Latar belakang. Penyakit alergi pada anak diperkirakan meningkat seiring dengan pola kehidupan yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan, yaitu paparan alergen. Kadang-kadang paparan alergen tidak diketahui tetapi anak datang dengan manifestasi penyakit alergi. Identifikasi alergen yang memicu munculnya penyakit alergi merupakan hal yang penting dan dapat dijadikan salah satu strategi untuk preventif. Tujuan. Membuktikan hubungan paparan alergen terhadap timbulnya penyakit alergi pada anak. Metode. Penelitian observasional dengan desain belah lintang. Subyek adalah semua pasien anak berumur 2 tahun hingga 14 tahun dengan manifestasi alergi berupa dermatitis atopi, rinitis alergi, konjungtivitis alergi, dan asma. Subjek berasal dari Poliklinik Umum Anak, Paru Anak, Telinga-Hidung-Tenggorok, Kulit- Kelamin, dan Mata RSUP Dr. Kariadi Semarang. Periode penelitian Agustus 2000 hingga Januari 2001. Orangtua subjek diminta mengisi kuesioner. Dilakukan uji tusuk kulit (skin prick test) untuk konfirmasi alergen berupa aeroalergen dan alergen makanan. Analisis statistik menggunakan chi-square. Hasil. Subyek 44 anak dengan alergi, terdiri dari 63,6% rinitis alergi, 25% asma, 34,1% dermatitis atopi, dan 2,3% konjungtivitis alergi. Rasio perempuan : laki-laki = 1,2:1. Uji tusuk kulit positif pada 45,5% kasus. Hasil aeroalergen berupa debu rumah (75,0%), mite culture (70,0%), human dander (70,0%), kecoa (65,0%), animal dander (25%), pollen (10%), fungi (5%). Alergen makanan berupa makanan laut (30,0%), telur (5%), dan 5% coklat. Terdapat hasil positif beberapa paparan alergen. Didapatkan paparan tanaman dalam rumah sebagai penyebab dermatitis atopi (p=0,008). Kasus asma 90,9% menunjukkan hasil uji tusuk kulit positif (p=0,001). Kesimpulan. Aeroalergen merupakan alergen yang paling banyak dijumpai pada anak dengan penyakit alergi.