Search

Longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti membuat tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) semakin menggunung dan munculnya TPS liar yang dapat mencemari lingkungan. Alternatif pengolahan sampah organik yaitu dengan memanfaatkan maggot. Jika tersedia sarana pengolahan sampah yang lengkap dan budidaya Maggot dilakukan secara benar, maka berpotensi dapat mengatasi permasalahan sampah dan menghasilkan keuntungan. Mitra telah mencoba melakukan pengolahan sampah organik menggunakan Maggot. Namun, masih ada permasalahan yang terjadi pada Mitra Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yaitu tidak adanya alat penghancur sampah sehingga tidak dapat diolah maksimal oleh Maggot. Kegiatan PkM ini yaitu melakukan sosialisasi mengajak warga untuk memilah sampah organik dan anorganik di rumah masing-masing, kemudian mendistribusikan sampah ke lokasi pengolahan, dan pembuatan alat penghancur sampah organik. Manfaat kegiatan PkM bagi Mitra adalah memberikan kontribusi berupa teknologi peralatan penghancur sampah dan bertambah banyak masyarakat yang berkontribusi dalam pengelolaan ini sebagai solusi pengolahan sampah yang efektif, efisien, murah, dan dapat memberikan keuntungan bersama.

Kulit nanas merupakan limbah yang mengandung glukosa sehingga dapat dimanfaatkan menjadi bioetanol. Kulit nanas selama ini belum banyak dimanfaatkan sehingga tidak memiliki nilai ekonomis.  Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah kulit nanas untuk menjadi bioetanol dengan cara fermentasi, dimana proses fermentasi akan dilanjutkan dengan distilasi. Fokus penelitian ini berada pada variasi konsentrasi gula substrat karena kenyataannya limbah kulit nanas di lingkungan memiliki konsentrasi gula yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan dalam skala home industry dengan proses yang dibuat semirip mungkin dengan proses pembuatan bioetanol yang dilakukan pada industri besar. Kapasitas produksi 5 L dengan substrat berupa air perasan kulit nanas. Variasi substrat yang digunakan adalah 3, 4, 5, dan 6 °Bx dengan waktu fermentasi 3 dan 5 hari. Mikroorganisme yang digunakan adalah yeast kering dengan variasi berat 5, 10, dan 15 g. Nutrien berupa pupuk NPK dan Urea dengan kadar 0,5% (b/v). Media fermentasi tidak disterilisasi untuk menyamakan dengan kondisi proses yang ada di industri bioetanol. Hasil fermentasi didistilasi pada suhu 83 °C selama kurang lebih 2 jam. Hasil terbaik diperoleh pada variasi konsentrasi substrat dengan kadar gula 6 °Bx, berat yeast 15 g, yaitu kadar alkohol setelah fermentasi sebesar 9 % dan hasil distilasi diperoleh kadar alkohol 45% sebanyak 170 ml.

Background: Optimal infant and young child feeding practices (IYCF) are effective public health intervention to enhance child survival, nutrition and development. There is also documented evidence regarding the protective effect of optimal IYCF practices against diarrhea and ARTI. Objectives: 1) To assess knowledge and practices regarding IYCF among study participants. 2) To explore the association of feeding practices of mothers with the morbidities (infections) in their children. Methodology: The present study was a hospital based cross-sectional study, carried out during September 2019 to March 2021. A total of 380 mothers of children less than two years attending OPD of Institute of child health, Nirmal hospital private limited, a tertiary care multi-specialty hospital were interviewed using pre-designed and pretested questionnaire. Results: Feeding practices during early days of life to be reasonably good among study participants with almost 2/3rd of the study participants practicing them. Mean number of morbidity episodes requiring consultation were significantly lower in the children whose mothers practiced optimal IYCF practices. Conclusion: Satisfactory knowledge and practices were observed among study participants regarding various infant and young child feeding practices. Poor feeding practices in children had significant association with morbidity episodes of diarrhea and ARTI in children.