Search

Tulisan ini merupakan hasil penelitian mengenai budaya literasi di kalangan mahasiswa pembelajar Bahasa Jepang, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui budaya literasi di kalangan mahasiswa Bahasa Jepang, Sekolah Vokasi UGM; (2) mengetahui motivasi dalam aktivitas literasi mahasiswa; dan (3) sebagai studi pendahuluan untuk penelitian selanjutnya, yang diharapkan juga bermanfaat dalam merancang metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan model belajar mahasiswa. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) budaya literasi di kalangan mahasiswa Bahasa Jepang terwujud dalam kegiatan eksploratif seperti mencari informasi yang diminati dan dibutuhkan, serta mencatat informasi yang dianggap perlu. Akan tetapi, aktivitas literasi ini sebagian besar masih dimotivasi oleh ada tidaknya tugas kuliah, serta adanya suatu peristiwa atau fenomena yang sedang menjadi topik perbincangan (trending topic) (75%). Aktivitas literasi yang didasari factor kebutuhan masih tergolong rendah, yaitu sebanyak 12% dari keseluruhan mahasiswa responden; (2) mahasiswa yang mengakses informasi setiap hari juga masih tergolong rendah, yaitu sebanyak 22%; dan (3) media social menjadi media yang paling sering diakses dalam melakukan aktivitas literasi, yaitu sebanyak 52,5%, dan 47,5% sisanya mengakses informasi melalui situs berita online.

(Title: Batik Clothes As Omiyage: Case Study On Japanese University Students Who Had Studied At UGM In 2009-2017) Batik has long been known as a typical culture of Yogyakarta, and therefore it is most likely chosen by the tourists to take home as souvenir. Until 2017 UGM which is located in Yogyakarta is often visited by students from Japan. As well as studying, they also become tourists who will buy omiyage before returning to Japan. The culture of giving omiyage has existed in Japan since ancient times and until now the term omiyage is still being used for something given to others after traveling. This study aims to determine the relevance of batik clothing as omiyage according to the view of Japanese students who have studied at UGM from 2009-2017. Data were obtained through questionnaire distributed during July 2017 to 60 Japanese students who had studied at UGM. The results of this study indicate that food is still preferred to be omiyage, and batik clothes is not a suitable item to be brought home as omiyage, because of some perceptions about batik clothes as somehing not quite universal to wear in Japan.