Search

Gunuang Omeh sub-district is the center of jeruk siam production because it has superior ranges of citrus based on the Mandate of the Minister of Agriculture in 2008. This location has the most extensive variety of farmers, particularly 70.5% (987 farmers). Presently, the asking price of oranges from this location is 69.23% higher than rivals from outside the area. The role of various other marketing establishments is fairly more leading in determining prices than farmers. This research aims to analyze the marketing of Jeruk Siam Gunuang Omeh with a Structure, Conduct, and Performance (SCP) approach. This research was conducted in Kenagarian Koto Tinggi in August 2019 and January 2020. The information used was secondary data and primary. Farmers were selected through purposive sampling and snowball sampling for a middleman. Information processing in this study used qualitative and quantitative detailed evaluation. Based upon the assessment of the market structure, jeruk siam marketing tends to lead to an oligopsony market framework. Going by market habits, there are four marketing channels and marketing functions performed by marketing establishments, mainly the exchange function, physical facility function, and function. On the other hand, market performance evaluation shows that the share of prices received by farmers (farmer's share) is relatively high (>40%). This is because of the lack of various other marketing establishments that execute the processing of jeruk siam. There's no considerable increase in item included worth between marketing firms.

Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara produsen ikan tuna setelah Thailand di kawasan ASEAN. Kabupaten Pacitan memiliki luas wilayah laut 37,69 ?ri luas keseluruhan daerah. Letak geografisnya yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia membuat kekayaan laut Kabupaten Pacitan melimpah khususnya untuk ikan pelagis besar maupun kecil. Ikan pelagis adalah ikan yang memiliki habitat di tengah sampai permukaan laut. Pemasaran ikan laut di Indonesia dilakukan oleh beberapa perantara baik besar maupun kecil, sehingga membentuk mata rantai yang panjang. Mata rantai yang panjang akan mengakibatkan biaya pemasaran menjadi tinggi karena tiap perantara melakukan proses yang berbeda dan ingin mendapatkan keuntungan untuk menutup biaya pemasaran yang telah dikeluarkan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola saluran pemasaran, peran dan fungsi lembaga pemasaran, biaya, keuntungan, margin pemasaran, serta mengkaji saluran pemasaran ikan tuna yang paling efisien secara ekonomi di Kabupaten Pacitan.Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik survei. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan Kabupaten Pacitan. Hal tersebut dikarenakan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan yang memungkinkan untuk kapal besar dengan alat tangkap pancing tonda dan purse seine berlabuh. Metode penentuan sampel nelayan dengan metode accidental sampling dan snowball sampling untuk responden lembaga pemasaran. Data yang digunakan pada penelitian yaitu data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis biaya, keuntungan, margin pemasaran dan efisiensi pemasaran.Hasil penelitian mengenai analisis efisiensi pemasaran ikan tuna segar di Kabupaten Pacitan menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran ikan tuna segar di Kabupaten Pacitan, yaitu saluran pemasaran I (nelayan-pedagang pengumpul-pedagang pengecer- konsumen rumah tangga), saluran II (nelayan- pedagang pengumpul- konsumen industri dalam kota), saluran III (nelayan- pedagang pengumpul-pedagang besar. Lembaga pemasaran ikan tuna segar di Kabupaten Pacitan melakukan fungsi pemasaran dimana pedagang pengumpul memiliki fungsi pertukaran dan fungsi fisik, pedagang besar memiliki fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas sedangkan pedagang pengecer memiliki fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Total biaya pemasaran pada saluran I adalah Rp 1.314,83/Kg, total keuntungan yang di peroleh Rp 4.685,17/Kg, dan total margin pemasaran adalah Rp 6.000,00/kg. Total biaya pemasaran pada saluran II adalah Rp 2.195,75/Kg, keuntungan total yang di peroleh Rp 2.804,25/Kg, dan total margin pemasaran adalah Rp 5.000,00/kg. Total biaya pemasaran pada saluran III adalah Rp 7.455,90/Kg, total keuntungan yang di peroleh Rp 3.544,10/Kg, dan total margin pemasaran adalah Rp 11.000/kg. (4) saluran II adalah saluran yang paling efisien secara ekonomi karena persentase margin rendah dan persentase farmer’s share tinggi yaitu 83,33% dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu adanya peran pemerintah dalam membantu nelayan untuk mendapatkan bantuan kredit pembelian kapal secara berkelompok untuk kapal dengan bobot GT yang besar, dengan begitu nelayan tidak selalu bergantung kepada pemilik kapal yang sekaligus sebagai pedagang pengumpul. Hal tersebut diharapkan juga mampu membuat sistem lelang yang ada di pelabuhan dapat berjalan. Selain itu, hendaknya ada salah satu lembaga pemasaran yang mampu melakukan packaging dalam bentuk fillet untuk menambah harga jual dan menjaga kesegaran ikan tuna.