Search

Pupuk yang umumnya digunakan oleh petani dalam melakukan budidaya tanaman adalah pupuk anorganik seperti urea, rock phosphate dan NPK. Pupuk anorganik tersebut jika digunakan terus menerus dapat menurunkan kualitas media tanam dan meningkatkan biaya produksi. Pupuk anorganik juga memiliki harga yang relatif lebih mahal. Permasalahan ini dapat diatasi salah satunya dengan memanfaatkan senyawa alelokimia sebagai Pupuk Organik Cair (POC) untuk budidaya tanaman. Aplikasi pupuk dalam bentuk cair akan lebih mudah diserap tanaman karena sudah terlarut dan dalam bentuk yang tersedia untuk tanaman. Pupuk organik cair babandotan memiliki kandungan unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur-unsur tersebut sangat berperan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, mendorong pertumbuhan perakaran dan untuk memperkuat tubuh tanaman. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah pengetahuan anggota Kelompok Wanita Tani Banda Langik tentang Pupuk organik cair berbahan baku gulma Babandotan, Serta sebagai perwujudan dari Tridharma Perguruan Tinggi bagi dosen. Kegiatan ini telah dilaksanakan di tempat Kelompok Wanita Tani Banda Langik, yang beralamat di Jl. Ekora RT. 01/RW. 07 Sungai Bangek, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang pada bulan Mei-Juni 2022. Kegiatan yang dilakukan berupa persiapan, sosialisasi, penutupan dan pelaporan kegiatan. Berdasarkan hasil kegiatan diperoleh beberapa poin diantaranya bahwa program ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan KWT, KWT cukup puas dan merasa kegiatan pengabdian ini bermanfaat untuk perkembangan KWT Banda Langik Kedepannya, serta anggota KWT memiliki komitmen untuk menggunakan POC pada lahan budidaya KWT Banda Langik.

Kampung Batu Busuk, kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, Kota Padang merupakan salah satu daerah penghasil durian unggul. Namun durian yang ada saat ini merupakan durian alam yang dibudidayakan dengan pemeliharaan yang minim. Tanaman durian juga sudah tua sehingga kurang produktif dan berasal dari perbanyakan biji sehingga kualitas produk tidak seragam. Dengan demikian dibutuhkan transfer teknologi tepat guna yang dapat menyediakan bibit dalam waktu singkat dan cepat, mudah diimplementasikan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Teknologi sambung mini diharapkan menjadi solusi permasalahan pertanaman durian di Batu Busuk. Kegiatan pendampingan pekebun durian telah dimulai dari tahun 2018 dan berlanjut hingga sekarang. Pembibitan durian dilakukan dari bulan Juli 2019 dan penyerahan bibit kepada masyarakat dilakukan pada Februari 2020. Penyuluhan, demonstrasi plot dan pelatihan digunakan sebagai metode kegiatan transfer teknologi sambung mini kepada masyarakat pekebun durian. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa permasalahan penyediaan bibit untuk peremajaan tanaman durian di Batu Busuk dapat diatasi dengan penyediaan bibit durian sambung mini. Pembibitan durian dengan teknologi sambung mini berhasil dilakukan dan mendapatkan kurang lebih 1100 bibit. Tingkat keberhasilan sambung mini yang dilakukan oleh pekebun durian baru mencapai 43%, mengindikasikan keterampilan berperan penting terhadap tingkat keberhasilan sambung. Hasil evaluasi terhadap pertumbuhan bibit menunjukkan bahwa pekebun durian sebaiknya menggunakan benih berukuran sedang dan besar sebagai sumber bibit untuk batang bawah karena memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Teknologi sambung mini pada kegiatan pembibitan durian perlu terus dilakukan secara mandiri dan berkelanjutan dengan menggunakan entres yang berasal dari durian unggul lokal Batu Busuk sendiri dalam rangka pengembangan durian Batu Busuk.