Search

Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan tentang magnet barium ferit dan potensi penggunaannya sebagai material anti radar dalam teknologi siluman di Indonesia. Studi ini menggunakan berbagai macam literatur dan hasil penelitian terbaru. Teknologi siluman dikembangkan melalui penciptaan zat anti radar yang mampu menyerap sinyal radar yang dikenal dengan radar absorbing material. Berdasarkan hasil studi literatur didapatkan informasi bahwa magnet berbasis barium ferit berpotensi menjadi bahan baku penyerap gelombang radar karena dapat menyerap gelombang mikro, termasuk frekuensi gelombang yang digunakan pada radar. Karakteristik magnet dan kemampuan magnet barium ferit untuk menyerap gelombang radar dipengaruhi oleh berbagai kondisi, termasuk bahan kimia dan komponen organik. Magnet barium ferit telah digunakan sebagai bahan anti radar di militer, di kapal, pesawat, kendaraan darat, dan pakaian. Potensi barium ferit sebagai penggerak teknologi militer modern di Indonesia cukup besar namun masih terbatas dalam penelitian laboratorium. Sebagai usaha dalam penguasaan teknologi siluman, pemerintah Indonesia dapat menerapkan strategi dual-use technology dan model inovasi triple helix.

Pergerakan penurunan muka tanah sering terjadi di berbagai wilayah di seluruh dunia khususnya kota-kota besar dan daerah pesisir. Dampak negatif dari penurunan muka tanah dapat berupa kerusakan sarana prasarana suatu wilayah. Penurunan muka tanah diduga disebabkan karena pengambilan air yang berlebihan untuk keperluan industri serta struktur pembentuk tanah yang ada pada wilayah tersebut. Untuk itu diperlukan adanya suatu kajian dengan tujuan untuk mitigasi bencana. Dampak dari bencana alam dapat diidentifikasi secara cepat dan akurat seiring dengan perkembangan teknologi menggunakan metode penginderaan jauh yang memiliki kemampuan mencakup area yang luas dan dalam waktu yang singkat. Pemilihan metode PS-InSAR berbasis Radar menjadi solusi tepat karena memiliki akurasi yang baik dan meminimalkan efek dekorelasi. Berdasarkan hasil pengolahan periode Mei 2015 hingga Januari 2016 dengan menggunakan metode PS-InSAR dalam analisis penurunan muka tanah pada Kabupaten Gresik, dihasilkan variasi nilai penurunan muka tanah antara -49,35 mm/tahun hingga 54,95 mm/tahun dengan nilai rata-rata kecepatan penurunan muka tanah tertinggi pada Kecamatan Bungah. Metode ini terbukti sebagai salah satu metode penginderaan jauh yang baik untuk meneliti pergerakan penurunan muka tanah.

Every ecosystem has a different level of susceptibility to environmental disturbances it receives, both from natural factors or anthropogenic disturbance. National Park (NP) Baluran is one national park that has a representation of a complete ecosystem that includes upland forest ecosystems, lowland forests, coastal forests, mangroves, savanna and evergreen forest. The objective of this study is to get a formula calculation of vulnerability analysis of constant and dynamic factors. Baluran NP vulnerability assessment to climate change done by looking at the dynamic and fixed factors. Vulnerability remains a vulnerability factor to the condition of the original (control), whereas vulnerability is the vulnerability of the dynamic change factors which affected the condition from the outside. Constant Vulnerability (CV) in Baluran NP dominated resistant conditions (61%), meaning that the geomorphology and other fixed factors (slope and slope direction/aspect, then the condition in Baluran NP sufficiently resilient to climate change. Dynamic Vulnerability (DV) is the vulnerability of an area or areas that change because of pressure from external factors. DV is influenced by climatic factors (WI = Wetness Index), soil (SBI = Soil Brightness Index), and vegetation (GI = Greenness Index). DV in Baluran NP from 1999 to 2010 shifted from the original category of being (84.76%) and shifted to the susceptible (59.88%). The role of remote sensing for the analysis of raster digital system, while the geographic information system to display the results of cartographic maps.

Radar is one of remote sensing technology which utilizes active electromagnetic energy and are able to provide information about the characteristics of forest stand. This study utilized JERS-1 and ERS-1 radar images to analyze the relationship between the radar backscatter and forest stand characteristics such as Diameter Breast Height (DBH), basal area, and canopy cover. This research was conducted in Jambi Province, Bungo Tebo District, Sumatra, Indonesia. The research site covered the forest concession, Suku Anak Dalam, the area adjacent to Pelepat and Batang Tebo River, and Kuamang Kuning village. Gamma Map Filter with 7 x 7 window size was applied to reduce speckle noise of the SAR images (ERS-1 and JERS-1). This study found out the positive significant correlation between basal area and DBH with JERS-1 radar backscatter (i.e., r = 0.75 and r = 0.70), while ERS-1 radar backscatter has correlation (r = 0.64) with the canopy cover.

This paper reviewed the result and processing of digital elevation model (DEM) using L-Band ALOS PALSAR data and two-pass radar interferometry method in Bromo Mountain region. Synthetic Aperture Radar is an advanced technology that has been used to monitor deformation, land cover change, image detection and especially topographic information such as DEM. We used two scenes of SAR imageries to generate DEM extraction which assumed there is no deformation effect between two acquisitions. We could derive topographic information using phase difference by combining two single looks complex (SLC) images called focusing process. The next steps were doing interferogram generation, phase unwrapping and geocoding. DEM-InSAR was compared to SRTM 90m that there were significant elevation differences between two DEMs such as smoothing surface and detail topographic. Particularly for hilly areas, DEM-InSAR showed better quality than SRTM 90 m where the elevation could have 25.94 m maximum gap. Although the processing involved adaptive filter to amplify the phase signal, we concluded that InSAR DEM result still had error noise because of signal wavelength, incidence angle, SAR image relationship, and only using ascending orbit direction.

Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan pertumbuhan demografi yang sangat pesat, hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar ke-empat di dunia. Pesawat udara merupakan alat transportasi yang paling efektif dalam mendukung mobilitas penduduk.Navigasi atau pandu arah adalah penentuan kedudukan (position) dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta. Navigasi ini dilakukan pada pesawat udara yang dipandu dari darat melalui sinyal yang dipancarkan oleh instrumen terpasang pada menara (ground base) maupun sinyal dari satelit (satellite base).Dalam navigasi ada beberapa macam radar yang umum digunakan yaitu Primary Surveillance Radar (PSR) dan Secondary Surveillance Radar (SSR).Kedua jenis radar baik PSR maupun SSR mempunyai cara kerja berbeda. Pada PSR sifatnya aktif dan pesawat yang ditargetkan sifatnya pasif.Karena PSR hanya menerima pantulan gelombang radio dari refleksi pesawat tersebut (echo).Sedangkan pesawat itu sendiri tidak ikut aktif dengan pancaran sinyal radar di bawah. Pada SSR, baik radar maupun pesawat kedua-duanya aktif. Hal ini dapat dilakukan karena pesawat terbang telah dilengkapi dengan transponder. Pesawat-pesawat yang tidak dilengkapi transponder tidak akan dapat dilihat pada radar scope seperti identifikasi pesawat, ketinggiannya, dan lain-lain.SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target yang ada di sekelilingnya secara aktif, dimana pesawat ikut aktif jika menerima pancaran sinyal Radio Frequency (RF) radar sekunder. Pancaran radar ini berupa pulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi transponder, akan menerima pulsa-pulsa tersebut dan akan menjawab berupa pulsa-pulsa code ke sistem penerima radar.

Detection of low signal and determination target locations is the basis and important in the system radar. Performance of radar can enhanced with enhancement signal-to-noise ratio in the receiver. In this research, will show a algorithm in radar signal processing, that is for extract the signal target in the place of noise. Discrete Cosine Transform (DCT) and Discrete Wavelet Transform (DWT) is the success full mathematic function in the signal processing in the last twenty years. In this research will simulate signal with DCT and DWT, analysis his performance in radar signal processing. DWT signal processing will analysis and compare with mother wavelet Haar, Daubechies-12, Coiflet-5 and Symlet-8. DCT signal processing will analysis and compare with same of window function with use in signal restrictions. Window function have influence signal resolution in domain frequency. Window function that use in this research Rectangular, Hamming, Hanning and Dolph-Chebyshev. The result of simulation and analysis Is: mother wavelet with DWT, wavelet Daubechies-12 and Symlet-8 give the best performance and mother wavelet Haar give bad performance. Wavelet Daubechies-12 give the biggest signal to noise ratio that is 32,0603 dB. Mother wavelet Symlet-8 give 32,6589 dB. Mother wavelet Haar give 14,6692 dB. Testing window function DCT, window Dolph-Chebyshev give the best performance, with give the best separation of signal. Analysis of signal reflection that accept of radar give the result that DWT is better performance than DCT in breaking of noise.