4 results on '"Achmad Lefi"'
Search Results
2. THE SIMILAR CHANGES OF GLUCOSE LEVELS BEFORE AND AFTER MODERATE INTENSITY EXERCISE ACUTELY IN THE MORNING AND EVENING
- Author
-
Ronik Harsono Kamal, Kristanti Wanito Wigati, and Achmad Lefi
- Subjects
circadian rhythms ,exercise ,glucose ,moderate intensity ,morning ,night ,Biology (General) ,QH301-705.5 ,Medicine - Abstract
Background: There is a lot of research on the importance of exercise but studies on the effective time of exercise regarding regulation of blood glucose levels are not clearly known. Objective: This study aimed to determine the comparison of changes in blood glucose levels before and after moderate intensity physical exercise in the morning and evening. Materials and Methods: Healthy men (n=34), age between 17-22 years, Body Mass Index (BMI) between 18.5-22.9 kg/m2 (normal Asia Pacific), participating in the morning (8.00 am) or evening group (20.00 pm) are asked to do moderate intensity physical exercise (55-70% of maximum heart rate) using ergocycle for a total of 40 minutes. Blood glucose levels 2 hours post prandial capillaries were taken before exercise and blood glucose levels after exercise were taken acutely. Results: The mean decrease in blood glucose levels in the morning group was ± 8.353 ± 9.16 mg/dL and in the evening group was ± 6.294 ± 10.10 mg/dL. Blood glucose levels decreased significantly for the morning group (p=0.002) and the evening group (p=0.021). The comparison of changes in blood glucose levels between the morning and evening groups was not significant (p=0.538). Conclusion: There was no difference between morning or evening exercise related to changes in blood glucose levels.
- Published
- 2020
- Full Text
- View/download PDF
3. Clinical Characteristics and Number of Valve Lesion in Rheumatic Heart Disease Severity
- Author
-
Saskia Ratna Desita, Achmad Lefi, Mahrus Rahman, and Yudi Her Oktaviono
- Subjects
clinical characteristic ,derajat keparahan ,karakteristik klinis ,lesi katup ,penyakit jantung reumatik ,rheumatic heart disease ,severity ,valve lesion ,Medicine ,Medicine (General) ,R5-920 - Abstract
Rheumatic heart disease (RHD) occurs due to sequelae in the form of damage to the heart valves from the failure of acute rheumatic fever (ARF) therapy. Heart valve damage can cause various complications such as congestive heart failure, arrhythmias, pulmonary hypertension, atrial fibrillation, endocarditis, which can cause death. The study aimed to assess the association between clinical characteristics and valve lesion and rheumatic heart disease severity. The study was an analytic observational with a cross-sectional design of 73 patients with definite RHD from September 2019 to March 2020 in Dr. Soetomo Regional General Hospital. The majority of patients were female (80%, p=0.235) 30–39 years old (34%, p=0.157). The mean age was 42.08±12.16 years. The majority of patients have low socioeconomic status (78%, p=0.025) and rural dwelling location (70%, p=0.138) over three-quarters of patients living with more than four people in the same house (75%). Multivalvular lesions (90%, p=0.003) and severe RHD (77%) were present predominantly. In conclusion, low socioeconomic status and multivalvular lesions are associated with rheumatic heart disease severity. KARAKTERISTIK KLINIS DAN JUMLAH LESI KATUP PADA DERAJAT KEPARAHAN PENYAKIT JANTUNG REUMATIK Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah penyakit yang terjadi akibat gejala sisa berupa kerusakan katup jantung dari kegagalan terapi demam reumatik akut (DRA). Kerusakan katup jantung pada PJR dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti gagal jantung kongesti, aritmia, hipertensi pulmonal, atrial fibrilasi, dan endokarditis yang dapat menyebabkan kematian. Penelitian ini bertujuan mencari hubungan karakteristik klinis dan jumlah lesi katup dengan derajat keparahan PJR. Penelitian ini merupakan analitik observasional menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis definitif PJR berdasar atas ekokardiografi pada bulan Sepetember 2019–Maret 2020 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Didapatkan 73 pasien sesuai dengan kriteria inklusi. Mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan (80%; p=0,235), dengan kelompok usia 30–39 (34%; p=0,157). Usia rerata 42,08±12,16 tahun. Sebagian besar pasien berstatus sosial ekonomi rendah (78%, p=0,025) dan lokasi tinggal pedesaan (70%; p=0,138). Lebih dari tiga perempat pasien tinggal dengan ≤4 orang di satu atap (75%). Lesi multivalvular (90%; p=0,003) dan PJR berat (77%) ditemukan secara dominan. Simpulan, status sosial ekonomi rendah dan lesi katup multivalvular berhubungan dengan derajat keparahan penyakit jantung reumatik.
- Published
- 2021
- Full Text
- View/download PDF
4. GAMBARAN KLINIS SINDROM KORONER AKUT BERDASARKAN STATUS GULA DARAH DI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
- Author
-
Thomas Jatiman, Sony Wibisono, and Achmad Lefi
- Subjects
acs ,gda ,hiperglikemia ,Medicine (General) ,R5-920 - Abstract
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia, termasuk Indonesia. SKA merupakan kumpulan gejala akibat iskemia miokardium karena terdapat penyumbatan pada arteri koronaria. Penyumbatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh terbentuknya plak aterosklerosis. Salah satu faktor risiko terbentuknya plak aterosklerosis adalah gangguan metabolisme glukosa. Di sisi lain, gangguan metabolisme glukosa dapat terjadi pada penyakit akut dan kritis, sindroma koroner akut adalah salah satu dari antaranya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita SKA berdasarkan kadar gula darah acak ketika masuk rumah sakit RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini menggunakan data rekam medis penderita SKA yang masuk rumah sakit pada periode Januari - Desember 2013 di Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Metode sampling yang digunakan adalah total sampling, dimana jumlah sampel yang diperoleh yaitu 62 sampel. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa 72,6% penderita SKA mengalami hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi pada penderita berjenis kelamin laki-laki dan berusia lebih dari 55 tahun. Gejala nyeri dada spesifik lebih banyak dikeluhkan pada penderita hiperglikemik (66,7%) daripada normoglikemia (47,1%). Diagnosa akhir ST-Elevation Myocardium Infarction (STEMI) lebih banyak daripada Non ST-Elevation Myocardium Infarction (NSTEMI) baik pada hiperglikemia (97,8% banding 2,2%) maupun normoglikemia (82,4% banding 17,6%). Riwayat penyakit diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak didapatkan pada penderita SKA dengan hiperglikemik (53,3%) daripada normoglikemia (11,8%). Komplikasi ketika perawatan lebih banyak terjadi pada penderita SKA dengan hiperglikemia (1,2 komplikasi/penderita) daripada normoglikemia (1,17 komplikasi/penderita), dengan komplikasi organ jantung yang paling banyak terjadi, yaitu 64,4% pada hiperglikemia dan 58,8% pada normoglikemia. Lama rawat penderita SKA dengan hiperglikemia lebih lama daripada normoglikemia (7,81 ± 2,71 hari banding 6,67 ± 1,03 hari). Penderita SKA dengan hiperglikemia lebih banyak yang meninggal daripada penderita SKA normoglikemia.
- Published
- 2016
- Full Text
- View/download PDF
Catalog
Discovery Service for Jio Institute Digital Library
For full access to our library's resources, please sign in.