuk anak, yang keempat menghidupkan kembali kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal anak putus sekolah. Kata Kunci: Masalah Anak Putus Sekolah, Faktor-Faktor Penyebab, Solusinya

Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya masalah anak putus sekolah yang ditemukan di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Data yang penulis temukan yaitu sebanyak 33 orang anak yang putus sekolah, terdata dari tahun 2015-2019 di Kantor Wali Nagari Ampang Pulai. Mengingat putus sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk lebih diperhatikan dan diatasi, maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai dan bagaimana solusi yang dilakukan pemerintah Nagari Ampang Pulai untuk mengatasi anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.Pengumpulan data melalui observasi kelapangan, wawancara dengan informan serta dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor penyebab anak putus sekolah disebabkan oleh dua faktor, yang pertama faktor yang berasal dari dalam diri anak (faktor internal) yaitu: motivasi belajar anak dan faktor yang berasal dari luar diri anak (faktor eksternal) yaitu: yang pertama faktor kondisi ekonomi keluarga, yang kedua faktor lingkungan pantai, yang ketiga faktor latar belakang pendidikan orang tua, dan yang keempat faktor bullying di sekolah. Selanjutnya solusi yang dilakukan pemerintah Nagari ampang pulai untuk mengatasi anak putus sekolah yaitu: pertama nagari lebih memperhatikan lagi anak-anak yang putus sekolah dan memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan, kedua Nagari harusnya memberikan pembelajaran atau pelatihan gratis terhadap anak yang putus sekolah, yang ketiga Nagari juga memberikan sosialisasi kepada orang tua bahwa pendidikan itu sangat penting untuk anak, yang keempat menghidupkan kembali kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal anak putus sekolah. Kata Kunci: Masalah Anak Putus Sekolah, Faktor-Faktor Penyebab, Solusinya

Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya masalah anak putus sekolah yang ditemukan di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Data yang penulis temukan yaitu sebanyak 33 orang anak yang putus sekolah, terdata dari tahun 2015-2019 di Kantor Wali Nagari Ampang Pulai. Mengingat putus sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk lebih diperhatikan dan diatasi, maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai dan bagaimana solusi yang dilakukan pemerintah Nagari Ampang Pulai untuk mengatasi anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.Pengumpulan data melalui observasi kelapangan, wawancara dengan informan serta dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor penyebab anak putus sekolah disebabkan oleh dua faktor, yang pertama faktor yang berasal dari dalam diri anak (faktor internal) yaitu: motivasi belajar anak dan faktor yang berasal dari luar diri anak (faktor eksternal) yaitu: yang pertama faktor kondisi ekonomi keluarga, yang kedua faktor lingkungan pantai, yang ketiga faktor latar belakang pendidikan orang tua, dan yang keempat faktor bullying di sekolah. Selanjutnya solusi yang dilakukan pemerintah Nagari ampang pulai untuk mengatasi anak putus sekolah yaitu: pertama nagari lebih memperhatikan lagi anak-anak yang putus sekolah dan memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan, kedua Nagari harusnya memberikan pembelajaran atau pelatihan gratis terhadap anak yang putus sekolah, yang ketiga Nagari juga memberikan sosialisasi kepada orang tua bahwa pendidikan itu sangat penting untuk anak, yang keempat menghidupkan kembali kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal anak putus sekolah. Kata Kunci: Masalah Anak Putus Sekolah, Faktor-Faktor Penyebab, Solusinya

Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya masalah anak putus sekolah yang ditemukan di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Data yang penulis temukan yaitu sebanyak 33 orang anak yang putus sekolah, terdata dari tahun 2015-2019 di Kantor Wali Nagari Ampang Pulai. Mengingat putus sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk lebih diperhatikan dan diatasi, maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai dan bagaimana solusi yang dilakukan pemerintah Nagari Ampang Pulai untuk mengatasi anak putus sekolah di Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.Pengumpulan data melalui observasi kelapangan, wawancara dengan informan serta dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor penyebab anak putus sekolah disebabkan oleh dua faktor, yang pertama faktor yang berasal dari dalam diri anak (faktor internal) yaitu: motivasi belajar anak dan faktor yang berasal dari luar diri anak (faktor eksternal) yaitu: yang pertama faktor kondisi ekonomi keluarga, yang kedua faktor lingkungan pantai, yang ketiga faktor latar belakang pendidikan orang tua, dan yang keempat faktor bullying di sekolah. Selanjutnya solusi yang dilakukan pemerintah Nagari ampang pulai untuk mengatasi anak putus sekolah yaitu: pertama nagari lebih memperhatikan lagi anak-anak yang putus sekolah dan memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan, kedua Nagari harusnya memberikan pembelajaran atau pelatihan gratis terhadap anak yang putus sekolah, yang ketiga Nagari juga memberikan sosialisasi kepada orang tua bahwa pendidikan itu sangat penting untuk anak, yang keempat menghidupkan kembali kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal anak putus sekolah. Kata Kunci: Masalah Anak Putus Sekolah, Faktor-Faktor Penyebab, Solusinya

Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan secara nyata.Tapi pada kenyataannya masih banyak terjadi permasalahanya itu masalah pengangguran.Terjadinya permasalahan pengangguran di sebabkan oleh beberapa factor, seperti kurangnya pendidikan, lahan pertanian yang sempit, peranan KB kurang aktif, PDRB (apabila terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi maka pengangguran meningkat), Inflasi (jikainflasiterusmeningkatmakapengangguranbisaberkurang) dan angkatan kerja (jika terjadi peningkatan angkatan kerja maka jumlah pengangguran meningkat. Dari beberapa factor yang mempengaruhi pengangguran, peneliti hanya mengambil factor PDRB, Inflasi dan Angkatan Kerja yang mempengaruhi tingkat Pengangguran di Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai analisis factor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di provinsi Sumatera Barat. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data time series16 tahun. Tekniknya adalah dengan alat statistik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa PDRB, Inflasi dan Angkatan Kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Sumatera Barat. Jumlah pengangguran tertinggi berada pada tahun 2001 dan mengalami penurunan setiap tahunnya sampai tahun 2016. Kata kunci: PDRB, Inflasi, Angkatan Kerja dan Pengangguran.

Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan secara nyata.Tapi pada kenyataannya masih banyak terjadi permasalahanya itu masalah pengangguran.Terjadinya permasalahan pengangguran di sebabkan oleh beberapa factor, seperti kurangnya pendidikan, lahan pertanian yang sempit, peranan KB kurang aktif, PDRB (apabila terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi maka pengangguran meningkat), Inflasi (jikainflasiterusmeningkatmakapengangguranbisaberkurang) dan angkatan kerja (jika terjadi peningkatan angkatan kerja maka jumlah pengangguran meningkat. Dari beberapa factor yang mempengaruhi pengangguran, peneliti hanya mengambil factor PDRB, Inflasi dan Angkatan Kerja yang mempengaruhi tingkat Pengangguran di Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai analisis factor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di provinsi Sumatera Barat. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data time series16 tahun. Tekniknya adalah dengan alat statistik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa PDRB, Inflasi dan Angkatan Kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Sumatera Barat. Jumlah pengangguran tertinggi berada pada tahun 2001 dan mengalami penurunan setiap tahunnya sampai tahun 2016. Kata kunci: PDRB, Inflasi, Angkatan Kerja dan Pengangguran.

ABSTRAK Ruudevi Zulfindira Septri. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas XI SMA Brawijaya Smart School Malang. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dra. Herawati Susilo M.Sc. Ph.D. (II) Dr. Umie Lestari M.Si. Kata Kunci perangkat pembelajaran model PBL kemampuan berpikir kritis hasil belajar kognitif Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 harus dapat mendorong dan menginspirasi siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru Biologi kelas XI SMA Brawijaya Smart School diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan belum memberdayakan siswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Perangkat pembelajaran tersebut terbatas pada tingkat kognitif C1 C2 dan C3. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah dan sebanyak 72% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Hal tersebut didukung oleh hasil angket kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MIA 4 dengan rata-rata sebesar 19 4%. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yaitu silabus RPP dan LKS berbasis model PBL yang tervalidasi teruji keefektifan dan kepraktisannya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian ini menggunakan model pengembangan Borg Galll yang dibatasi sampai tahap 7 terdiri dari tahap pengumpulan informasi penelitian perencanaan pengembangan produk awal uji coba lapangan tahap awal revisi produk awal uji coba lapangan utama revisi produk utama. Uji coba lapangan tahap awal berupa validasi perangkat pembelajaran oleh validator ahli perangkat pembelajaran ahli materi dan ahli praktisi lapangan. Uji coba lapangan utama dilakukan terhadap 25 siswa SMA BSS semester II tahun ajaran 2016/2017. Hasil uji coba l

ABSTRAKRuudevi, Zulfindira Septri. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas XI SMA Brawijaya Smart School Malang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D., (II) Dr. Umie Lestari, M.Si.Kata Kunci: perangkat pembelajaran, model PBL, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar kognitifProses pembelajaran pada Kurikulum 2013 harus dapat mendorong dan menginspirasi siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru Biologi kelas XI SMA Brawijaya Smart School, diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan belum memberdayakan siswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Perangkat pembelajaran tersebut terbatas pada tingkat kognitif C1, C2, dan C3. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah dan sebanyak 72% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Hal tersebut didukung oleh hasil angket kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MIA 4 dengan rata-rata sebesar 19,4%. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan LKS berbasis model PBL, yang tervalidasi, teruji keefektifan, dan kepraktisannya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa.Penelitian ini menggunakan model pengembangan Borg & Galll yang dibatasi sampai tahap 7, terdiri dari tahap pengumpulan informasi & penelitian, perencanaan, pengembangan produk awal, uji coba lapangan tahap awal, revisi produk awal, uji coba lapangan utama, revisi produk utama. Uji coba lapangan tahap awal berupa validasi perangkat pembelajaran oleh validator ahli perangkat pembelajaran, ahli materi, dan ahli praktisi lapangan. Uji coba lapangan utama dilakukan terhadap 25 siswa SMA BSS semester II tahun ajar

ABSTRAK Ruudevi Zulfindira Septri. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas XI SMA Brawijaya Smart School Malang. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dra. Herawati Susilo M.Sc. Ph.D. (II) Dr. Umie Lestari M.Si. Kata Kunci perangkat pembelajaran model PBL kemampuan berpikir kritis hasil belajar kognitif Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 harus dapat mendorong dan menginspirasi siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru Biologi kelas XI SMA Brawijaya Smart School diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan belum memberdayakan siswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Perangkat pembelajaran tersebut terbatas pada tingkat kognitif C1 C2 dan C3. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah dan sebanyak 72% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Hal tersebut didukung oleh hasil angket kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MIA 4 dengan rata-rata sebesar 19 4%. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yaitu silabus RPP dan LKS berbasis model PBL yang tervalidasi teruji keefektifan dan kepraktisannya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian ini menggunakan model pengembangan Borg Galll yang dibatasi sampai tahap 7 terdiri dari tahap pengumpulan informasi penelitian perencanaan pengembangan produk awal uji coba lapangan tahap awal revisi produk awal uji coba lapangan utama revisi produk utama. Uji coba lapangan tahap awal berupa validasi perangkat pembelajaran oleh validator ahli perangkat pembelajaran ahli materi dan ahli praktisi lapangan. Uji coba lapangan utama dilakukan terhadap 25 siswa SMA BSS semester II tahun ajaran 2016/2017. Hasil uji coba l

Iklim sangat mempengaruhi ketersediaan air suatu wilayah. Budidaya tanaman padi sawah dipengaruhi oleh ketersediaan air, sehingga ketersediaan air menjadi faktor penentu indeks tanam padi sawah dan pola tanam di suatu lahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Koto Tuo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, yaitu merupakan salah satu daerah irigasi yang berada di kawasan pantai barat Sumatra Barat.Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan pola tanam dan indeks pertanaman padi sawah yang terjadi akibat perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air, kemudian mengidentifikasi jumlah hari yang mengalami kekurangan air dalam periode satu tahun. Setelah itu menentukan potensi indeks pertanamannya berdasarkan jumlah hari yang mengalami kekurangan air,selanjutnya dianalisa berdasarkan perubahan iklim yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, Daerah Irigasi Koto Tuo tidak ada terjadi perubahan pola tanam dan potensi indeks pertanaman dari tahun 2002 sampai 2012, yaitu dengan indeks pertanaman 3 kali dan pola tanam padi – padi – padi. Hal ini dilihat dari ketersediaan airnya lahan sawah di Daerah Irigasi Koto Tuo mesih mencukupi, namun lahan ini masih ada terjadi kekurangan air yaitu pada tahun 2005 sebesar 629,7 l/detik pada bulan april, tahun 2011 sebesar 3.078,5 l/detik dibulan Agustus dan Desember dan pada tahun 2012 sebesar 767,5 l/detik di bulan April.

Iklim sangat mempengaruhi ketersediaan air suatu wilayah. Budidaya tanaman padi sawah dipengaruhi oleh ketersediaan air, sehingga ketersediaan air menjadi faktor penentu indeks tanam padi sawah dan pola tanam di suatu lahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Koto Tuo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, yaitu merupakan salah satu daerah irigasi yang berada di kawasan pantai barat Sumatra Barat. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan pola tanam dan indeks pertanaman padi sawah yang terjadi akibat perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air, kemudian mengidentifikasi jumlah hari yang mengalami kekurangan air dalam periode satu tahun. Setelah itu menentukan potensi indeks pertanamannya berdasarkan jumlah hari yang mengalami kekurangan air, selanjutnya dianalisa berdasarkan perubahan iklim yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, Daerah Irigasi Koto Tuo tidak ada terjadi perubahan pola tanam dan potensi indeks pertanaman dari tahun 2002 sampai 2012, yaitu dengan indeks pertanaman 3 kali dan pola tanam padi – padi – padi. Hal ini dilihat dari ketersediaan airnya lahan sawah di Daerah Irigasi Koto Tuo mesih mencukupi, namun lahan ini masih ada terjadi kekurangan air yaitu pada tahun 2005 sebesar 629,7 l/detik pada bulan april, tahun 2011 sebesar 3.078,5 l/detik dibulan Agustus dan Desember dan pada tahun 2012 sebesar 767,5 l/detik di bulan April. Kata kunci – indek pertanaman, ketersediaan air, perubahan iklim

Iklim sangat mempengaruhi ketersediaan air suatu wilayah. Budidaya tanaman padi sawah dipengaruhi oleh ketersediaan air, sehingga ketersediaan air menjadi faktor penentu indeks tanam padi sawah dan pola tanam di suatu lahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Koto Tuo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, yaitu merupakan salah satu daerah irigasi yang berada di kawasan pantai barat Sumatra Barat. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan pola tanam dan indeks pertanaman padi sawah yang terjadi akibat perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air, kemudian mengidentifikasi jumlah hari yang mengalami kekurangan air dalam periode satu tahun. Setelah itu menentukan potensi indeks pertanamannya berdasarkan jumlah hari yang mengalami kekurangan air, selanjutnya dianalisa berdasarkan perubahan iklim yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, Daerah Irigasi Koto Tuo tidak ada terjadi perubahan pola tanam dan potensi indeks pertanaman dari tahun 2002 sampai 2012, yaitu dengan indeks pertanaman 3 kali dan pola tanam padi – padi – padi. Hal ini dilihat dari ketersediaan airnya lahan sawah di Daerah Irigasi Koto Tuo mesih mencukupi, namun lahan ini masih ada terjadi kekurangan air yaitu pada tahun 2005 sebesar 629,7 l/detik pada bulan april, tahun 2011 sebesar 3.078,5 l/detik dibulan Agustus dan Desember dan pada tahun 2012 sebesar 767,5 l/detik di bulan April. Kata kunci – indek pertanaman, ketersediaan air, perubahan iklim

Iklim sangat mempengaruhi ketersediaan air suatu wilayah. Budidaya tanaman padi sawah dipengaruhi oleh ketersediaan air, sehingga ketersediaan air menjadi faktor penentu indeks tanam padi sawah dan pola tanam di suatu lahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Koto Tuo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, yaitu merupakan salah satu daerah irigasi yang berada di kawasan pantai barat Sumatra Barat. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan pola tanam dan indeks pertanaman padi sawah yang terjadi akibat perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air, kemudian mengidentifikasi jumlah hari yang mengalami kekurangan air dalam periode satu tahun. Setelah itu menentukan potensi indeks pertanamannya berdasarkan jumlah hari yang mengalami kekurangan air, selanjutnya dianalisa berdasarkan perubahan iklim yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, Daerah Irigasi Koto Tuo tidak ada terjadi perubahan pola tanam dan potensi indeks pertanaman dari tahun 2002 sampai 2012, yaitu dengan indeks pertanaman 3 kali dan pola tanam padi – padi – padi. Hal ini dilihat dari ketersediaan airnya lahan sawah di Daerah Irigasi Koto Tuo mesih mencukupi, namun lahan ini masih ada terjadi kekurangan air yaitu pada tahun 2005 sebesar 629,7 l/detik pada bulan april, tahun 2011 sebesar 3.078,5 l/detik dibulan Agustus dan Desember dan pada tahun 2012 sebesar 767,5 l/detik di bulan April. Kata kunci – indek pertanaman, ketersediaan air, perubahan iklim

Iklim sangat mempengaruhi ketersediaan air suatu wilayah. Budidaya tanaman padi sawah dipengaruhi oleh ketersediaan air, sehingga ketersediaan air menjadi faktor penentu indeks tanam padi sawah dan pola tanam di suatu lahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Koto Tuo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, yaitu merupakan salah satu daerah irigasi yang berada di kawasan pantai barat Sumatra Barat.Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan pola tanam dan indeks pertanaman padi sawah yang terjadi akibat perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air, kemudian mengidentifikasi jumlah hari yang mengalami kekurangan air dalam periode satu tahun. Setelah itu menentukan potensi indeks pertanamannya berdasarkan jumlah hari yang mengalami kekurangan air,selanjutnya dianalisa berdasarkan perubahan iklim yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, Daerah Irigasi Koto Tuo tidak ada terjadi perubahan pola tanam dan potensi indeks pertanaman dari tahun 2002 sampai 2012, yaitu dengan indeks pertanaman 3 kali dan pola tanam padi – padi – padi. Hal ini dilihat dari ketersediaan airnya lahan sawah di Daerah Irigasi Koto Tuo mesih mencukupi, namun lahan ini masih ada terjadi kekurangan air yaitu pada tahun 2005 sebesar 629,7 l/detik pada bulan april, tahun 2011 sebesar 3.078,5 l/detik dibulan Agustus dan Desember dan pada tahun 2012 sebesar 767,5 l/detik di bulan April.

Iklim sangat mempengaruhi ketersediaan air suatu wilayah. Budidaya tanaman padi sawah dipengaruhi oleh ketersediaan air, sehingga ketersediaan air menjadi faktor penentu indeks tanam padi sawah dan pola tanam di suatu lahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Koto Tuo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, yaitu merupakan salah satu daerah irigasi yang berada di kawasan pantai barat Sumatra Barat.Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan pola tanam dan indeks pertanaman padi sawah yang terjadi akibat perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air, kemudian mengidentifikasi jumlah hari yang mengalami kekurangan air dalam periode satu tahun. Setelah itu menentukan potensi indeks pertanamannya berdasarkan jumlah hari yang mengalami kekurangan air,selanjutnya dianalisa berdasarkan perubahan iklim yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, Daerah Irigasi Koto Tuo tidak ada terjadi perubahan pola tanam dan potensi indeks pertanaman dari tahun 2002 sampai 2012, yaitu dengan indeks pertanaman 3 kali dan pola tanam padi – padi – padi. Hal ini dilihat dari ketersediaan airnya lahan sawah di Daerah Irigasi Koto Tuo mesih mencukupi, namun lahan ini masih ada terjadi kekurangan air yaitu pada tahun 2005 sebesar 629,7 l/detik pada bulan april, tahun 2011 sebesar 3.078,5 l/detik dibulan Agustus dan Desember dan pada tahun 2012 sebesar 767,5 l/detik di bulan April.

Iklim sangat mempengaruhi ketersediaan air suatu wilayah. Budidaya tanaman padi sawah dipengaruhi oleh ketersediaan air, sehingga ketersediaan air menjadi faktor penentu indeks tanam padi sawah dan pola tanam di suatu lahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Koto Tuo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, yaitu merupakan salah satu daerah irigasi yang berada di kawasan pantai barat Sumatra Barat. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan pola tanam dan indeks pertanaman padi sawah yang terjadi akibat perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air, kemudian mengidentifikasi jumlah hari yang mengalami kekurangan air dalam periode satu tahun. Setelah itu menentukan potensi indeks pertanamannya berdasarkan jumlah hari yang mengalami kekurangan air, selanjutnya dianalisa berdasarkan perubahan iklim yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, Daerah Irigasi Koto Tuo tidak ada terjadi perubahan pola tanam dan potensi indeks pertanaman dari tahun 2002 sampai 2012, yaitu dengan indeks pertanaman 3 kali dan pola tanam padi – padi – padi. Hal ini dilihat dari ketersediaan airnya lahan sawah di Daerah Irigasi Koto Tuo mesih mencukupi, namun lahan ini masih ada terjadi kekurangan air yaitu pada tahun 2005 sebesar 629,7 l/detik pada bulan april, tahun 2011 sebesar 3.078,5 l/detik dibulan Agustus dan Desember dan pada tahun 2012 sebesar 767,5 l/detik di bulan April. Kata kunci – indek pertanaman, ketersediaan air, perubahan iklim

Iklim sangat mempengaruhi ketersediaan air suatu wilayah. Budidaya tanaman padi sawah dipengaruhi oleh ketersediaan air, sehingga ketersediaan air menjadi faktor penentu indeks tanam padi sawah dan pola tanam di suatu lahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Koto Tuo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, yaitu merupakan salah satu daerah irigasi yang berada di kawasan pantai barat Sumatra Barat.Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan pola tanam dan indeks pertanaman padi sawah yang terjadi akibat perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air, kemudian mengidentifikasi jumlah hari yang mengalami kekurangan air dalam periode satu tahun. Setelah itu menentukan potensi indeks pertanamannya berdasarkan jumlah hari yang mengalami kekurangan air,selanjutnya dianalisa berdasarkan perubahan iklim yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, Daerah Irigasi Koto Tuo tidak ada terjadi perubahan pola tanam dan potensi indeks pertanaman dari tahun 2002 sampai 2012, yaitu dengan indeks pertanaman 3 kali dan pola tanam padi – padi – padi. Hal ini dilihat dari ketersediaan airnya lahan sawah di Daerah Irigasi Koto Tuo mesih mencukupi, namun lahan ini masih ada terjadi kekurangan air yaitu pada tahun 2005 sebesar 629,7 l/detik pada bulan april, tahun 2011 sebesar 3.078,5 l/detik dibulan Agustus dan Desember dan pada tahun 2012 sebesar 767,5 l/detik di bulan April.

Masalah korupsi sebenarnya bukanlah merupakan masalah baru di Indonesia, karena telah ada sejak era tahun 1950-an. Bahkan berbagai kalangan menilai bahwa korupsi telah menjadi bagian dari kehidupan, menjadi suatu sistem dan menyatu dengan penyelenggaraan pemerintah negara. Korupsi sendiri semakin lama semakin beragam bentuk dan cara melakukannya, salah satunya adalah dalam bentuk gratifikasi. Di Indonesia, pasal yang mengatur gratifikasi adalah Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Penanganan gratifikasi yang selama ini ditangani banyak terbentur pada proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, hal ini disebabkan karena para pelaku tindak pidana korupsi menggunakan peralatan yang canggih dan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki daya intelektual yang mumpuni serta dilakukan oleh lebih dari satu orang dalam keadaan yang terselubung dan terorganisir. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran Komisi Pemberantasan Korupsi dalam pembuktian gratifikasi sebagai tindak pidana korupsi? Apakah kendala yang dihadapi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam hal pembuktian gratifikasi? Bagaimanakah upaya yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam penanganan gratifikasi? Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis sosiologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi dokumen. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Peran KPK dalam upaya pembuktian gratifikasi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 baik peran penyelidik, penyidik maupun penuntut umum. Penyelidikan merupakan salah satu sub dari fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang berupa penyadapan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, penyelesaian dan penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum. Kendala yang dihadapi KPK

Masalah korupsi sebenarnya bukanlah merupakan masalah baru di Indonesia, karena telah ada sejak era tahun 1950-an. Bahkan berbagai kalangan menilai bahwa korupsi telah menjadi bagian dari kehidupan, menjadi suatu sistem dan menyatu dengan penyelenggaraan pemerintah negara. Korupsi sendiri semakin lama semakin beragam bentuk dan cara melakukannya, salah satunya adalah dalam bentuk gratifikasi. Di Indonesia, pasal yang mengatur gratifikasi adalah Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Penanganan gratifikasi yang selama ini ditangani banyak terbentur pada proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, hal ini disebabkan karena para pelaku tindak pidana korupsi menggunakan peralatan yang canggih dan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki daya intelektual yang mumpuni serta dilakukan oleh lebih dari satu orang dalam keadaan yang terselubung dan terorganisir. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran Komisi Pemberantasan Korupsi dalam pembuktian gratifikasi sebagai tindak pidana korupsi? Apakah kendala yang dihadapi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam hal pembuktian gratifikasi? Bagaimanakah upaya yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam penanganan gratifikasi? Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis sosiologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi dokumen. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Peran KPK dalam upaya pembuktian gratifikasi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 baik peran penyelidik, penyidik maupun penuntut umum. Penyelidikan merupakan salah satu sub dari fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang berupa penyadapan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, penyelesaian dan penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum. Kendala yang dihadapi KPK

Masalah korupsi sebenarnya bukanlah merupakan masalah baru di Indonesia, karena telah ada sejak era tahun 1950-an. Bahkan berbagai kalangan menilai bahwa korupsi telah menjadi bagian dari kehidupan, menjadi suatu sistem dan menyatu dengan penyelenggaraan pemerintah negara. Korupsi sendiri semakin lama semakin beragam bentuk dan cara melakukannya, salah satunya adalah dalam bentuk gratifikasi. Di Indonesia, pasal yang mengatur gratifikasi adalah Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Penanganan gratifikasi yang selama ini ditangani banyak terbentur pada proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, hal ini disebabkan karena para pelaku tindak pidana korupsi menggunakan peralatan yang canggih dan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki daya intelektual yang mumpuni serta dilakukan oleh lebih dari satu orang dalam keadaan yang terselubung dan terorganisir. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran Komisi Pemberantasan Korupsi dalam pembuktian gratifikasi sebagai tindak pidana korupsi? Apakah kendala yang dihadapi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam hal pembuktian gratifikasi? Bagaimanakah upaya yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam penanganan gratifikasi? Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis sosiologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi dokumen. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Peran KPK dalam upaya pembuktian gratifikasi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 baik peran penyelidik, penyidik maupun penuntut umum. Penyelidikan merupakan salah satu sub dari fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang berupa penyadapan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, penyelesaian dan penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum. Kendala yang dihadapi KPK

Masalah korupsi sebenarnya bukanlah merupakan masalah baru di Indonesia, karena telah ada sejak era tahun 1950-an. Bahkan berbagai kalangan menilai bahwa korupsi telah menjadi bagian dari kehidupan, menjadi suatu sistem dan menyatu dengan penyelenggaraan pemerintah negara. Korupsi sendiri semakin lama semakin beragam bentuk dan cara melakukannya, salah satunya adalah dalam bentuk gratifikasi. Di Indonesia, pasal yang mengatur gratifikasi adalah Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Penanganan gratifikasi yang selama ini ditangani banyak terbentur pada proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, hal ini disebabkan karena para pelaku tindak pidana korupsi menggunakan peralatan yang canggih dan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki daya intelektual yang mumpuni serta dilakukan oleh lebih dari satu orang dalam keadaan yang terselubung dan terorganisir. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran Komisi Pemberantasan Korupsi dalam pembuktian gratifikasi sebagai tindak pidana korupsi? Apakah kendala yang dihadapi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam hal pembuktian gratifikasi? Bagaimanakah upaya yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam penanganan gratifikasi? Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis sosiologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi dokumen. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Peran KPK dalam upaya pembuktian gratifikasi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 baik peran penyelidik, penyidik maupun penuntut umum. Penyelidikan merupakan salah satu sub dari fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang berupa penyadapan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, penyelesaian dan penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum. Kendala yang dihadapi KPK

Rewoldt et al.(1991) menyatakan bahwa dalam menentukan harga jual suatu produk pada umumnya berdasarkan harga pokok produk yang mencerminkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang mana dalam melakukan perhitungan harga pokok produk harus dilakukan dengan akurat sehingga akan dihasilkan harga jual yang tepat. Untuk itu diperlukan suatu metode penetapan harga pokok produk yang lebih teliti dan cermat sehingga akan membantu perusahaan dalam menghasilkan harga pokok produk yang akurat yang selanjutnya akan dihasilkan harga jual yang tepat. Untuk memperoleh nilai tambah diperlukan pengembangan industri berbasis pertanian (agroindustri). Untuk dunia perberasan perbaikan sistem mutu perberasan nasional menempatkan penggilingan padi dan Gapoktan sebagai agen pengembangan. Salah satunya kesadaran akan pentingnya arti label dalam setiap produk beras yangg dihasilkan baik di tingkat petani, penggilingan padi, hingga pedagang saat ini masih sangat lemah perlu untuk dibangunkan (Damardjati, 2008). Masalah seperti harga produk menjadi salah satu faktor keberhasilan mengembangkan usaha. Peranan harga sangat penting dalam menentukan turun naiknya tingkat volume penjualan yang berkaitan dengan maju mundurnya suatu perusahaan serta merupakan penentu bagi permintaan pasar, jadi perusahaan diharapkan dapat menetapkan harga secara tepat dalam menentukan harga suatu produk, agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Bagi perusahaan, harga akan memberikan sejumlah hasil dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih apabila adanya ketepatan dalam menetapkan harga suatu produk, dan begitupun sebaliknya perusahaan akan mengalami kerugian apabila tidak dalam menetapkan harga tersebut (Damardjati, 2008).

Rewoldt et al.(1991) menyatakan bahwa dalam menentukan harga jual suatu produk pada umumnya berdasarkan harga pokok produk yang mencerminkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang mana dalam melakukan perhitungan harga pokok produk harus dilakukan dengan akurat sehingga akan dihasilkan harga jual yang tepat. Untuk itu diperlukan suatu metode penetapan harga pokok produk yang lebih teliti dan cermat sehingga akan membantu perusahaan dalam menghasilkan harga pokok produk yang akurat yang selanjutnya akan dihasilkan harga jual yang tepat. Untuk memperoleh nilai tambah diperlukan pengembangan industri berbasis pertanian (agroindustri). Untuk dunia perberasan perbaikan sistem mutu perberasan nasional menempatkan penggilingan padi dan Gapoktan sebagai agen pengembangan. Salah satunya kesadaran akan pentingnya arti label dalam setiap produk beras yangg dihasilkan baik di tingkat petani, penggilingan padi, hingga pedagang saat ini masih sangat lemah perlu untuk dibangunkan (Damardjati, 2008). Masalah seperti harga produk menjadi salah satu faktor keberhasilan mengembangkan usaha. Peranan harga sangat penting dalam menentukan turun naiknya tingkat volume penjualan yang berkaitan dengan maju mundurnya suatu perusahaan serta merupakan penentu bagi permintaan pasar, jadi perusahaan diharapkan dapat menetapkan harga secara tepat dalam menentukan harga suatu produk, agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Bagi perusahaan, harga akan memberikan sejumlah hasil dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih apabila adanya ketepatan dalam menetapkan harga suatu produk, dan begitupun sebaliknya perusahaan akan mengalami kerugian apabila tidak dalam menetapkan harga tersebut (Damardjati, 2008).

Rewoldt et al.(1991) menyatakan bahwa dalam menentukan harga jual suatu produk pada umumnya berdasarkan harga pokok produk yang mencerminkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang mana dalam melakukan perhitungan harga pokok produk harus dilakukan dengan akurat sehingga akan dihasilkan harga jual yang tepat. Untuk itu diperlukan suatu metode penetapan harga pokok produk yang lebih teliti dan cermat sehingga akan membantu perusahaan dalam menghasilkan harga pokok produk yang akurat yang selanjutnya akan dihasilkan harga jual yang tepat. Untuk memperoleh nilai tambah diperlukan pengembangan industri berbasis pertanian (agroindustri). Untuk dunia perberasan perbaikan sistem mutu perberasan nasional menempatkan penggilingan padi dan Gapoktan sebagai agen pengembangan. Salah satunya kesadaran akan pentingnya arti label dalam setiap produk beras yangg dihasilkan baik di tingkat petani, penggilingan padi, hingga pedagang saat ini masih sangat lemah perlu untuk dibangunkan (Damardjati, 2008). Masalah seperti harga produk menjadi salah satu faktor keberhasilan mengembangkan usaha. Peranan harga sangat penting dalam menentukan turun naiknya tingkat volume penjualan yang berkaitan dengan maju mundurnya suatu perusahaan serta merupakan penentu bagi permintaan pasar, jadi perusahaan diharapkan dapat menetapkan harga secara tepat dalam menentukan harga suatu produk, agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Bagi perusahaan, harga akan memberikan sejumlah hasil dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih apabila adanya ketepatan dalam menetapkan harga suatu produk, dan begitupun sebaliknya perusahaan akan mengalami kerugian apabila tidak dalam menetapkan harga tersebut (Damardjati, 2008).

Rewoldt et al.(1991) menyatakan bahwa dalam menentukan harga jual suatu produk pada umumnya berdasarkan harga pokok produk yang mencerminkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang mana dalam melakukan perhitungan harga pokok produk harus dilakukan dengan akurat sehingga akan dihasilkan harga jual yang tepat. Untuk itu diperlukan suatu metode penetapan harga pokok produk yang lebih teliti dan cermat sehingga akan membantu perusahaan dalam menghasilkan harga pokok produk yang akurat yang selanjutnya akan dihasilkan harga jual yang tepat. Untuk memperoleh nilai tambah diperlukan pengembangan industri berbasis pertanian (agroindustri). Untuk dunia perberasan perbaikan sistem mutu perberasan nasional menempatkan penggilingan padi dan Gapoktan sebagai agen pengembangan. Salah satunya kesadaran akan pentingnya arti label dalam setiap produk beras yangg dihasilkan baik di tingkat petani, penggilingan padi, hingga pedagang saat ini masih sangat lemah perlu untuk dibangunkan (Damardjati, 2008). Masalah seperti harga produk menjadi salah satu faktor keberhasilan mengembangkan usaha. Peranan harga sangat penting dalam menentukan turun naiknya tingkat volume penjualan yang berkaitan dengan maju mundurnya suatu perusahaan serta merupakan penentu bagi permintaan pasar, jadi perusahaan diharapkan dapat menetapkan harga secara tepat dalam menentukan harga suatu produk, agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Bagi perusahaan, harga akan memberikan sejumlah hasil dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih apabila adanya ketepatan dalam menetapkan harga suatu produk, dan begitupun sebaliknya perusahaan akan mengalami kerugian apabila tidak dalam menetapkan harga tersebut (Damardjati, 2008).