Search

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum keempat yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), ada 604.000 kasus baru dan 342.000 diantaranya meninggal dunia pada tahun 2020. Deteksi dini memegang peran penting dalam pencegahan kanker jenis ini. Salah satu metode deteksi dini tersebut adalah melalui analisis citra kolposkopi yang merupakan prosedur medis untuk memeriksa serviks. Prosedur ini akan mendapatkan sebuah citra serviks yang kemudian akan dianalisis berdasarkan perubahan warna, setelah proses Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Akan tetapi, analisis tersebut membutuhkan tenaga medis yang berpengalaman dan berketerampilan khusus. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan suatu sistem untuk pendeteksian klasifikasi citra kanker serviks secara otomatis. Oleh karena itu, peneliti mengusulkan perancangan dan pembangunan suatu aplikasi mobile Android untuk dapat mendeteksi dini kanker serviks melalui menggunakan algoritme Convolutional Neural Network (CNN). Dalam membagun aplikasi, peneliti mengusulkan enam tahapan penelitian. Tahapan pertama adalah studi literatur yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh informasi. Selanjutnya, peneliti akan memroses data dari citra kolposkopi hasil IVA meliputi penambahan data, pre-processing citra, dan pembagian data. Data tersebut akan digunakan untuk Perancangan dan Pengembangan Model CNN. Model CNN kemudian akan diuji menggunakan data uji untuk mengetahui performanya. Setelah didapat performa yang baik, model tersebut akan diintegrasikan dengan aplikasi Android. Terakhir, aplikasi Android akan diuji untuk mengetahui performa model pada aplikasi. Hasil penelitian menunjukan performa model CNN yang baik dengan akurasi pada data latih bernilai 100%, data validasi 89%, dan data uji 86%. Model tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pada aplikasi mobile Android tanpa adanya penurunan perfoma. Aplikasi mobile Android yang dibangun dapat berjalan dengan b

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum keempat yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), ada 604.000 kasus baru dan 342.000 diantaranya meninggal dunia pada tahun 2020. Deteksi dini memegang peran penting dalam pencegahan kanker jenis ini. Salah satu metode deteksi dini tersebut adalah melalui analisis citra kolposkopi yang merupakan prosedur medis untuk memeriksa serviks. Prosedur ini akan mendapatkan sebuah citra serviks yang kemudian akan dianalisis berdasarkan perubahan warna, setelah proses Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Akan tetapi, analisis tersebut membutuhkan tenaga medis yang berpengalaman dan berketerampilan khusus. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan suatu sistem untuk pendeteksian klasifikasi citra kanker serviks secara otomatis. Oleh karena itu, peneliti mengusulkan perancangan dan pembangunan suatu aplikasi mobile Android untuk dapat mendeteksi dini kanker serviks melalui menggunakan algoritme Convolutional Neural Network (CNN). Dalam membagun aplikasi, peneliti mengusulkan enam tahapan penelitian. Tahapan pertama adalah studi literatur yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh informasi. Selanjutnya, peneliti akan memroses data dari citra kolposkopi hasil IVA meliputi penambahan data, pre-processing citra, dan pembagian data. Data tersebut akan digunakan untuk Perancangan dan Pengembangan Model CNN. Model CNN kemudian akan diuji menggunakan data uji untuk mengetahui performanya. Setelah didapat performa yang baik, model tersebut akan diintegrasikan dengan aplikasi Android. Terakhir, aplikasi Android akan diuji untuk mengetahui performa model pada aplikasi. Hasil penelitian menunjukan performa model CNN yang baik dengan akurasi pada data latih bernilai 100%, data validasi 89%, dan data uji 86%. Model tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pada aplikasi mobile Android tanpa adanya penurunan perfoma. Aplikasi mobile Android yang dibangun dapat berjalan dengan b

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum keempat yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), ada 604.000 kasus baru dan 342.000 diantaranya meninggal dunia pada tahun 2020. Deteksi dini memegang peran penting dalam pencegahan kanker jenis ini. Salah satu metode deteksi dini tersebut adalah melalui analisis citra kolposkopi yang merupakan prosedur medis untuk memeriksa serviks. Prosedur ini akan mendapatkan sebuah citra serviks yang kemudian akan dianalisis berdasarkan perubahan warna, setelah proses Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Akan tetapi, analisis tersebut membutuhkan tenaga medis yang berpengalaman dan berketerampilan khusus. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan suatu sistem untuk pendeteksian klasifikasi citra kanker serviks secara otomatis. Oleh karena itu, peneliti mengusulkan perancangan dan pembangunan suatu aplikasi mobile Android untuk dapat mendeteksi dini kanker serviks melalui menggunakan algoritme Convolutional Neural Network (CNN). Dalam membagun aplikasi, peneliti mengusulkan enam tahapan penelitian. Tahapan pertama adalah studi literatur yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh informasi. Selanjutnya, peneliti akan memroses data dari citra kolposkopi hasil IVA meliputi penambahan data, pre-processing citra, dan pembagian data. Data tersebut akan digunakan untuk Perancangan dan Pengembangan Model CNN. Model CNN kemudian akan diuji menggunakan data uji untuk mengetahui performanya. Setelah didapat performa yang baik, model tersebut akan diintegrasikan dengan aplikasi Android. Terakhir, aplikasi Android akan diuji untuk mengetahui performa model pada aplikasi. Hasil penelitian menunjukan performa model CNN yang baik dengan akurasi pada data latih bernilai 100%, data validasi 89%, dan data uji 86%. Model tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pada aplikasi mobile Android tanpa adanya penurunan perfoma. Aplikasi mobile Android yang dibangun dapat berjalan dengan b

The effect of physical condition factors such as strength and flexibility on kayaking has been widely investigated. However, little information is found regarding psychological factors such as motivation and how they are simultaneously involved. Therefore, this research aims to analyse the elements of physical (arm muscle strength and waist flexibility) and psychological (achievement motivation) conditions on the ability to row a kayak. A total of 17 male athletes in Aceh province, Indonesia, participated in this research voluntarily. Participants were athletes registered with the Indonesian Rowing Association and had participated in championships at the provincial level (22.32 ± 1.02 years, 71.56 ± 3.64 kg, 173.09 ± 2.17 cm, and BMI 23.89 ± 2.88). Each data was collected using push and pull dynamometer tests, sit and reach tests, questionnaires, and ergometer machines. The data were then analysed using descriptive statistics, correlation, and regression analysis. The results showed that arm muscle strength, waist flexibility, and achievement motivation influenced kayak rowing ability (R = 0.933; F = 29.17; p < .05). Partially, the influence value of arm muscle strength was R = 0.727; F = 16.79; t = 4.09; p < .05, waist flexibility was R = 0.695; F = 14.04; t = 3.74; p < .05, and achievement motivation was R = 0.817; F = 30.13; t = 5.48; p < .05. Of these three elements, motivation was reported as the most dominant element, followed by arm muscle strength and waist flexibility. Finally, it is important for coaches, athletes, and practitioners to consider these elements in achieving optimal rowing ability.

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum keempat yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), ada 604.000 kasus baru dan 342.000 diantaranya meninggal dunia pada tahun 2020. Deteksi dini memegang peran penting dalam pencegahan kanker jenis ini. Salah satu metode deteksi dini tersebut adalah melalui analisis citra kolposkopi yang merupakan prosedur medis untuk memeriksa serviks. Prosedur ini akan mendapatkan sebuah citra serviks yang kemudian akan dianalisis berdasarkan perubahan warna, setelah proses Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Akan tetapi, analisis tersebut membutuhkan tenaga medis yang berpengalaman dan berketerampilan khusus. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan suatu sistem untuk pendeteksian klasifikasi citra kanker serviks secara otomatis. Oleh karena itu, peneliti mengusulkan perancangan dan pembangunan suatu aplikasi mobile Android untuk dapat mendeteksi dini kanker serviks melalui menggunakan algoritme Convolutional Neural Network (CNN). Dalam membagun aplikasi, peneliti mengusulkan enam tahapan penelitian. Tahapan pertama adalah studi literatur yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh informasi. Selanjutnya, peneliti akan memroses data dari citra kolposkopi hasil IVA meliputi penambahan data, pre-processing citra, dan pembagian data. Data tersebut akan digunakan untuk Perancangan dan Pengembangan Model CNN. Model CNN kemudian akan diuji menggunakan data uji untuk mengetahui performanya. Setelah didapat performa yang baik, model tersebut akan diintegrasikan dengan aplikasi Android. Terakhir, aplikasi Android akan diuji untuk mengetahui performa model pada aplikasi. Hasil penelitian menunjukan performa model CNN yang baik dengan akurasi pada data latih bernilai 100%, data validasi 89%, dan data uji 86%. Model tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pada aplikasi mobile Android tanpa adanya penurunan perfoma. Aplikasi mobile Android yang dibangun dapat berjalan dengan b

Maman (Cleome gynandra L) is one of the plants that is often consumed by people in Riau Province, especially in Rokan Hulu and Rokan Hilir Regencies. Maman is usually consumed in a fermented form called joruk maman. The nutritional value content of a food ingredient can be known through several analyses, one of which is proximate analysis. Based on the background stated above, it is necessary to conduct research to determine the nutritional content of protein, fat, fiber, carbohydrates, water content and ash content of maman plants, fresh and dried (simplesia), and Joruk Maman. The types and methods used in this research are experimental research and quantitative descriptive methods. The results of proximate analysis on three samples showed that the highest levels of protein in maman powder (30.08%), fat content in joruk maman (2.95%), water content in joruk maman (92.06%), carbohydrate content in maman powder (26.9727%), ash content in maman powder (17.75%), and fiber content in maman powder (7.84%)., Maman (Cleome gynandra L) merupakan salah satu tumbuhan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di Provinsi Riau khusus nya Kabupaten Rokan Hulu dan Rokan Hilir. Maman biasa dikonsumsi dalam bentuk fermentasi yang disebut dengan joruk maman. Kandungan nilai gizi dari suatu bahan makanan dapat diketahui melalui beberapa analisis, salah satunya yaitu analisis proksimat. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan zat gizi protein, lemak, serat, karbohidrat, kadar air dan kadar abu dari tanaman maman , segar dan kering (simplesia), dan Joruk Maman. Jenis dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dan metode deskriptif kuantitatif. Hasil analisis proksimat pada tiga sampel, didapatkan bahwa kadar paling tinggi protein pada serbuk maman (30,08%), kadar lemak pada joruk maman (2,95%), kadar air pada joruk maman (92,06%), kadar karbohidrat pada serbuk maman (26,9727 %), kadar abu pada serbuk maman (17,75%), dan kadar serat pada serbuk maman (7.84%).

Maman (Cleome gynandra L) is one of the plants that is often consumed by people in Riau Province, especially in Rokan Hulu and Rokan Hilir Regencies. Maman is usually consumed in a fermented form called joruk maman. The nutritional value content of a food ingredient can be known through several analyses, one of which is proximate analysis. Based on the background stated above, it is necessary to conduct research to determine the nutritional content of protein, fat, fiber, carbohydrates, water content and ash content of maman plants, fresh and dried (simplesia), and Joruk Maman. The types and methods used in this research are experimental research and quantitative descriptive methods. The results of proximate analysis on three samples showed that the highest levels of protein in maman powder (30.08%), fat content in joruk maman (2.95%), water content in joruk maman (92.06%), carbohydrate content in maman powder (26.9727%), ash content in maman powder (17.75%), and fiber content in maman powder (7.84%)., Maman (Cleome gynandra L) merupakan salah satu tumbuhan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di Provinsi Riau khusus nya Kabupaten Rokan Hulu dan Rokan Hilir. Maman biasa dikonsumsi dalam bentuk fermentasi yang disebut dengan joruk maman. Kandungan nilai gizi dari suatu bahan makanan dapat diketahui melalui beberapa analisis, salah satunya yaitu analisis proksimat. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan zat gizi protein, lemak, serat, karbohidrat, kadar air dan kadar abu dari tanaman maman , segar dan kering (simplesia), dan Joruk Maman. Jenis dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dan metode deskriptif kuantitatif. Hasil analisis proksimat pada tiga sampel, didapatkan bahwa kadar paling tinggi protein pada serbuk maman (30,08%), kadar lemak pada joruk maman (2,95%), kadar air pada joruk maman (92,06%), kadar karbohidrat pada serbuk maman (26,9727 %), kadar abu pada serbuk maman (17,75%), dan kadar serat pada serbuk maman (7.84%).

This paper departs from the problematic arrangements for the term of office of the president and vice president that have been regulated in Article 7 of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. The article has not accommodated the regulation of the term of office if the country is in a state of emergency and leaves a question regarding the possibility of re-election of the president and vice president who have been elected previously. The purpose of this research is, first, to provide an analysis of the need to regulate the term of office of the president and vice president when the country is in a state of emergency and second, to analyze the need for changes in the circulation of periodicity and tightening of the norms. The type of research used is normative legal research using conceptual and comparative constitutional approaches. The results of the research show that reformulation of the regulation of the term of office of the president and vice president is needed on 2 (two) matters. First, the provisions regarding the term of office of the president and vice president if the country is in a state of emergency which is also carried out by several countries. The urgency of this arrangement can be seen from the experience of emergencies that have occurred in Indonesia. Secondly, it is necessary to circulate periodization and tighten arrangements regarding the possibility of re-election of the president and/or vice president. For accountability, the re-election of the president and/or vice president should only apply if done consecutively. The tightening is intended to close the space for misinterpretation of the existing provisions that the constitution has opened the opportunity for the president and/or vice president to serve more than 2 (two) periods if the partner is a different person.

This study aims to investigate the effect of variations Palm Kernel Shell Ash (PKSA) in weight and stirring duration on the quality of waste palm cooking oil (WPCO). PKSA is waste from the use of Palm Kernel Shell (PKS) as fuel in palm oil factories. The method used in this study is a laboratory experiment with variations in the weight of PKSA and variations in stirring duration to improve WPCO quality. PKSA was characterized using XRF, FTIR, and XRD. The parameters of WPCO analyzed were color, water content, and free fatty acid (FFA). The standard used for comparison was the SNI for palm cooking oil 7709-2019. The results showed that the treatment category of S3, where PKSA was 20 g and stirring duration was 90 min, decreased the parameter value of WPCO according to SNI requirements. The improved quality of WPCO can be used for various purposes, including biodiesel, fertilizer and poultry feed.

This study aims to investigate the effect of variations Palm Kernel Shell Ash (PKSA) in weight and stirring duration on the quality of waste palm cooking oil (WPCO). PKSA is waste from the use of Palm Kernel Shell (PKS) as fuel in palm oil factories. The method used in this study is a laboratory experiment with variations in the weight of PKSA and variations in stirring duration to improve WPCO quality. PKSA was characterized using XRF, FTIR, and XRD. The parameters of WPCO analyzed were color, water content, and free fatty acid (FFA). The standard used for comparison was the SNI for palm cooking oil 7709-2019. The results showed that the treatment category of S3, where PKSA was 20 g and stirring duration was 90 min, decreased the parameter value of WPCO according to SNI requirements. The improved quality of WPCO can be used for various purposes, including biodiesel, fertilizer and poultry feed.

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS KARYA ILMIAH AKHIR Januari, 2023 Nama : Arsil Rasyid amanda, S.Kep. NIM : 2141312085 ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI DENGAN PENERAPAN TERAPI DZIKIR DI PADANG TIMUR KOTA PADANG ABSTRAK Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya mengalami distorsi sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya). Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana penderitanya merasakan perubahan persepsi sensori, dan bisa juga diartikan sebagai ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsangan yang timbul dari sumber internal (pikiran, perasaan) dan sumber eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan Asuhan Keperawatan dengan penerapan terapi Dzikir pada Tn. D dengan masalah gangguan sensori persepsi(Halusinasi pendengaran). Teknik pengumpulan data dalam studi kasus ini melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pendokumentasian, pelaksanaan pemberian terapi dzikir untuk mengontrol halusinasi pada pasien dengan halusinasi pendengaran. Hasil penelitian yang di dapatkan bahwa pemberian terapi psikoreligius kepada Tn. D memiliki pengaruh positif, hal ini terbukti dari frekuensi kemunculan halusinasi Tn. D yang sebelum di perikan terapi Dzikir mengatakan kemunculan halusinasi 3-4 kali dalam sehari, sedangkan setelah diberikan terapi dzikir, frekuensi kemunculan halusinasi pada Tn. D menjadi 1-2 kali dalam sehari. Untuk fase Halusinasi Tn. D juga mengalami perubahan yang awalnya halusinasi Tn. D berada pada fase controling setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan penerapan terapi dzikir, halusinasi Tn. D berada pada fase condeming dimana Tn. D.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi dzikir dapat mengontrol halusinasi pasien dengan halusinasi pendengaran dan dapat menurunkan frekuensi kemunculan halusinasi pada pasien. Berdasarkan temuan yang telah di dapatkan diharapkan tenaga kesehatan mampu memberikan asuhan keperawatan yang ma

Background During adolescence, physical, mental and emotional growth changes very rapidly. There needs to be nutritional education for adolescents about nutrition, nutritional status, anemia as well as increasing adolescent nutritional knowledge and improving the balance of their behavior so that it can influence habits in choosing healthy foods. Providing nutrition education through books is something that teenagers are interested in and likes. Objectives. Is to provide nutrition education to students at SMP Negeri 11 Pekanbaru, Tenayan Raya District, Pekanbaru City. Methods, education for teenagers in the form of counseling and educational media in the form of books. This activity was attended by 90 students of SMP Negeri 11 Pekanbaru City. Understanding of the material provided is about Nutrition (My Plate Contents, 4 Pillars of Balanced Nutrition, Principles of Balanced Nutrition), Nutritional Status, Physical Activity, Nutritional Problems in Adolescents (anemia, obesity, underweight/undernutrition and chronic energy deficiency/KEK). Measurement indicators use pre and post test questionnaires. Results. Pre-test score, good knowledge 3.33%, sufficient knowledge 67.77% and less knowledge 28.88%, after the post-test, good knowledge 21.11%, sufficient knowledge 63.33%, and less 15, 55%. Conclusion. Educational activities with the application of Balanced Nutrition for Healthy Adolescents are known to be 100% well-informed. Suggestion. The school is expected to continue providing nutrition education to teenagers. Students of SMPN 11 Pekanbaru use books or other media as an effort to suppress the occurrence of nutritional problems in adolescents. Abstrak Pada masa remaja pertumbuhan fisik, mental dan emosional berubah sangat cepat. Perlu adanya pendidikan gizi pada remaja tentang gizi seimbang, status gizi, anemia serta aktifitas fisik untuk meningkatkan pengetahuan gizi remaja dan mengubah sikap perilaku mereka sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan dalam memilih maka, Latar Belakang Pada masa remaja pertumbuhan fisik, mental dan emosional berubah sangat cepat. Perlu adanya pendidikan gizi pada remaja tentang gizi seimbang, status gizi, anemia serta aktifitas fisik untuk meningkatkan pengetahuan gizi remaja dan mengubah sikap perilaku mereka sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan dalam memilih makanan yang sehat. Pemberian edukasi gizi melalui buku merupakan hal yang diminati dan disukai remaja dapat menjadi pilihan. Tujuan, untuk memberikan edukasi gizi pada siswa di SMP Negeri 11 Pekanbaru Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru. Metode, edukasi kepada remaja berupa penyuluhan dan media edukasi berupa buku. Kegiatan ini diikuti oleh siswa dan siswi SMP Negeri 11 Kota Pekanbaru sebanyak 90 orang. Pemahaman materi yang diberikan mengenai Gizi seimbang ( Isi Piringku, 4 pilar Gizi Seimbang, Prinsip gizi seimbang), Status Gizi, Aktifitas Fisik, Permasalahan gizi pada remaja (anemia, obesitas, underweight/gizi kurang dan Kurang energi kronik/KEK). Indikator pengukuran menggunakan kuisioner pre dan post-test. Hasil. Nilai pre-test, pengetahuan baik 3,33 %, pengetahuan cukup 67,77 % dan pengetahuan kurang 28,88 %, setelah dilakukan post – test, pengetahuan baik 21,11 %, pengetahuan cukup 63,33%, dan pengetahuan kurang 15,55 %. Kesimpulan. Kegiatan edukasi dengan penerapan buku Gizi Seimbang untuk Remaja Sehat diketahui sebanyak 100 % berpengetahuan baik. Saran. Pihak sekolah diharapkan dapat melanjutkan pemberian edukasi gizi kepada remaja Siswa/I SMPN 11 Pekanbaru  menggunakan buku atau media lain sebagai salah satu upaya menekan terjadinya permasalahan gizi pada remaja.

Background During adolescence, physical, mental and emotional growth changes very rapidly. There needs to be nutritional education for adolescents about nutrition, nutritional status, anemia as well as increasing adolescent nutritional knowledge and improving the balance of their behavior so that it can influence habits in choosing healthy foods. Providing nutrition education through books is something that teenagers are interested in and likes. Objectives. Is to provide nutrition education to students at SMP Negeri 11 Pekanbaru, Tenayan Raya District, Pekanbaru City. Methods, education for teenagers in the form of counseling and educational media in the form of books. This activity was attended by 90 students of SMP Negeri 11 Pekanbaru City. Understanding of the material provided is about Nutrition (My Plate Contents, 4 Pillars of Balanced Nutrition, Principles of Balanced Nutrition), Nutritional Status, Physical Activity, Nutritional Problems in Adolescents (anemia, obesity, underweight/undernutrition and chronic energy deficiency/KEK). Measurement indicators use pre and post test questionnaires. Results. Pre-test score, good knowledge 3.33%, sufficient knowledge 67.77% and less knowledge 28.88%, after the post-test, good knowledge 21.11%, sufficient knowledge 63.33%, and less 15, 55%. Conclusion. Educational activities with the application of Balanced Nutrition for Healthy Adolescents are known to be 100% well-informed. Suggestion. The school is expected to continue providing nutrition education to teenagers. Students of SMPN 11 Pekanbaru use books or other media as an effort to suppress the occurrence of nutritional problems in adolescents. Abstrak Pada masa remaja pertumbuhan fisik, mental dan emosional berubah sangat cepat. Perlu adanya pendidikan gizi pada remaja tentang gizi seimbang, status gizi, anemia serta aktifitas fisik untuk meningkatkan pengetahuan gizi remaja dan mengubah sikap perilaku mereka sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan dalam memilih maka, Latar Belakang Pada masa remaja pertumbuhan fisik, mental dan emosional berubah sangat cepat. Perlu adanya pendidikan gizi pada remaja tentang gizi seimbang, status gizi, anemia serta aktifitas fisik untuk meningkatkan pengetahuan gizi remaja dan mengubah sikap perilaku mereka sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan dalam memilih makanan yang sehat. Pemberian edukasi gizi melalui buku merupakan hal yang diminati dan disukai remaja dapat menjadi pilihan. Tujuan, untuk memberikan edukasi gizi pada siswa di SMP Negeri 11 Pekanbaru Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru. Metode, edukasi kepada remaja berupa penyuluhan dan media edukasi berupa buku. Kegiatan ini diikuti oleh siswa dan siswi SMP Negeri 11 Kota Pekanbaru sebanyak 90 orang. Pemahaman materi yang diberikan mengenai Gizi seimbang ( Isi Piringku, 4 pilar Gizi Seimbang, Prinsip gizi seimbang), Status Gizi, Aktifitas Fisik, Permasalahan gizi pada remaja (anemia, obesitas, underweight/gizi kurang dan Kurang energi kronik/KEK). Indikator pengukuran menggunakan kuisioner pre dan post-test. Hasil. Nilai pre-test, pengetahuan baik 3,33 %, pengetahuan cukup 67,77 % dan pengetahuan kurang 28,88 %, setelah dilakukan post – test, pengetahuan baik 21,11 %, pengetahuan cukup 63,33%, dan pengetahuan kurang 15,55 %. Kesimpulan. Kegiatan edukasi dengan penerapan buku Gizi Seimbang untuk Remaja Sehat diketahui sebanyak 100 % berpengetahuan baik. Saran. Pihak sekolah diharapkan dapat melanjutkan pemberian edukasi gizi kepada remaja Siswa/I SMPN 11 Pekanbaru  menggunakan buku atau media lain sebagai salah satu upaya menekan terjadinya permasalahan gizi pada remaja.

The halal industry has the potential to grow, supported by a gradual implementation of a mandatory halal regulation according to Law No 33 the year 2014 regarding Halal Product Guarantee. To support this program, Halal Product Guarantee Agency (BPJPH) has encouraged universities to establish Halal Centers since 2019. The goal of this study is to investigate the Halal Center's collaboration strategy with other agencies supporting halal mandatory programs using the Analytical Hierarchy Process approach. This research interviewed 40 food and beverage business owners and experts in 2021. Data analysis is divided into three stages: decomposition, pairwise comparisons, and priority synthesis. The hierarchical structure is comprised of four levels, namely the variables affecting collaboration, the actors involved, the goals, and the cooperation strategy. The results show that capital (0.617) and institutional policy (0.30) affect the growth of Halal Center cooperation. While BPJPH (0.33), the government (0.31), and private institutions (0.12) all contribute to the development of the halal center collaboration. The purpose of developing the halal center collaboration is to help accelerate MSME to obtain halal certification (0.67). While the Cooperation strategy suggests that the use of government assistance funds (0.46), as well as collaboration with private institutions (weight 0.34).

Identifying genetic variation underlying human diseases establishes targets for therapeutic development and helps tailor treatments to individual patients. Large-scale transcriptomic profiling has extended the study of such molecular heterogeneity between patients to somatic tissues. However, the lower resolution of bulk RNA profiling, especially in a complex, composite tissue such as the skin, has limited its success. Here we demonstrate approaches to interrogate patient-level molecular variance in a chronic skin inflammatory disease, psoriasis vulgaris, leveraging single-cell RNA-sequencing of CD45+ cells isolated from active lesions. Highly psoriasis-specific transcriptional abnormalities display greater than average inter-individual variance, nominating them as potential sources of clinical heterogeneity. We find that one of these chemokines, CXCL13, demonstrates significant correlation with severity of lesions within our patient series. Our analyses also establish that genes elevated in psoriatic skin-resident memory T cells are enriched for programs orchestrating chromatin and CDC42-dependent cytoskeleton remodeling, specific components of which are distinctly correlated with and against Th17 identity on a single-cell level. Collectively, these analyses describe systematic means to dissect cell type- and patient-level differences in cutaneous psoriasis using high-resolution transcriptional profiles of human inflammatory disease.

Skizofrenia merupakan keadaan di mana pikiran tidak berhubungan secara logis satu sama lain, terdapat perbedaan persepsi dan perhatian yang salah, berefek datar, dan mengganggu aktivitas motorik sehingga berperilaku aneh. Dalam melakukan aktivitas penderita skizofrenia membutuhkan caregiver untuk membantu dalam pemenuhan aktivitas hidup sehari hari. Caregiver adalah orang terdekat penderita dan merupakan keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Riset menunjukkan bahwa terdapat beberapa hambatan yang dirasakan caregiver karena harus merawat penderita skizofrenia selama bertahuntahun rawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hambatan resiliensi keluarga dalam merawat penderita skizofrenia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, jumlah sampel sebanyak 7 partisipan dengan analisis data menggunakan metode Colaizi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga tema hambatan resiliensi keluarga dalam merawat penderita skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2021, yaitu 1) Pengobatan Tidak Efektif 2) Kekambuhan 3) Kurang Dukungan. Berdasarkan tema tema yang telah di temukan dalam penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan mampu memberikan konseling ataupun pendidikan kesehatan kepada caregiver dan keluarga baik dirumah sakit pada saat penderita dipulangkan maupun dimasyarakat yang bertujuan untuk meminimalisir hambatan yang dirasakan oleh caregiver.

Kesehatan adalah hak dasar bagi setiap manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia, oleh sebab itu kesehatan menjadi perhatian penting. Salah satu masalah kesehatan adalah kejadian malnutrisi dan resiko gizi kurang. Perlu dilaksanakan kegiatan penyuluhan tentang gizi seimbang bagi keluarga dan pendampingan kader PKK dalam penganekaragaman pangan bergizi. Responden pengabdian masyarakat ini adalah ibu-ibu kader PKK yang berjumlah 17 orang. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD), pre test dan post test, penyuluhan, praktik identifikasi pewarna dengan konsep asam basa, praktek pengamatan label dan kemasan pangan, praktik pengolahan dan evaluasi praktik. Hasil dari pengabdian kepada masyarakat ini diketahui pengetahuan responden sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan adalah baik, yaitu dengan rata-rata sebesar 78,82% dan setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan responden sebesar 93,18%. Sikap responden sebelum maupun sesudah penyuluhan bernilai baik, skor sebelum penyuluhan adalah 80% dan setelah penyuluhan adalah 98,24%. Perilaku responden sebelum maupun sesudah penyuluhan sudah dalam kategori berperilaku positif, skor perilaku sebelum penyuluhan 84,71% dan setelah penyuluhan sebesar 97,65%. Ketrampilan ibu dalam pengolahan pangan sudah bernilai baik., Kesehatan adalah hak dasar bagi setiap manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia, oleh sebab itu kesehatan menjadi perhatian penting. Salah satu masalah kesehatan adalah kejadian malnutrisi dan resiko gizi kurang. Perlu dilaksanakan kegiatan penyuluhan tentang gizi seimbang bagi keluarga dan pendampingan kader PKK dalam penganekaragaman pangan bergizi. Responden pengabdian masyarakat ini adalah ibu-ibu kader PKK yang berjumlah 17 orang. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD), pre test dan post test, penyuluhan, praktik identifikasi pewarna dengan konsep asam basa, praktek pengamatan label dan kemasan pangan, praktik pengolahan dan evaluasi praktik. Hasil dari pengabdian kepada masyarakat ini diketahui pengetahuan responden sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan adalah baik, yaitu dengan rata-rata sebesar 78,82% dan setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan responden sebesar 93,18%. Sikap responden sebelum maupun sesudah penyuluhan bernilai baik, skor sebelum penyuluhan adalah 80% dan setelah penyuluhan adalah 98,24%. Perilaku responden sebelum maupun sesudah penyuluhan sudah dalam kategori berperilaku positif, skor perilaku sebelum penyuluhan 84,71% dan setelah penyuluhan sebesar 97,65%. Ketrampilan ibu dalam pengolahan pangan sudah bernilai baik.

Kesehatan adalah hak dasar bagi setiap manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia, oleh sebab itu kesehatan menjadi perhatian penting. Salah satu masalah kesehatan adalah kejadian malnutrisi dan resiko gizi kurang. Perlu dilaksanakan kegiatan penyuluhan tentang gizi seimbang bagi keluarga dan pendampingan kader PKK dalam penganekaragaman pangan bergizi. Responden pengabdian masyarakat ini adalah ibu-ibu kader PKK yang berjumlah 17 orang. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD), pre test dan post test, penyuluhan, praktik identifikasi pewarna dengan konsep asam basa, praktek pengamatan label dan kemasan pangan, praktik pengolahan dan evaluasi praktik. Hasil dari pengabdian kepada masyarakat ini diketahui pengetahuan responden sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan adalah baik, yaitu dengan rata-rata sebesar 78,82% dan setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan responden sebesar 93,18%. Sikap responden sebelum maupun sesudah penyuluhan bernilai baik, skor sebelum penyuluhan adalah 80% dan setelah penyuluhan adalah 98,24%. Perilaku responden sebelum maupun sesudah penyuluhan sudah dalam kategori berperilaku positif, skor perilaku sebelum penyuluhan 84,71% dan setelah penyuluhan sebesar 97,65%. Ketrampilan ibu dalam pengolahan pangan sudah bernilai baik., Kesehatan adalah hak dasar bagi setiap manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia, oleh sebab itu kesehatan menjadi perhatian penting. Salah satu masalah kesehatan adalah kejadian malnutrisi dan resiko gizi kurang. Perlu dilaksanakan kegiatan penyuluhan tentang gizi seimbang bagi keluarga dan pendampingan kader PKK dalam penganekaragaman pangan bergizi. Responden pengabdian masyarakat ini adalah ibu-ibu kader PKK yang berjumlah 17 orang. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD), pre test dan post test, penyuluhan, praktik identifikasi pewarna dengan konsep asam basa, praktek pengamatan label dan kemasan pangan, praktik pengolahan dan evaluasi praktik. Hasil dari pengabdian kepada masyarakat ini diketahui pengetahuan responden sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan adalah baik, yaitu dengan rata-rata sebesar 78,82% dan setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan responden sebesar 93,18%. Sikap responden sebelum maupun sesudah penyuluhan bernilai baik, skor sebelum penyuluhan adalah 80% dan setelah penyuluhan adalah 98,24%. Perilaku responden sebelum maupun sesudah penyuluhan sudah dalam kategori berperilaku positif, skor perilaku sebelum penyuluhan 84,71% dan setelah penyuluhan sebesar 97,65%. Ketrampilan ibu dalam pengolahan pangan sudah bernilai baik.

This paper analyzes the problems caused by the state of emergency in Indonesia. It focuses on explaining the meaning of a state of emergency, based on Article 12 of the 1945 Indonesian Constitution. It addresses how Indonesia determines the emergency status and how checks and balances regarding the emergency status were implemented. This paper highlights three points. First, the existing law on the state of emergency is no longer in line with Indonesia's constitutional concept, following the amendment; second, there are findings indicating that several emergency statuses were not appropriately declared; third, the lack of the Parliamentary and court role in conducting checks and balances on the President in the state of emergency. This paper offers a recommendation concerning the importance of strengthening checks and balances to ensure there will be no abuse of power in implementing a state of emergency in the future., Este artigo analisa os problemas causados pelo estado de emergência na Indonésia. Concentra-se em explicar o sig-nificado de um estado de emergência, com base no artigo 12 da Constituição indonésia de 1945. Aborda como a Indo-nésia determina o estado de emergência e como foram im-plementados os freios e contrapesos em relação ao estado de emergência. Este artigo destaca três pontos. Em primeiro lugar, as normas existentes sobre o estado de emergência não está mais em consonância com o conceito constitucio-nal da Indonésia, seguindo a emenda constitucional; em segundo lugar, há achados indicando que vários estados de emergência não foram devidamente declarados; terceiro, a falta de atuação parlamentar e judicial na condução de freios e contrapesos sobre o Presidente em estado de emer-gência. Este artigo oferece uma recomendação sobre a im-portância do fortalecimento de freios e contrapesos para garantir que não haverá abuso de poder na implementação de um estado de emergência no futuro.

Pemakaian minyak goreng berulang menyebabkan terjadinya oksidasi yang lebih tinggi pada minyak. Abu cangkang sawit dapat meningkatkan kualitas minyak jelantah karena bersifat adsorben. Tujuan penelitian ini menentukan efektivitas abu cangkang sawit dalam meningkatkan kualitas minyak jelantah dari pemakaian berulang minyak goreng curah dan kemasan ditinjau dari parameter kualitas minyak goreng sesuai Standard Nasional Indonesia (SNI). Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan minyak curah dan kemasan dengan 4 kali pemakaian pada penggorengan ikan lele. Minyak jelantah hasil pengulangan kemudian diperlakukan dengan abu cangkang sawit pada kondisi optimum yang diperoleh pada penelitian sebelumnya yaitu perendaman 20 g abu cangkang sawit selama 2 minggu dalam 50 mL minyak jelantah. Hasil dalam penelitian ini diperoleh bahwa efektivitas abu cangkang sawit tertinggi yaitu pada pengulangan pemakaian minyak yang kedua kali (P2). Abu cangkang sawit lebih direkomendasikan untuk peningkatan kualitas minyak jelantah yang berasal dari minyak goreng kemasan (MK P2). Efektivitas abu cangkang sawit tertinggi pada MK P2 untuk parameter warna adalah sebesar 35,56%, kadar air 40,19%, asam lemak bebas 55,50%, angka peroksida 40,17%. Efektivitas abu cangkang sawit menurun dengan semakin banyaknya jumlah pemakaian minyak goreng.

Pemakaian minyak goreng berulang menyebabkan terjadinya oksidasi yang lebih tinggi pada minyak. Abu cangkang sawit dapat meningkatkan kualitas minyak jelantah karena bersifat adsorben. Tujuan penelitian ini menentukan efektivitas abu cangkang sawit dalam meningkatkan kualitas minyak jelantah dari pemakaian berulang minyak goreng curah dan kemasan ditinjau dari parameter kualitas minyak goreng sesuai Standard Nasional Indonesia (SNI). Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan minyak curah dan kemasan dengan 4 kali pemakaian pada penggorengan ikan lele. Minyak jelantah hasil pengulangan kemudian diperlakukan dengan abu cangkang sawit pada kondisi optimum yang diperoleh pada penelitian sebelumnya yaitu perendaman 20 g abu cangkang sawit selama 2 minggu dalam 50 mL minyak jelantah. Hasil dalam penelitian ini diperoleh bahwa efektivitas abu cangkang sawit tertinggi yaitu pada pengulangan pemakaian minyak yang kedua kali (P2). Abu cangkang sawit lebih direkomendasikan untuk peningkatan kualitas minyak jelantah yang berasal dari minyak goreng kemasan (MK P2). Efektivitas abu cangkang sawit tertinggi pada MK P2 untuk parameter warna adalah sebesar 35,56%, kadar air 40,19%, asam lemak bebas 55,50%, angka peroksida 40,17%. Efektivitas abu cangkang sawit menurun dengan semakin banyaknya jumlah pemakaian minyak goreng.

THE DIFFERENCES IN SEXUAL FUNCTIONS BETWEEN WOMEN AFTER VAGINAL DELIVERY WITH EPITIOTOMY AND WITHOUT EPISIOTOMY IN PRIMIPAROUS BASED ON FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX Rizka Arsil, Syahredi SA, Hafni Bachtiar Departement of Obstetrics and Gynecology Faculty of Medicine Andalas University Dr.M. Djamil Central General Hospital Padang Objective: To know difference of sexual function in women after vaginal delivery with episiotomy and without the episiotomy in primiparous women based on Female Sexual Function Index (FSFI) score Method: The study was carried out in the form of an analytic study using a comparative cross sectional study design comparing two research groups, namely post vaginal delivery patients without episiotomy and post vaginal delivery with episiotomy in primiparous women to see difference in sexual satisfaction with Female Sexual Function Index (FSFI) score. Number of sample was 52 samples (consisting of 2 research groups) which met the inclusion and exclusion criteria of the study with sampling using consecutive sampling technique from Primary Health Care in Padang (Community Health Center network of Andalas University Obstetric & Gynecologic Residency Program) in Padang from August 2018. Univariate analysis was used to calculate the mean and standard deviations of each FSFI domain including desire, arousal, lubrication, orgasm, satisfaction and sexual intercourse pain (dyspareunia). Bivariate analysis was conducted to determine the significance of differences in sexual function in vaginal delivery with episiotomy and without episiotomy using the T Independent dan uji Two Sample Kolmogorov-Smirnov test to classify patients with Female Sexual Disorder (FSD) and without Female Sexual Disorder (Non FSD) after vaginal delivery, where the one included in FSD was the one with FSFI score ≤ 26 Results: There was no differences in the mean sexual satisfaction in woman after vaginal delivery with episiotomy (23,8 ± 4,6) and after vaginal delivery without episioto

THE DIFFERENCES IN SEXUAL FUNCTIONS BETWEEN WOMEN AFTER VAGINAL DELIVERY WITH EPITIOTOMY AND WITHOUT EPISIOTOMY IN PRIMIPAROUS BASED ON FEMALE SEXUAL FUNCTION INDEX Rizka Arsil, Syahredi SA, Hafni Bachtiar Departement of Obstetrics and Gynecology Faculty of Medicine Andalas University Dr.M. Djamil Central General Hospital Padang Objective: To know difference of sexual function in women after vaginal delivery with episiotomy and without the episiotomy in primiparous women based on Female Sexual Function Index (FSFI) score Method: The study was carried out in the form of an analytic study using a comparative cross sectional study design comparing two research groups, namely post vaginal delivery patients without episiotomy and post vaginal delivery with episiotomy in primiparous women to see difference in sexual satisfaction with Female Sexual Function Index (FSFI) score. Number of sample was 52 samples (consisting of 2 research groups) which met the inclusion and exclusion criteria of the study with sampling using consecutive sampling technique from Primary Health Care in Padang (Community Health Center network of Andalas University Obstetric & Gynecologic Residency Program) in Padang from August 2018. Univariate analysis was used to calculate the mean and standard deviations of each FSFI domain including desire, arousal, lubrication, orgasm, satisfaction and sexual intercourse pain (dyspareunia). Bivariate analysis was conducted to determine the significance of differences in sexual function in vaginal delivery with episiotomy and without episiotomy using the T Independent dan uji Two Sample Kolmogorov-Smirnov test to classify patients with Female Sexual Disorder (FSD) and without Female Sexual Disorder (Non FSD) after vaginal delivery, where the one included in FSD was the one with FSFI score ≤ 26 Results: There was no differences in the mean sexual satisfaction in woman after vaginal delivery with episiotomy (23,8 ± 4,6) and after vaginal delivery without episioto

Background: The Indonesian region of Aceh was the area most severely affected by the earthquake and tsunami of 26 December 2004. Department of Health data reveal an upward trend of dengue cases in Aceh since the events of the tsunami. Despite the increasing incidence of dengue in the region, there is limited understanding of dengue among the general population of Aceh. The aim of this study was to assess the knowledge, attitude, and practice (KAP) regarding dengue among the people of Aceh, Indonesia in order to design intervention strategies for an effective dengue prevention program. Methods: A community-based cross-sectional study was conducted in Aceh between November 2014 and March 2015 with a total of 609 participants living in seven regencies and two municipalities. Information on the socio-demographic characteristics of participants and their KAP regarding dengue was collected using a pre-tested structured questionnaire. The KAP status (good vs. poor) of participants with different socio-demographic characteristics was compared using Chi Square-test, ANOVA or Fisher’s exact test as appropriate. Logistic regression analysis was used to determine the predictors of each KAP domain. Results: We found that 45% of participants had good knowledge regarding dengue and only 32% had good attitudes and good dengue preventive practices. There was a significant positive correlation between knowledge and attitudes, knowledge and practice, and attitudes and practice. In addition, people who had good knowledge were 2.7 times more likely to have good attitudes, and people who had good attitudes were 2.2 times more likely to have good practices regarding dengue. The level of education, occupation, marital status, monthly income, socioeconomic status (SES) and living in the city were associated with the knowledge level. Occupation, SES, and having experienced dengue fever were associated with attitudes. Education, occupation, SES and type of residence were associated with preve

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi dengan Lentinus edodes tehadap aktivitas enzim selulase, serat kasar dan kecernaan serat kasar dari kulit buah kakao (KBK). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor A (dosis inokulum) yaitu : A1(6%), A2(8%), A3(10%) dari jumlah substrat, faktor B (lama fermentasi) yaitu : B1(7 hari), B2(9 hari), B3(11 hari). Peubah yang diamati yaitu : akitvitas enzim selulase (U/ml), kandungan serat kasar (%BK) dan kecernaan serat kasar (%BK). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aktivitas enzim selulase tidak terjadi interaksi (P>0,05) antara dosis inokulum dan lama fermentasi dari kulit buah kakao fermentasi, namun terjadi interaksi antara dosis inokulum dan lama fermentasi yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan serat kasar dan kecernaan serat kasar kulit buah kakao fermentasi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengolahan yang terbaik terdapat pada perlakuan dosis inokulum 10% dan lama fermentasi 9 hari dengan Lentinus edodes pada kulit buah kakao dengan aktivitas enzim selulase 1,02 U/ml, kandungan serat kasar 18,73%, dan kecernaan serat kasar 54,57%. Kata kunci :KBK, Lentinus edodes, aktivitas enzim, serat kasar, kecernaan serat kasar.

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi dengan Lentinus edodes tehadap aktivitas enzim selulase, serat kasar dan kecernaan serat kasar dari kulit buah kakao (KBK). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor A (dosis inokulum) yaitu : A1(6%), A2(8%), A3(10%) dari jumlah substrat, faktor B (lama fermentasi) yaitu : B1(7 hari), B2(9 hari), B3(11 hari). Peubah yang diamati yaitu : akitvitas enzim selulase (U/ml), kandungan serat kasar (%BK) dan kecernaan serat kasar (%BK). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aktivitas enzim selulase tidak terjadi interaksi (P>0,05) antara dosis inokulum dan lama fermentasi dari kulit buah kakao fermentasi, namun terjadi interaksi antara dosis inokulum dan lama fermentasi yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan serat kasar dan kecernaan serat kasar kulit buah kakao fermentasi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengolahan yang terbaik terdapat pada perlakuan dosis inokulum 10% dan lama fermentasi 9 hari dengan Lentinus edodes pada kulit buah kakao dengan aktivitas enzim selulase 1,02 U/ml, kandungan serat kasar 18,73%, dan kecernaan serat kasar 54,57%. Kata kunci :KBK, Lentinus edodes, aktivitas enzim, serat kasar, kecernaan serat kasar.

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi dengan Lentinus edodes tehadap aktivitas enzim selulase, serat kasar dan kecernaan serat kasar dari kulit buah kakao (KBK). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor A (dosis inokulum) yaitu : A1(6%), A2(8%), A3(10%) dari jumlah substrat, faktor B (lama fermentasi) yaitu : B1(7 hari), B2(9 hari), B3(11 hari). Peubah yang diamati yaitu : akitvitas enzim selulase (U/ml), kandungan serat kasar (%BK) dan kecernaan serat kasar (%BK). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aktivitas enzim selulase tidak terjadi interaksi (P>0,05) antara dosis inokulum dan lama fermentasi dari kulit buah kakao fermentasi, namun terjadi interaksi antara dosis inokulum dan lama fermentasi yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan serat kasar dan kecernaan serat kasar kulit buah kakao fermentasi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengolahan yang terbaik terdapat pada perlakuan dosis inokulum 10% dan lama fermentasi 9 hari dengan Lentinus edodes pada kulit buah kakao dengan aktivitas enzim selulase 1,02 U/ml, kandungan serat kasar 18,73%, dan kecernaan serat kasar 54,57%. Kata kunci :KBK, Lentinus edodes, aktivitas enzim, serat kasar, kecernaan serat kasar.

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi dengan Lentinus edodes tehadap aktivitas enzim selulase, serat kasar dan kecernaan serat kasar dari kulit buah kakao (KBK). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor A (dosis inokulum) yaitu : A1(6%), A2(8%), A3(10%) dari jumlah substrat, faktor B (lama fermentasi) yaitu : B1(7 hari), B2(9 hari), B3(11 hari). Peubah yang diamati yaitu : akitvitas enzim selulase (U/ml), kandungan serat kasar (%BK) dan kecernaan serat kasar (%BK). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aktivitas enzim selulase tidak terjadi interaksi (P>0,05) antara dosis inokulum dan lama fermentasi dari kulit buah kakao fermentasi, namun terjadi interaksi antara dosis inokulum dan lama fermentasi yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan serat kasar dan kecernaan serat kasar kulit buah kakao fermentasi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengolahan yang terbaik terdapat pada perlakuan dosis inokulum 10% dan lama fermentasi 9 hari dengan Lentinus edodes pada kulit buah kakao dengan aktivitas enzim selulase 1,02 U/ml, kandungan serat kasar 18,73%, dan kecernaan serat kasar 54,57%. Kata kunci :KBK, Lentinus edodes, aktivitas enzim, serat kasar, kecernaan serat kasar.

PROHIBITION BANS ABSENTEE LAND OF OWNERS IN EXECUTIVE RIGHTS AREA IN KABUPATEN KAMPAR Land ownership is a fundamental right of right which is given by the State to a society that can be used in various aspects of life. Based on Law Number 5 of 1960 on Basic Agrarian Regulations and other Regulations governing land affairs, it is stated that the ownership of agricultural land must be owned and operated directly by the owner residing in the sub-district where the land is located. In fact, in Kampar Regency of Riau Province, there is a winner of auction of mortgage execution on agricultural land is a person who does not reside in the sub-district where the land is located which is assumed by the execution of the auction of mortgage execution that causes the auction winner can not reverse the name of the Land Office local. This is certainly contradictory to Government Regulation No. 41 of 1964, Amendment and Supplement to Government Regulation No. 224/1961 on the Implementation of Distribution and Indemnification, in Article 3d stipulates that "It is prohibited to perform all forms of transferring new rights to agricultural land resulting in concerned has a plot of land outside the District where he resides ". This study aims to find out how the Auction process Execution of land object of mortgage that causes the absentee farmland and the legal position of the auction of the execution. The method used in this research is the empirical juridical approach method, which is an approach done to analyze the extent to which an effective legislation or law is in effect. The result obtained from this research is general implementation of land auction object execution of mortgage object in Kampar Regency has been in accordance with provisions relating to auction implementation, but there is mismatch of regulation concerning prohibition of absentee land ownership by the auction implementation. For auction proceeds that is contrary to the provision of absentee land tenure

PROHIBITION BANS ABSENTEE LAND OF OWNERS IN EXECUTIVE RIGHTS AREA IN KABUPATEN KAMPAR Land ownership is a fundamental right of right which is given by the State to a society that can be used in various aspects of life. Based on Law Number 5 of 1960 on Basic Agrarian Regulations and other Regulations governing land affairs, it is stated that the ownership of agricultural land must be owned and operated directly by the owner residing in the sub-district where the land is located. In fact, in Kampar Regency of Riau Province, there is a winner of auction of mortgage execution on agricultural land is a person who does not reside in the sub-district where the land is located which is assumed by the execution of the auction of mortgage execution that causes the auction winner can not reverse the name of the Land Office local. This is certainly contradictory to Government Regulation No. 41 of 1964, Amendment and Supplement to Government Regulation No. 224/1961 on the Implementation of Distribution and Indemnification, in Article 3d stipulates that "It is prohibited to perform all forms of transferring new rights to agricultural land resulting in concerned has a plot of land outside the District where he resides ". This study aims to find out how the Auction process Execution of land object of mortgage that causes the absentee farmland and the legal position of the auction of the execution. The method used in this research is the empirical juridical approach method, which is an approach done to analyze the extent to which an effective legislation or law is in effect. The result obtained from this research is general implementation of land auction object execution of mortgage object in Kampar Regency has been in accordance with provisions relating to auction implementation, but there is mismatch of regulation concerning prohibition of absentee land ownership by the auction implementation. For auction proceeds that is contrary to the provision of absentee land tenure

PROHIBITION BANS ABSENTEE LAND OF OWNERS IN EXECUTIVE RIGHTS AREA IN KABUPATEN KAMPAR Land ownership is a fundamental right of right which is given by the State to a society that can be used in various aspects of life. Based on Law Number 5 of 1960 on Basic Agrarian Regulations and other Regulations governing land affairs, it is stated that the ownership of agricultural land must be owned and operated directly by the owner residing in the sub-district where the land is located. In fact, in Kampar Regency of Riau Province, there is a winner of auction of mortgage execution on agricultural land is a person who does not reside in the sub-district where the land is located which is assumed by the execution of the auction of mortgage execution that causes the auction winner can not reverse the name of the Land Office local. This is certainly contradictory to Government Regulation No. 41 of 1964, Amendment and Supplement to Government Regulation No. 224/1961 on the Implementation of Distribution and Indemnification, in Article 3d stipulates that "It is prohibited to perform all forms of transferring new rights to agricultural land resulting in concerned has a plot of land outside the District where he resides ". This study aims to find out how the Auction process Execution of land object of mortgage that causes the absentee farmland and the legal position of the auction of the execution. The method used in this research is the empirical juridical approach method, which is an approach done to analyze the extent to which an effective legislation or law is in effect. The result obtained from this research is general implementation of land auction object execution of mortgage object in Kampar Regency has been in accordance with provisions relating to auction implementation, but there is mismatch of regulation concerning prohibition of absentee land ownership by the auction implementation. For auction proceeds that is contrary to the provision of absentee land tenure

PROHIBITION BANS ABSENTEE LAND OF OWNERS IN EXECUTIVE RIGHTS AREA IN KABUPATEN KAMPAR Land ownership is a fundamental right of right which is given by the State to a society that can be used in various aspects of life. Based on Law Number 5 of 1960 on Basic Agrarian Regulations and other Regulations governing land affairs, it is stated that the ownership of agricultural land must be owned and operated directly by the owner residing in the sub-district where the land is located. In fact, in Kampar Regency of Riau Province, there is a winner of auction of mortgage execution on agricultural land is a person who does not reside in the sub-district where the land is located which is assumed by the execution of the auction of mortgage execution that causes the auction winner can not reverse the name of the Land Office local. This is certainly contradictory to Government Regulation No. 41 of 1964, Amendment and Supplement to Government Regulation No. 224/1961 on the Implementation of Distribution and Indemnification, in Article 3d stipulates that "It is prohibited to perform all forms of transferring new rights to agricultural land resulting in concerned has a plot of land outside the District where he resides ". This study aims to find out how the Auction process Execution of land object of mortgage that causes the absentee farmland and the legal position of the auction of the execution. The method used in this research is the empirical juridical approach method, which is an approach done to analyze the extent to which an effective legislation or law is in effect. The result obtained from this research is general implementation of land auction object execution of mortgage object in Kampar Regency has been in accordance with provisions relating to auction implementation, but there is mismatch of regulation concerning prohibition of absentee land ownership by the auction implementation. For auction proceeds that is contrary to the provision of absentee land tenure

Background: Dengue virus infection is the most rapidly spreading vector-borne disease in the world. Essential research on dengue virus transmission and its prevention requires community participation. Therefore, it is crucial to understand the factors that are associated with the willingness of communities in high prevalence areas to participate in dengue research. The aim of this study was to explore factors associated with the willingness of healthy community members in Aceh province, Indonesia, to participate in dengue research that would require phlebotomy. Methodology/Principal Findings: A community-based cross-sectional study was carried out in nine regencies and municipalities of Aceh from November 2014 to March 2015. Interviews using a set of validated questionnaires were conducted to collect data on demography, history of dengue infection, socioeconomic status, and knowledge, attitude and practice regarding dengue fever. Two-step logistic regression and Spearman’s rank correlation (rs) analysis were used to assess the influence of independent variables on dependent variables. Among 535 participants, less than 20% had a good willingness to participate in the dengue study. The factors associated with good willingness to participate were being female, working as a civil servant, private employee or entrepreneur, having a high socioeconomic status and good knowledge, attitude and practice regarding dengue. Good knowledge and attitude regarding dengue were positive independent predictors of willingness to participate (OR: 2.30 [95% CI: 1.36–3.90] and 3.73 [95% CI: 2.24–6.21], respectively). Conclusion/Significance: The willingness to participate in dengue research is very low among community members in Aceh, and the two most important associated factors are knowledge and attitude regarding dengue. To increase participation rate, efforts to improve the knowledge and attitude of community members regarding dengue fever and dengue-related research is required befor

Good agricultural practices (GAP) certification schemes have been promoted to enhance agricultural sustainability. This study seeks to explain the adoption of GAP certification schemes through an analysis of the role of personal values in guiding such choice. It is a departure from approaches taken in previous studies in the area. Through the laddering interview technique of means-end chain analysis, a hierarchical value map was systematically schematized to illustrate the relationship between adoption of GAP (attributes), outcomes (consequences), and personal values driving the choice. The personal values identified in this study cluster under the headings of “better life”, “religious responsibility”, “healthy life”, and “responsible farmer”. Amongst these, the main evidence (pathways) pointed to the desire to have “better life” through the enhanced financial position that is perceived to arise as a consequence of GAP adoption as being of primary importance. These findings suggest that, while profit is not the sole end driver of adoptive behavior, GAP certification schemes have to be seen as lucrative and to enhance the goals of achieving core personal values. Other empirical information in this study also has significant policy implications. It is a key finding of this paper that effective promotions of GAP should be tailored and targeted at specific segments of the farmer population.

Good agricultural practices (GAP) certification schemes have been promoted to enhance agricultural sustainability. This study seeks to explain the adoption of GAP certification schemes through an analysis of the role of personal values in guiding such choice. It is a departure from approaches taken in previous studies in the area. Through the laddering interview technique of means-end chain analysis, a hierarchical value map was systematically schematized to illustrate the relationship between adoption of GAP (attributes), outcomes (consequences), and personal values driving the choice. The personal values identified in this study cluster under the headings of “better life”, “religious responsibility”, “healthy life”, and “responsible farmer”. Amongst these, the main evidence (pathways) pointed to the desire to have “better life” through the enhanced financial position that is perceived to arise as a consequence of GAP adoption as being of primary importance. These findings suggest that, while profit is not the sole end driver of adoptive behavior, GAP certification schemes have to be seen as lucrative and to enhance the goals of achieving core personal values. Other empirical information in this study also has significant policy implications. It is a key finding of this paper that effective promotions of GAP should be tailored and targeted at specific segments of the farmer population.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk dari pengungkapan diri yang dilakukan oleh biseksual kepada pasangan sesama jenisnya dan bagaimana perkembangan hubungan yang mereka bangun. Biseksual yang dipakai sebagai informan yaitu mereka yang memiliki pasangan heteroseksual dan juga pasangan homoseksual yang berdomisili di kota Padang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teori self disclosure dan teori penetrasi sosial Informan penelitian ini terdiri dari dua orang yang mengaku bernama Alexa dan Jonas. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitati. Data penelitian ini didapatkan dari wawancara tidak terstruktur dan observasi observer as participant. Peneliti juga mewawancarai pasangan homoseksual kedua informan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedua informan mendapatkan respon yang positif dari pasangan mereka saat mereka melakukan pengungkapan diri. Respon positif tersebut membuat perkembangan hubungan kedua informan terus beranjak maju. Hal ini dikarenakan kedua informan sama-sama berusaha memberikan kenyaman kepada pasangan mereka masing-masing selama proses pembentukan hubungan. Kedua informan sama-sama melakukan proses pengunkapan secara spontan kepada masing-masing, namun terdapat perbedaan dalam pemilihan tempat pengungkapan. Kata Kunci : Biseksual, Self Disclosure, Penetrasi Sosial

Evaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja akan menghasilkan rekomendasi dalam pengembangan sumber daya manusia bagi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh motivasi, lingkungan kerja, gaji, beban kerja dan usia terhadap tenaga kerja bagian sortasi biji pinang CV. Rasdi & Co serta menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan kinerja tenaga kerja berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tenaga kerja bagian sortasi biji pinang CV. Rasdi & Co. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi, lingkungan kerja, gaji, beban kerja dan usia memberikan pengaruh terhadap tenaga kerja sortasi CV. Rasdi & Co. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = -4,640 + 0,210 X1 + 0,089 X2 + 0,080 X3 - 0,070 X4 + 0,813 X5. Dari persamaan regresi linear tersebut dapat diketahui bahwa nilai koefisien variabel usia lebih besar dari nilai koefisien variabel bebas lainnya. Nilai koefisien variabel usia sebesar 0,813. Setelah dilakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga sortasi didapatkan 5 rekomendasi untuk peningkatan kinerja. Kata kunci: Sortasi, Regresi Linear Berganda, Rekomendasi

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk dari pengungkapan diri yang dilakukan oleh biseksual kepada pasangan sesama jenisnya dan bagaimana perkembangan hubungan yang mereka bangun. Biseksual yang dipakai sebagai informan yaitu mereka yang memiliki pasangan heteroseksual dan juga pasangan homoseksual yang berdomisili di kota Padang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teori self disclosure dan teori penetrasi sosial Informan penelitian ini terdiri dari dua orang yang mengaku bernama Alexa dan Jonas. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitati. Data penelitian ini didapatkan dari wawancara tidak terstruktur dan observasi observer as participant. Peneliti juga mewawancarai pasangan homoseksual kedua informan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedua informan mendapatkan respon yang positif dari pasangan mereka saat mereka melakukan pengungkapan diri. Respon positif tersebut membuat perkembangan hubungan kedua informan terus beranjak maju. Hal ini dikarenakan kedua informan sama-sama berusaha memberikan kenyaman kepada pasangan mereka masing-masing selama proses pembentukan hubungan. Kedua informan sama-sama melakukan proses pengunkapan secara spontan kepada masing-masing, namun terdapat perbedaan dalam pemilihan tempat pengungkapan. Kata Kunci : Biseksual, Self Disclosure, Penetrasi Sosial

Evaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja akan menghasilkan rekomendasi dalam pengembangan sumber daya manusia bagi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh motivasi, lingkungan kerja, gaji, beban kerja dan usia terhadap tenaga kerja bagian sortasi biji pinang CV. Rasdi & Co serta menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan kinerja tenaga kerja berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tenaga kerja bagian sortasi biji pinang CV. Rasdi & Co. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi, lingkungan kerja, gaji, beban kerja dan usia memberikan pengaruh terhadap tenaga kerja sortasi CV. Rasdi & Co. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = -4,640 + 0,210 X1 + 0,089 X2 + 0,080 X3 - 0,070 X4 + 0,813 X5. Dari persamaan regresi linear tersebut dapat diketahui bahwa nilai koefisien variabel usia lebih besar dari nilai koefisien variabel bebas lainnya. Nilai koefisien variabel usia sebesar 0,813. Setelah dilakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga sortasi didapatkan 5 rekomendasi untuk peningkatan kinerja. Kata kunci: Sortasi, Regresi Linear Berganda, Rekomendasi

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk dari pengungkapan diri yang dilakukan oleh biseksual kepada pasangan sesama jenisnya dan bagaimana perkembangan hubungan yang mereka bangun. Biseksual yang dipakai sebagai informan yaitu mereka yang memiliki pasangan heteroseksual dan juga pasangan homoseksual yang berdomisili di kota Padang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teori self disclosure dan teori penetrasi sosial Informan penelitian ini terdiri dari dua orang yang mengaku bernama Alexa dan Jonas. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitati. Data penelitian ini didapatkan dari wawancara tidak terstruktur dan observasi observer as participant. Peneliti juga mewawancarai pasangan homoseksual kedua informan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedua informan mendapatkan respon yang positif dari pasangan mereka saat mereka melakukan pengungkapan diri. Respon positif tersebut membuat perkembangan hubungan kedua informan terus beranjak maju. Hal ini dikarenakan kedua informan sama-sama berusaha memberikan kenyaman kepada pasangan mereka masing-masing selama proses pembentukan hubungan. Kedua informan sama-sama melakukan proses pengunkapan secara spontan kepada masing-masing, namun terdapat perbedaan dalam pemilihan tempat pengungkapan. Kata Kunci : Biseksual, Self Disclosure, Penetrasi Sosial

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk dari pengungkapan diri yang dilakukan oleh biseksual kepada pasangan sesama jenisnya dan bagaimana perkembangan hubungan yang mereka bangun. Biseksual yang dipakai sebagai informan yaitu mereka yang memiliki pasangan heteroseksual dan juga pasangan homoseksual yang berdomisili di kota Padang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teori self disclosure dan teori penetrasi sosial Informan penelitian ini terdiri dari dua orang yang mengaku bernama Alexa dan Jonas. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitati. Data penelitian ini didapatkan dari wawancara tidak terstruktur dan observasi observer as participant. Peneliti juga mewawancarai pasangan homoseksual kedua informan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedua informan mendapatkan respon yang positif dari pasangan mereka saat mereka melakukan pengungkapan diri. Respon positif tersebut membuat perkembangan hubungan kedua informan terus beranjak maju. Hal ini dikarenakan kedua informan sama-sama berusaha memberikan kenyaman kepada pasangan mereka masing-masing selama proses pembentukan hubungan. Kedua informan sama-sama melakukan proses pengunkapan secara spontan kepada masing-masing, namun terdapat perbedaan dalam pemilihan tempat pengungkapan. Kata Kunci : Biseksual, Self Disclosure, Penetrasi Sosial

Evaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja akan menghasilkan rekomendasi dalam pengembangan sumber daya manusia bagi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh motivasi, lingkungan kerja, gaji, beban kerja dan usia terhadap tenaga kerja bagian sortasi biji pinang CV. Rasdi & Co serta menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan kinerja tenaga kerja berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tenaga kerja bagian sortasi biji pinang CV. Rasdi & Co. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi, lingkungan kerja, gaji, beban kerja dan usia memberikan pengaruh terhadap tenaga kerja sortasi CV. Rasdi & Co. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = -4,640 + 0,210 X1 + 0,089 X2 + 0,080 X3 - 0,070 X4 + 0,813 X5. Dari persamaan regresi linear tersebut dapat diketahui bahwa nilai koefisien variabel usia lebih besar dari nilai koefisien variabel bebas lainnya. Nilai koefisien variabel usia sebesar 0,813. Setelah dilakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga sortasi didapatkan 5 rekomendasi untuk peningkatan kinerja. Kata kunci: Sortasi, Regresi Linear Berganda, Rekomendasi

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk dari pengungkapan diri yang dilakukan oleh biseksual kepada pasangan sesama jenisnya dan bagaimana perkembangan hubungan yang mereka bangun. Biseksual yang dipakai sebagai informan yaitu mereka yang memiliki pasangan heteroseksual dan juga pasangan homoseksual yang berdomisili di kota Padang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teori self disclosure dan teori penetrasi sosial Informan penelitian ini terdiri dari dua orang yang mengaku bernama Alexa dan Jonas. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitati. Data penelitian ini didapatkan dari wawancara tidak terstruktur dan observasi observer as participant. Peneliti juga mewawancarai pasangan homoseksual kedua informan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedua informan mendapatkan respon yang positif dari pasangan mereka saat mereka melakukan pengungkapan diri. Respon positif tersebut membuat perkembangan hubungan kedua informan terus beranjak maju. Hal ini dikarenakan kedua informan sama-sama berusaha memberikan kenyaman kepada pasangan mereka masing-masing selama proses pembentukan hubungan. Kedua informan sama-sama melakukan proses pengunkapan secara spontan kepada masing-masing, namun terdapat perbedaan dalam pemilihan tempat pengungkapan. Kata Kunci : Biseksual, Self Disclosure, Penetrasi Sosial

Evaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja akan menghasilkan rekomendasi dalam pengembangan sumber daya manusia bagi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh motivasi, lingkungan kerja, gaji, beban kerja dan usia terhadap tenaga kerja bagian sortasi biji pinang CV. Rasdi & Co serta menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan kinerja tenaga kerja berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tenaga kerja bagian sortasi biji pinang CV. Rasdi & Co. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi, lingkungan kerja, gaji, beban kerja dan usia memberikan pengaruh terhadap tenaga kerja sortasi CV. Rasdi & Co. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = -4,640 + 0,210 X1 + 0,089 X2 + 0,080 X3 - 0,070 X4 + 0,813 X5. Dari persamaan regresi linear tersebut dapat diketahui bahwa nilai koefisien variabel usia lebih besar dari nilai koefisien variabel bebas lainnya. Nilai koefisien variabel usia sebesar 0,813. Setelah dilakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga sortasi didapatkan 5 rekomendasi untuk peningkatan kinerja. Kata kunci: Sortasi, Regresi Linear Berganda, Rekomendasi

Indikasi geografis merupakan salah satu Hak Kekayaan Intelektual yang diatur dalam perjanjian internasional tentang TRIPs pada section 3 tentang Geographical Indication. Dalam hukum Indonesia indikasi geografis dimasukkan ke dalam bidang Hak Merek yakni dalam UU No.15 tahun 20001 tentang Merek. Namun dalam kenyataannya indikasi geografis berbeda dengan merek karena memiliki keterkaitan dengan daerah atau geografis tertentu sedangkan merek tidak mensyaratkan hal tersebut. Persoalan ini telah menarik minat peneliti untuk melakukan kajian perlindungan hukum terhadap indikasi geografis dikaitkan dengan Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. Penelitian ini bersifat yuridis normatif dengan sumber data sekunder yang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan indikasi geografis. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai kendala dalam perlindungan hukum terhadap indikasi geografis, terutama dengan ditempatkannya indikasi geografis dalam hukum undang-undang tentang merek. Belum adanya peraturan pemerintah lebih lanjut juga menjadi kendala perlingan secara maksimal. Perlu penyederhanaan pengaturan tentang pihak yang berhak untuk mendaftakan indikasi geografis sehingga tidak menimbulkan konflik nantinnya. Di samping itu juga perlu adanya pengaturan tentang tanggung jawab penggunaaan indikasi geografis dalam dalam pelaksanaan haknya.

Indikasi geografis merupakan salah satu Hak Kekayaan Intelektual yang diatur dalam perjanjian internasional tentang TRIPs pada section 3 tentang Geographical Indication. Dalam hukum Indonesia indikasi geografis dimasukkan ke dalam bidang Hak Merek yakni dalam UU No.15 tahun 20001 tentang Merek. Namun dalam kenyataannya indikasi geografis berbeda dengan merek karena memiliki keterkaitan dengan daerah atau geografis tertentu sedangkan merek tidak mensyaratkan hal tersebut. Persoalan ini telah menarik minat peneliti untuk melakukan kajian perlindungan hukum terhadap indikasi geografis dikaitkan dengan Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. Penelitian ini bersifat yuridis normatif dengan sumber data sekunder yang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan indikasi geografis. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai kendala dalam perlindungan hukum terhadap indikasi geografis, terutama dengan ditempatkannya indikasi geografis dalam hukum undang-undang tentang merek. Belum adanya peraturan pemerintah lebih lanjut juga menjadi kendala perlingan secara maksimal. Perlu penyederhanaan pengaturan tentang pihak yang berhak untuk mendaftakan indikasi geografis sehingga tidak menimbulkan konflik nantinnya. Di samping itu juga perlu adanya pengaturan tentang tanggung jawab penggunaaan indikasi geografis dalam dalam pelaksanaan haknya.

Indikasi geografis merupakan salah satu Hak Kekayaan Intelektual yang diatur dalam perjanjian internasional tentang TRIPs pada section 3 tentang Geographical Indication. Dalam hukum Indonesia indikasi geografis dimasukkan ke dalam bidang Hak Merek yakni dalam UU No.15 tahun 20001 tentang Merek. Namun dalam kenyataannya indikasi geografis berbeda dengan merek karena memiliki keterkaitan dengan daerah atau geografis tertentu sedangkan merek tidak mensyaratkan hal tersebut. Persoalan ini telah menarik minat peneliti untuk melakukan kajian perlindungan hukum terhadap indikasi geografis dikaitkan dengan Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. Penelitian ini bersifat yuridis normatif dengan sumber data sekunder yang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan indikasi geografis. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai kendala dalam perlindungan hukum terhadap indikasi geografis, terutama dengan ditempatkannya indikasi geografis dalam hukum undang-undang tentang merek. Belum adanya peraturan pemerintah lebih lanjut juga menjadi kendala perlingan secara maksimal. Perlu penyederhanaan pengaturan tentang pihak yang berhak untuk mendaftakan indikasi geografis sehingga tidak menimbulkan konflik nantinnya. Di samping itu juga perlu adanya pengaturan tentang tanggung jawab penggunaaan indikasi geografis dalam dalam pelaksanaan haknya.

Indikasi geografis merupakan salah satu Hak Kekayaan Intelektual yang diatur dalam perjanjian internasional tentang TRIPs pada section 3 tentang Geographical Indication. Dalam hukum Indonesia indikasi geografis dimasukkan ke dalam bidang Hak Merek yakni dalam UU No.15 tahun 20001 tentang Merek. Namun dalam kenyataannya indikasi geografis berbeda dengan merek karena memiliki keterkaitan dengan daerah atau geografis tertentu sedangkan merek tidak mensyaratkan hal tersebut. Persoalan ini telah menarik minat peneliti untuk melakukan kajian perlindungan hukum terhadap indikasi geografis dikaitkan dengan Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. Penelitian ini bersifat yuridis normatif dengan sumber data sekunder yang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan indikasi geografis. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai kendala dalam perlindungan hukum terhadap indikasi geografis, terutama dengan ditempatkannya indikasi geografis dalam hukum undang-undang tentang merek. Belum adanya peraturan pemerintah lebih lanjut juga menjadi kendala perlingan secara maksimal. Perlu penyederhanaan pengaturan tentang pihak yang berhak untuk mendaftakan indikasi geografis sehingga tidak menimbulkan konflik nantinnya. Di samping itu juga perlu adanya pengaturan tentang tanggung jawab penggunaaan indikasi geografis dalam dalam pelaksanaan haknya.

Indikasi geografis merupakan salah satu Hak Kekayaan Intelektual yang diatur dalam perjanjian internasional tentang TRIPs pada section 3 tentang Geographical Indication. Dalam hukum Indonesia indikasi geografis dimasukkan ke dalam bidang Hak Merek yakni dalam UU No.15 tahun 20001 tentang Merek. Namun dalam kenyataannya indikasi geografis berbeda dengan merek karena memiliki keterkaitan dengan daerah atau geografis tertentu sedangkan merek tidak mensyaratkan hal tersebut. Persoalan ini telah menarik minat peneliti untuk melakukan kajian perlindungan hukum terhadap indikasi geografis dikaitkan dengan Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. Penelitian ini bersifat yuridis normatif dengan sumber data sekunder yang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan indikasi geografis. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai kendala dalam perlindungan hukum terhadap indikasi geografis, terutama dengan ditempatkannya indikasi geografis dalam hukum undang-undang tentang merek. Belum adanya peraturan pemerintah lebih lanjut juga menjadi kendala perlingan secara maksimal. Perlu penyederhanaan pengaturan tentang pihak yang berhak untuk mendaftakan indikasi geografis sehingga tidak menimbulkan konflik nantinnya. Di samping itu juga perlu adanya pengaturan tentang tanggung jawab penggunaaan indikasi geografis dalam dalam pelaksanaan haknya.

Indikasi geografis merupakan salah satu Hak Kekayaan Intelektual yang diatur dalam perjanjian internasional tentang TRIPs pada section 3 tentang Geographical Indication. Dalam hukum Indonesia indikasi geografis dimasukkan ke dalam bidang Hak Merek yakni dalam UU No.15 tahun 20001 tentang Merek. Namun dalam kenyataannya indikasi geografis berbeda dengan merek karena memiliki keterkaitan dengan daerah atau geografis tertentu sedangkan merek tidak mensyaratkan hal tersebut. Persoalan ini telah menarik minat peneliti untuk melakukan kajian perlindungan hukum terhadap indikasi geografis dikaitkan dengan Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. Penelitian ini bersifat yuridis normatif dengan sumber data sekunder yang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan indikasi geografis. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai kendala dalam perlindungan hukum terhadap indikasi geografis, terutama dengan ditempatkannya indikasi geografis dalam hukum undang-undang tentang merek. Belum adanya peraturan pemerintah lebih lanjut juga menjadi kendala perlingan secara maksimal. Perlu penyederhanaan pengaturan tentang pihak yang berhak untuk mendaftakan indikasi geografis sehingga tidak menimbulkan konflik nantinnya. Di samping itu juga perlu adanya pengaturan tentang tanggung jawab penggunaaan indikasi geografis dalam dalam pelaksanaan haknya.